“BULAN MADU KEPEMIMPINAN”

0
546
Foto: Johny Wolor

Cerita di Penghujung Tahun 2017 di Flotim:

Oleh: Johny Wolor

 

BULAN MADU kepemimpinan bupati dan wakil bupati flores timur sudah berlangsung selama kurang lebih tujuh bulan ini. Gebrakan gaya kepemimpinan mereka selama seratus hari kerja masih seputar rangkaian blusukan seremonial.

Ada peresmian fasilitas public dan memenuhi undangan menghadiri seminar serta pelantikan jabatan dari struktur pemerintahan di tingkat bawah. Belum ada terobosan awal gerakan spiritualitas kepemimpinan yang membuat public tersentak mengagumi dan berkesan “ini baru pemimpin”…!

Apakah mereka masih terbuai dengan kehangatan bulan madu kepemimpinan setelah menerima mandat rakyat Flores Timur untuk menahkodai pemerintahan daerah ini selama lima tahun ke depan. Atau apakah gaya kepemimpinan mereka masih bergerak pada tataran konsolidasi dan koordinasi internal manajemen pemerintahan sebagai garda terdepan pelayanan public.

Yang pasti, rakyat Flores Timur menunggu gebrakan spiritualitas kepemimpinan yang berkarakter populis. Fokus perhatian public terutama kepada upaya implementasi program-program prioritas yang teramanah dalam deklarasi visi dan misi mereka dengan slogan politik pembangunan: “Desa membangun, Kota menata”..!

Bagaimana konsep dasar yang membingkai semangat desa membangun dan kota menata yang berujung pada upaya penyelamatan asset-aset potensial pembangunan daerah ini menyusul dengan panduan teknisnya?

Lagi-lagi ruang public dijejali berbagai pertanyaan populis seputar terobosan gerakan spiritualitas kepemimpinan bupati dan wakil bupati yang baru di kabupaten kepulauan ini. Rumusan visi dan misi hampir tidak bisa dibedakan. Mana sasaran utama, konsep tentang Flores Timur selama lima tahun ke depan ini ingin dicapai. Rakyat Flores Timur hanya disuguhkan rumusan visi misi yang lebih imperatif dengan nada perintah “selamatkan….!”.

Hal ini seakan terkesan bahwa politik pembangunan daerah ini hanya bergerak pada upaya penyelamatan dan pemeliharaan aset-aset potensial daerah daripada upaya-upaya maksimal untuk peningkatan pengembangannya yang lebih produktif guna pemenuhan kebutuhan dasar rakyat Flores Timur.

Memori public Flores Timur masih hangat merekam gaung visi dan misi bupati dan wakil bupati, baik sejak awal pencalonan maupun saat terpilih dan pelantikan menjadi pemimpin daerah ini.

Desa membangun, Kota menata dalam bingkai selamatkan asest-aset potensial pembangunan daerah seperti infrastruktur, tanaman rakyat, kaum muda, ekositem laut dan lain-lain. Hal itu mengandaikan kondisi aset-aset tersebut terindikasi dalam ancaman serius dari ketidakpedulian social masyarakat daerah ini.

Ada aset infrastruktur yang mubazir dan tak termanfaatkan lantaran menjadi korban perselingkuhan politik para elit. Ada aset tanaman rakyat yang teracam gagal produksi lantaran tersulut bara oleh bakaran hutan yang sudah membudaya.

Ada aset ekosistem bawah laut terancam punah oleh abrasi dan ledakan bom oleh tangan-tangan liar yang tidak ramah lingkungan. Dan terlebih lagi ada aset potensial kaum muda yang seharusnya menjadi pelaku utama pembangunan seolah terdegradasi hanya sebatas komoditas politik para pihak yang berkepentingan dan tersudutkan sebagai obyek pembagunan.

Sejumlah rangkaian keprihatinan public ini tentu menjadi pekerjaan rumah yang harus tuntas terselesaikan dalam periode kepemimpinan bupati dan wakil bupati lima tahun ke depan. Penjabaran visi dan misi diharapkan sudah mulai terakomodir dalam rencana kerja tahunan pemerintahan daerah.

Hal ini akan terlihat pada upaya sinkronisasi RPJPD dengan RPJMD dan dari RPJMD dengan rencana kerja pemerintah daerah. Keterpaduan rencana strategis pembangunan akan berpuncak system kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD ). Di sana akan terukur kualitas rencana kerja dan mutu pelayanan public pemerintahan daerah yang kontekstual dan relevan dengan kondisi dan permasalahan actual rakyat Flores Timur.

Semua rencana strategis pembangunan ini akan tuntas tereksekusi dalam satu periode kepemimpinan pemerintahan daerah jika bupati dan wakil sebagai pengguna anggaran pembagunan daerah ini harus konsisten dan memiliki political will yang kuat untuk menyelamatkan APBD Flores Timur.

Informasi yang sudah menyebar ke ruang public Flores Timur bahwa serapan anggaran pembangunan tahun anggaran 2017 tergolong rendah. Mengapa bisa terjadi demikian? Tentu publik hanya berkesan bahwa kinerja aparatur penyelenggara pemerintahan daerah ini belum total meraih prestasi etos kerja. Apakah ada yang berkerja sebatas termotivasi upah kerja?

Percuma dan sia-sia misi tentang selamatkan infrastruktur, selamatkan kaum muda, selamatkan tanaman rakyat dan selamatkan ekosistem bawah laut dan lain-lain tanpa terlebih dahulu dan terutama selamatkan kinerja penyelenggara negara di tingkat daerah dari ancaman keterpurukan kualitas kerja dan selamatkan ABPD dari mafia orderan politik pragmatis oleh para pihak yang berkepentingan.

APBD harus dikelolah sesuai perintah dan amanat konstitusi. APBD harus dimaknai sebagai instrument ideologis sesuai tujuan berbangsa dan bernegara. APBD sesungguhnya adalah instrument kebijakan politik Negara untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat di daerah.

Untuk itu, kepala daerah yang baru terpilih dan terlantik diingatkan sedini mungkin agar tidak berlebihan berbulan madu kepemimpinan dengan menghadiri berbagai blusukan seremonial tanpa mulai focus selamatkan APBD untuk tuntaskan program-program prioritas pembagunan selama lima tahun dalam periode kepemimpinannya.

Komentar ANDA?