NTTsatu.com – SEMARANG – Bertepatan dengan Isra Miraj, Muhammad Ainun Nadjib atau Emha Ainun Najib atau Cak Nun berkunjung ke Kota Semarang. Dia mengatakan, “ancaman” people power yang disampaikan Amin Rais itu tidak masuk akal karena yang ada hanya pengerahan massa.
Kunjungannya kali ini dalam rangka menghadiri acara ulang tahun Panser Biru ke 18 di Wonderia Semarang.
Namun sebelum itu, Cak Nun bersama awak media bertemu di Rumah Makan Sederhana Jalan Pandanaran Semarang, Rabu (3/4) siang. Dalam forum silaturahmi ini ia berbicara banyak hal mengenai dunia jurnalistik.
Cak Nun melanjutkan, menjadi seorang pemimpin harus bisa melegakan semua kelompok masyarakat.
“Kalau bisa ada pemimpin yang mau menerapkan malati. Tengah malam presiden ajak menterinya di bawah pohon untuk saling bersumpah. Jika ingkar, maka ada malapetaka yang menimpanya. Karma ini kekayaan Indonesia yang luar biasa,” terangnya.
Sehari sebelumnya di Kudus, Cak Nun mengajak seluruh masyarakat untuk bersyukur dan memaknai proses perjalanan kehidupan untuk meningkatkan ilmu, keimanan, dan ketakwaan.
Pernyataan itu disampaikannya di depan jamaah sinau bareng Cak Nun dan Kiai Kanjeng memperingati Isra Miraj Nabi Muhammad SAW di Masjid Ngemplak, Desa Gondosari, Kecamatan Gebog, Kabupaten Kudus, Selasa (2/4/2019) malam.
Cak Nun mengajak jemaah untuk memahami makna Isra Mikraj sebagai proses perjalanan hidup.
Cak Nun mencontohkan, proses menanam jagung hingga panen memakan waktu tiga bulan, padi bisa dipanen dalam waktu tiga hingga empat bulan, pohon jati butuh bertahun-tahun hingga bisa dipetik hasilnya.
Di sisi lain, rumput tanpa ditanam pun cepat tumbuhnya.
Begitu juga dalam proses perjalanan belajar manusia.
Ada yang cepat menangkap ilmu yang diajarkan, ada yang butuh bertahun-tahun untuk bisa memaknai ilmu yang dipelajari.
“Yang terpenting saat ini adalah, tanamkan kebaikan pada anak-anak kita, sirami setiap hari, karena kita tidak tahu kapan bisa memanen hasilnya. Allah yang mengetahuinya,” katanya.
Meski begitu, jika proses menanam, menyirami dilakukan terus menerus, kemudian berserah diri kepada Allah, maka yakin Allah akan memberi hasil terbaik. Sebaliknya, jika kejelekan-kejelekan yang selalu ditampilkan, diumbar di media sosial, maka kita akan mewariskan kebencian kepada generasi penerus. Tanpa ilmu dan pengetahuan, lanjut Cak Nun, orang hanya akan melihat hitam dan putih saja.
“Pilpres hanya ada Jokowi dan Prabowo. Padahal urusan Pilpres tidak berhenti di Pilpres saja. Pilpres hanya urusan yang sangat kecil.
Selalu tingkatkan cara berpikir di tengah hal-hal yang kita tidak paham,” katanya.
Karena itu, lanjut Cak Nun, jangan sampai terpisah iman dan takwa kepada Allah.
“Bereskan dulu urusanmu, keluargamu dengan Allah dan Kanjeng Nabi.
Proses selanjutnya akan diperjalankan oleh Allah. Allah yang akan mengaturnya. Jadi ada atau tidak ada pemilu kita tidak akan terpengaruh,” katanya. (*/bp)