Debora: Lebih Baik Kehilangan Masa Muda Daripada Kehilangan Masa Depan

0
712
Foto: Debora Lovita Christy Pakpahan

DENPASAR. NTTsatu.com – Debora Lovita Christy Pakpahan, salah seorang pendiri NED Studio memotivasi mahasiswa STIKOM Bali untuk terjun dalam bisnis rintisan atau startup.

Gadis 22 tahun asal Medan ini begitu terkenal ketika keluar sebagai juara 1 Microsoft Imagine Cup dan sejumlah penghargaan ICT. Berbekal pengalaman itu, Debora dan Sembilan teman lainnya merintis bisnis dengan brand  Ned Studio dan menuai sukses. Dari situlah Debora didaulat menjadi pembicara di mana-mana, termasuk di televisi guna membagi ilmunya kepada para masyarakat, khususnya generasi muda.

Rabu (25/05/2016) Debora tampil di STIKOM Bali membawakan materi  Digital Startup and Learn Methods Startup.  Debora  menjelaskan, konsep utama dari lean startup adalah getting out of the building. Yakni berbicara langsung dengan calon pelanggan sesungguhnya untuk mengetahui secara detil masalah penting yang dihadapi dimana mereka ingin membayar untuk solusi tersebut.

Ini berbeda dengan konsep lama dimana anda duduk di kantor, bermimpi suskes dan membuat produk atau layanan yang anda asumsikan akan dibeli orang. Menurut Debora, pertanyaan pentingnya adalah  bukan “bisakah kita buat”, melainkan “perlukah kita buat”.

Langkah berikutnya adalah melakukan test awal pasar (secepat mungkin, menggunakan minimum viable product), untuk memvalidasi apakah produk atau layanan tersebut menyelesaikan masalah yang dihadapi dimana pelanggan mereka membayar untuk solusi tersebut. “Gojek  melakukan test awal pasar tahun 2008 sebelum resmi diluncurkan tahun 2015. ”Debora memberi contoh.

Alumni Diploma-3 program studi Teknik Informatika Institut Teknologi Del, Sumatra Utara ini lebih jauh menjelaskam, langkah berikutnya adalah fokus ke pembelajaran secepat mungkin dan membuat penyesuaian kecil (pivot) ketika produk atau model bisnis tidak berhasil.

Selanjutnya, menggunakan desain iteratif dan siklus perbaikan (bulid measure learn loop), sama dengan plan-do study adjust, untuk terus menerus memperbaiki dengan data, customer feedback, dan kekuatan analisis.

Menerapkan model “menghargai orang” dalam berbagai cara termasuk tidak menyalahkan individu untuk masalah sistem, dan memastikan para investor tidak menyiakan waktunya selama  membuat  produk yang tidak dibeli orang.

Terakhir adalah memperbarui perangkat lunak dalam batch kecil. “Artinya mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk membawa fitur baru untuk perangkat lunak atau website sekaligus mengurangi resiko yang terlibat,” sebutnya.

Kata kuncinya, demikian Debora, jangan terlalu lama berpikir tetapi segera eksekusi.  “Mumpung kita masih muda, belum berkeluarga sehingga tidak membutuhkan biaya banyak, saatnya kita memulai bisnis. Memang, resikonya kita kehilangan masa muda. Tapi buat saya, lebih baik kehilangan masa muda darpida kehilangan masa depan,” kata Debora.

Sebelumnya Ketua Asosiasi Manajemen Indonesia (AMA) Daerah Bali I Made Sarjana, SE., MM sebagai narasumber pertama menjelaskan, startup  yang baik bukan  good profit  melainkan  good solution. “Aplikasi gojek memberikan solusi terbaik bagi masyarakat pengguna jasa transportasi. Begitu gojek meledak, muncullah uber taxi,” contoh Sarjana.

Sarjana  menyarankan mahasiswa STIKOM Bali  memulai startup bidang transportasi. “Karena apa? Masalah kemacetan lalu lintas sudah menjadi permasalahan nasional sehingga terbuka peluang bisnis,” sebutnya.

Cara memulai startup, kata Sarjana, gunakanlah ATM atau amati, tiru,dan modifikasi. “Aplikasi waze (berbasis lalu lintas dan navigasi-red) hanya menampilkan arah dan warna tertentu yang menunjukkan tingkat kepadatan lalu lintas. Itulah maka STIKOM Bali memodifikasinya lalu menciptakan aplikasi ATCS (area traffic control system) untuk memantau kemacetan lalu lintas melalui live streaming,” beber Sarjana. (rsn)

Komentar ANDA?