Gagal Panen, Warga TTS Mulai Konsumsi Putak

0
759

KUPANG. NTTsatu – Kekurangan pangan akibat gagal panen, ratusan warga di Kecamatan Kualin dan Kecamatan Amanuban Selatan, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), Nusa Tenggara Timur (NTT), terpaksa mengkonsumsi putak (bagian tengah batang pohon lontar) yang sering digunakan warga untuk pakan ternak.

Keterangan yang diperoleh menyebutkan, ratusan warga yang sudah mulai mengkonsumsi putak itu, berada di lima desa di Kecamatan Kualin yakni Desa Kualin, Toineke,Tuafanu,Tuapakas dan Oni dan dua Desa di Kecamatan Amanuban Selatan yakni Desa Oebelo dan Noemuke.

Anggota DPRD NTT dari daerah pemilihan TTS, Jefry Unbanunaek membenarkan hal itu ketika dia mendatangi desa-desa itu dalam rangka reses DPRD NTT yang dimulai beberapa hari lalu.

“Khusus bagi warga yang konsumsi putak, karena mereka sudah kehabisan stok pangan sejak akhir Januari 2015, sebab persediaan pangan yang ada, termasuk bibit lokal yang biasa mereka sisihkan untuk dijadikan sebagai bibit pada musim tanam berikutnya, juga telah dikonsumsi akibat gagal panen,” kata anggota DPRD NTT, Jefry Unbanunaek yang dihubungi Sabtu, 2 Mei 2015 malam.

Jefri mengakui, ketika dia berada di daerah itu, sejumlah kepala keluarga mengaku sudah mulai mengkonsumsi putak sebagai makanan alternatif. Warga bukannya malas atau tidak menanam, tetapi minimnya curah hujan di wilayah tersebut menyebabkan bibit yang ditanam tidak bisa tumbuh sesuai harapan.

“Sampai dengan kemarin, Camat Kualin saat saya temui mengaku masih melakukan pendataan. Diperkirakan sekitar 900 kepala keluarga di lima desa yang gagal panen. Ini sebuah fenomena alam yang bisa diprediksi dan bisa dilakukan penanganan secara dini, namun fakta di lapangan masyarakat yang ditemui mengaku sudah mulai mengkonsumsi putak sejak akhir Januari 2015,” kata Jefry.

Sebagai wakil rakyat, Jefry sangat menyayangkan peristiwa ini. Warga, kata dia, sedang dalam ketidakberdayaan sehingga warga terpaksa menginisiasi sendiri, mengolah batang pohon gewang menjadi makanan alternatif.

Ironisnya, sesuai pengakuan warga, bahwa mereka sudah mengalami keadaan seperti ini sejak Januari 2015, namun pemerintah baru mau melakukan pendataan. Hingga kemarin, Camat Kualin belum bisa menyebutkan data aktualnya.

Fenomena ini kata Jefry, sudah masuk dalam kategori bencana, sehingga Pemerintah Daerah TTS melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten TTS, bisa segera turun ke wilayah bencana. Kondisi ini juga menjadi catatan penting bagi Dinas Pertanian yang memiliki petugas lapangan, harusnya bisa mendeteksi dan segera memberi laporan terkini untuk tindakan antisipasi.

“Setelah melihat kondisi di lapangan, saya akan meminta Pemerintah Kabupaten TTS, maupun Pemerintah Provinsi NTT, untuk segera mengambil langkah-langkah antisipatif secara dini, mengingat apabila semakin lama warga mengkonsumsi putak, maka akan berdampak pada kesehatan warga, terutama pada anak-anak yang bisa berdampak pada tingginya angka gizi buruk,” katanya. (bop)

Komentar ANDA?