Gubernur dan Wakapolda Himbau Masyarakat Lawan Hoax dan Radikalisme

0
361

NTTsatu.com – KUPANG – Cara berpikir harus menjadi  critical thinking. Berpikir kritis untuk tanggapi berita hoax. Harus bisa memilih mana informasi yang baik di media massa.

Hal tersebut dikatakan Gubernur Viktor Bungtilu Laiskodat pada sambutannya dalam Pembukaan Sidang Klasis Sulamu 2, yang dilangsungkan di Gereja Jemaat Betesda, Desa Oeteta Kecamatan Sulamu, Kabupaten Kupang pada Selasa (6/8).

“Kalau kita punya kritikal thinking yang baik maka tidak mudah terpengaruh dengan hoax atau informasi yang tidak benar yang dapat membawa kita pada radikalisme. Baca buku 2 jam sehari  akan membuat kita hebat,” kara Gubernur Viktor.

Dia mengatakan, harus jadi manusia yang hidup dalam semangat iman dan toleran dengan perbedaan dan keragaman. Dengan begitu maka  tidak mudah terpapar radikalisme yang juga bisa memecah belah.

Pada kesempatan itu VBL juga mendorong masyarakat untuk mengolah potensi daerah. “Kita ini punya rumput laut, kelor dan garam. Tanggal 21 nanti Presiden Jokowi akan datang panen garam di Desa Nunkurus. Garam yang dipanen tersebut berstandar industri pertama kali di Indonesia. Saya sudah cek dan nantinya akan dipanen 600 hektar”, jelas Viktor.

Menurutnya bila ingin ekonomi meningkat maka harus berani mengolah potensi yang ada di NTT. “Kita punya potensi pohon gewang yang banyak yang bisa menghasilkan zat etanol. Zat etanol ini sedang dibutuhkan dunia. Kemudian kita punya produk minuman shopia yang sudah diteliti dengan baik dan rumput laut yang kita kirim keluar negeri”, tambanya.

Pada kesempatan tersebut beliau juga menjelaskan Kelor sebagai ‘pohon ajaib’ yang diakui dunia. WHO sudah menobatkan kelor sebagai pohon ajaib karena punya gizi yang baik dan khasiat yang hebat.

Lanjutnya, ada tiga industri rumah tangga yang sangat baik untuk dikembangkan yakni tenun ikat, se’i dan sopi.

Pada kesempatan yang sama Gubernur juga melaunching Sulamu sebagai Rumah bersama tanpa hoax, tanpa radikalisme, serta sebagai rumah kelor dan garam.

 

 

 

 

 

 

 

Foto: Gubernur Viktor dan Wakaolda NTT, Brigjen Yohanes Hasadoma saat berkunjung di Sulamu

Sementara itu Wakapolda NTT Brigjen Pol Johanis Asadoma, mengatakan pentingnya menjaga keragaman dan toleransi. Tantangan gereja dan masyarakat saat ini juga adalah dalam menghadapi hoax dan radikalisme yang berimbas pada adanya perpecahan.

“Tahapan radikalisme dimulai dari sikap intoleran. Dimana orang menolak keberagaman. Dia mau dirinya yg paling benar. Bapak Gubernur menerapkan sikap menerima keberagaman dengan salam nasional. Ini untuk merawat keanekaragaman kita baik agama, suku, ras dan budaya”, jelasnya.

Dikatakannya, radikalisme diperparah dengan berita hoax atau berita tidak benar namun disampaikan seolah-olah adalah benar. “Kita harus hati-hati menanggapi dengan kritis berita yang beredar terutama media sosial. Harus pakai akal sehat, apakah berita ini baik, atau hanya untuk memecah belah. Bila beritanya berpeluang untuk memicu konflik dan perpecahan maka jangan ditanggapi atau disebarluaskan,” ungkap Johanis.

Sebelumnya Gubernur Viktor Laiskodat yang tiba di Sulamu menggunakan _Speed Boat_ juga sempat singgah di lokasi budidaya rumput laut Sulamu untuk turut memberikan bantuan berupa 40 kg bibit rumput laut dan tali 200 meter kepada para petani rumput laut.

Selanjutnya Gubernur juga mengunjungi tambak Garam milik masyarakat Desa Oeleta. Pada kesempatan itu masyarakat meminta Gubernur untuk membantu membantu dalam memasarkan garam. (hms ntt)

Komentar ANDA?