HIJAUKAN NTT, MULAILAH DARI SEKOLAH

0
546

*) Oleh Yohanes Peu, S. Pd

 

 

Pada hari Rabu, tanggal 25 Pebruari 2015 bertempat di SMAN 4 Kupang dilangsungkan seminar sehari bertema ‘Pendidikan Nilai, Ubah Perilaku, Cegah Kerusakan Lingkungan’. Seminar yang menampilkan pembicara Prof. Dr. I Gusti Arjana, M. S dari Undana dan Kepala Badan Lingkungan Hidup Daerah NTT Ir. Frederik J. W. Tielman, M.Si, dihadiri ratusan guru dan siswa dari berbagai jenjang pendidikan di Kota Kupang. Seminar ini saya raih sebagai bentuk ajakan kepada segenap warga sekolah terkait bagaimana berperilaku peduli lingkungan.

Saya berdecak kagum ketika tiba di halaman SMAN 4 Kupang. “Lingkungan sekolah ini sangat rindang”, gumamku menegaskan kekagumanku itu lantaran pepohonannya begitu rindang bak hutan belantara. Itulah kesan pertama saya sebagai peserta seminar ketika pertama kali tiba di sekolah tersebut. Ternyata di tengah kota kupang yang masih minim deretan pepohonan ini, ada sekolah dengan pengelolaan sarana pendukung yang ramah lingkungan. Pantas saja jika sekolah ini mendapat penghargaan adiwiyata, sebuah penghargaan bergengsi dari kementerian lingkungan hidup bagi sekolah yang berhasil dalam upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup melalui tata kelola sekolah yang baik untuk mendukung pembangunan berkelanjutan (bdk. http://www.menlh.go.id/informasi-mengenai-adiwiyata). Bagaimana dengan sekolah-sekolah yang lain?

Sebagaimana judul di atas, tulisan ini tidak bertendensi menggurui tapi sekedar ajakan untuk berguru dari SMAN 4 Kupang. Ajakan saya amatlah sederhana, mari menghijaukan NTT dengan memulainya dari lingkungan sekolah melalui gerakan sekolah hijau.

 

Gerakan Sekolah Hijau

Prof. Dr. I Gusti Arjana, M.S ketika menyampaikan materi “pendidikan nilai dan karakter membentuk anak muda ramah lingkungan”, menawarkan beberapa hal kepada generasi muda terkait bagaimana peran anak muda dalam gerakan ramah lingkungan-cinta lingkungan-. Salah satu diantaranya adalah mendorong gerakan sekolah hijau. Gerakan ini adalah sebuah gerakan peduli lingkungan oleh warga sekolah. Sebuah gerakan yang menggugah warga sekolah agar menanam berbagai jenis pepohonan di pekarangan sekolahnya.

Gerakan ini sebetulnya sudah lama digagas. Walau sudah lama, Pemerintah Propinsi NTT baru-baru ini kembali mencanangkan gerakan ini. Pemberitaan beberapa media lokal terbitan NTT (termasuk pemberitaan media ini pada salah satu edisinya), pada Sabtu (7/2/2015) di SMAN 3 Kupang Pemerintah Propinsi Nusa Tenggara Timur melaunching gerakan sekolah hijau dimana setiap siswa wajib menanam minimal satu anakan pohon dengan semboyan ‘tanam dan rawat sampai hidup’.

 

Beberapa Argumen

Bagi saya, gerakan sekolah hijau ini patut terus didorong mengingat beberapa hal berikut : pertama, sebagai guru di Kota Kupang, saya mengamati pekarangan sekolah-sekolah di Kota Kupang secara umum terlihat kondisinya masih jauh dari kesan sekolah hijau. Sekolah-sekolah dengan gedungnya yang megah bahkan ada yang bertingkat sebetulnya menjadi barometer untuk sekolah di NTT, tapi minimnya pepohonan di pekarangan sekolah membuatnya kurang sedap dipandang mata. Begitu juga dengan sekolah-sekolah di kabupaten lainnya. Jika masih minim pepohonan, mari kita beramai-ramai menanam pohon. Kedua, aktivitas bercocok tanam pada lahan kering (NTT umumnya) biasanya menunggu dan mengandalkan hujan. Olehnya momentum musim hujan di saat-saat ini, ada baiknya digunakan untuk menanam berbagai jenis pohon di pekarangan sekolah. Dan ketiga, di sekolah ada generasi – generasi muda (peserta didik) yang dapat disadarkan aspek kognitif, afektif, dan psikomotornya soal lingkungan hidup. Dengan gerakan ini, diharapkan agar peserta didik dengan kesadarannya sendiri menunjukkan perilaku peduli lingkungan dengan melakukan beraneka kegiatan cinta lingkungan di sekolahnya. Selain itu, kelak ketika kembali ke masyarakat, mereka diharapkan menjadi motivator yang memicu kesadaran warga yang belum sadar akan pentingnya peduli lingkungan.

 

Sejuta Pohon

Sebagaimana Kepala dinas Pendidikan dan Kebudayaan NTT, Petrus Sinun Manuk dalam http://kupang.tribunnews.com/2015/02/07/launching-gerakan-sekolah-hijau-siswa-wajib-tanam-tanaman, bahwa Jumlah SD ada 4700-an, SMP ada 1400-an dan SMA ada 431 sekolah serta SMK ada 203 dan MA ada puluhan dengan jumlah siswa lebih dari juta. Kalau potensi siswa satu juta ini dimanfaatkan untuk lingkungan yakni menghijaukan sekolah sebagai kontribusi untuk penyelamatan lingkungan, ini merupakan hal yang luar biasa. Saya juga bermimpi demikian. Saya yakin jika satu juta lebih siswa ini diwajibkan menanam minimal satu anakan pohon, berarti dari anak-anak sekolah, kita akan mendapatkan satu juta lebih pohon untuk menghijaukan NTT. Asalkan setelah ditanam harus dirawat sampai hidup.

 

Berpikir Global Bertindak Lokal

Kekinian isu penyelamatan lingkungan hidup telah menjadi isu global. Dalam konteks lokal, gerakan semacam sekolah hijau ini adalah gerakan penyelamatan lingkungan sebagai tanggapan terhadap isu global tersebut. Kalau tidak salah, orang bilang berpikir global bertindak lokal. Artinya, gerakan penyelamatan lingkungan sebagai isu global diterjemahkan ke dalam konteks lokal melalui gerakan seperti sekolah hijau. Contoh lainnya seperti program Kupang Green and Clean (KGC). Program yang digagas Surat Kabar Harian Timor Express dan Pemerintah Kota Kupang semenjak tahun 2008 ini juga merupakan terjemahan dari isu global tersebut.

Untuk warga sekolah di Kota Kupang, gerakan sekolah hijau sebetulnya merupakan bentuk dukungan terhadap KGC. Warga sekolah sebagai elemen masyarakat Kota Kupang dapat memberi kontribusi dengan mengadakan penghijauan dan pembersihan di lingkungan sekolahnya. Setidaknya, bentuk dukungan tersebut dilakukan dengan menanam berbagai anakan pepohonan di pekarangan sekolah dan kegiatan ramah lingkungan lainnya. Bagi saya, KGC ini merupakan sebuah kebijakan lokal untuk penyelamatan lingkungan. Olehnya, kabupaten lain di NTT juga dapat melakukan gerakan yang serupa sebagai tindakan penyelamatan lingkungan sesuai konteks lokal.

 

Titik Simpul

Dari uraian di atas penulis menyimpulkan bahwa untuk menghijaukan NTT, kita dapat memulai dari sekolah melalui gerakan sekolah hijau. Sebuah gerakan oleh warga sekolah dalam upaya menghijaukan pekarangan sekolahnya dengan menanam beraneka pepohonan. Minimal satu siswa menanam satu anakan pohon, kita sudah mendapatkan satu juta lebih pohon di NTT. Dengan begitu, NTT yang kadang dipelesetkan dengan Nusa Teramat Tandus ini bukan tidak mungkin akan menjadi Nusa Tampak Terhijau.

*) Penulis adalah:

Guru SDI Btk. Kelapa Lima 3 Kupang,

Ketua Divisi Penerbitan Asosiasi Guru Penulis NTT

Komentar ANDA?