Ingin Gaya Hidup Mewah, Mahasiswi itu Praktek “Dagang Tubuh”

0
862
Foto: Ilustrasi

Kehidupan dunia kampus yang menjadi tempat menimbah ilmu pengetahuan dan teknologi terus berkembang maju di Kota Kupang. Perkembangan yang positif ini juga dikuti dengan perkembangan yang miris dari dunia kampus. Ada kisah pilu dari sejumlah mahasiswi kampus yang ingin hidup mewah walaupun mereka datang dari kampung dengan kemampuan orang tua yang pas-pasan. Ambisi hidup mewah ini direngkuhnya melalui praktek “dagang tubuh” kepada siapa saja yan penting ada duitnya. Ikutilah penelusuran media ini dalam tuisan-tulisan berikut.

 

Pemerintah Kota Kupang dalam kepemimpinan Walikota Jefri Riwu Koreh memastikan, mulai tanggal 1 Januari 2019 semua tempat prostitusi di Kota Kupang terutama lokalisasi Karang Dempel di Tenau sudah harus ditutup. Keputusan ini memunculkan tanggapan pro dan kontra namun walikota yang mantan anggota DPR RI dari Partai Demokrat ini tetap “keras kepala” menjalankan keputusannya itu.

Beberapa hari belakangan ini media ini melakukan penelusuran ke sejumlah wilayah di Kota Kupang menyusul pemberlakukan keputusan itu. Hal yang mau dilihat dan ditelusuri adalah apakah kebijakan itu akan berdampak positif atau negatif.

Ternyata ada hal yang menarik dan luput dari perhatian berbagai pihak terutama kalangan kampus terkait sepak terjang sejumlah mahasiswi yang selama ini melakukan praktek “dagang tubuh” di luar kampus. Mungkin memang ini hak asasinya, namun yang menarik adalah mereka ingin kehidupan yang serba wah kendatipun datang dari kapung dan keluarga yang ekonomi lemah lembut.

Praktek “dagang badan” ini ternyata sangat subur di Kota Kupang dengan pelakuanya para mahasiswa yang tidak pernah memilih dan memilah penikmatnya. Bagi mereka, yang dicari adalah uang bukan yang lainnya.

Sebut saja namanya Santi, seorang mahasiswa sebuah perguruan tinggi swasta di Kota Kupang. Postur tubuhnya terbilang cukup menggoda. Tinggi badannya memang tak menjulang tinggi, tapi perawakannya sintal padat berisi. Sungguh menggoda hasrat.

Tampak dari wajahnya memang terlihat teduh dan sedikitpun tidak menyiratkan aura binal. Dia selalu berpakaian rapih baik di kampus dan di luar kampus, selalu bersepatu  bak pekerja kantoran.‎

Mahasiswi yang baru dua tahun berada di kampus swasta itu diternyata bisa menjadi partner ‎merengguk birahi kenikmatan.

Santi usai kuliah dia ternyata juga melayani jasa “dagang tubuh” dengan memberikan kepusahan kepada para kaum lelaki yang tengah kesepian. Praktek ini tentu tidak gratis tetapi dengan imbalan sejumlah uang yang nominalnya telah disepakati bersama. .
‎Santi yang ditemui di sebuah cafe tempat nongkrongnya menggaet korban mengakui, dia sudah berpraktek sekitar setahun lebih. Hasil yang didapatkannya dari praktek ini cukup lumayan bisa untuk membayar uang kuliah, kos dan kebutuhan hidup lainnya di Kota Karang ini.

Dia berkisah, mengapa dia bisa terjebak dalam dunia yang satu ini. Dia mengakui, semula dia berkenalan dengan seorang pengelola cafe. Dari situlah dia mulai tergoda untuk memulai usaha plus-plusan ini sekaligus tetap melanjutkan kuliahnya.

Gadis cantik berkulit putih ini tidak sungkan berbagi cerita tentang sepak terjangnya selama setahun ini. Dia mengakui, semua itu dilakukan untuk menopang biaya kehidupan sehari-hari, dan biaya kuliah selama ini.

“Oang tua saya petani di kampung yang memang tidak bisa memenuhi kebutuhan saya sebagai mahasiswa di kota ini. Karena itu saya memang ingin mendari uang sendiri untuk bisa bayar kuliah,  biaya kos dan kebutuhan hidup lainnya,” kata Santi.

Awalnya tutur Santi, ketika berada di kafe ini, dia melihat para pengunjung datang dengan penampilan yang sangat glamour sementara dia hanya memakai jeans lusuh dengan kaos oblong. Dia melayani para pengujung cafe dengan selalu berpikir bagaimana  bisa berpenampilan seperti itu.

Suatu saat ketika sudah larut malam menjelang ditutupnya tempat usaha itu, seorang pengunjung cafe masih duduk di tempat itu. Santi mendekati lelaki yang sudah cukup berumur. Santi menegurnya kalau cafe mau ditutup. Lelaki itu malah mengajaknya duduk di sampingnya. Dialog dimulai dengan baik, santun dan ramah. Sang Bapak itu malah mengajak Santi ke sebuah hotel.

Santi kaget dengan ajakan itu, Dia menolak ajakan itu karena besok ada jadwal kuliahnya pagi sekali. Pertukaran nomor telepon terjadilah dan disitulah awal komunikasi antara Santi dan lelaki berusia diatas 50 tahun itu.

Santi termakan rayuan lelaki itu, akhirnya pertemuan di sebuah hotel pun terjadilah. Dari kamar hotel itulah Santi pertama kali memegang uang sebesar Rp 2 juta pemberian si Bapak karena telah memberikan kepuasan yang luar biasa malam itu. Sang Bapak berpesan kepada Santi, kalau butuh uang jangan sungkan-sungkan telepon, ada banyak orang yang bisa membantu.

Dari situlah Santi mulai merasakan betapa nikmatnya memperoleh uang besar dalam waktu yang tidak lama. Dia akhirnya tergoda dengan cara hidup seperti ini dan terus melakoninya selama lebih dari setahun ini.

“Hampir setiap malam saya dikontak untuk menemani tamu di hotel namun tidak semua permintaan itu saya penuhi karena saya juga harus kuliah hingga mencapai gelar sarjana. Saya baru bisa menerima permintaan kalau memang saya lagi butuh uang,” katanya.

Ditanya, apakah pernah ada tamu iseng yang membuatnya kesal dan marah, Santi dengan jujur mengakui selama berpraktek ini, dia tidak pernah diperlakukan dengan tidak baik oleh tetamunya. Dia bahkan dimanjain di atas ranjang dan mereka sama-sama menikmati permanan itu.

“Belum ada pria iseng. Saya selalu menikmati suasana yang indah saat menemani tamu di kamar hotel. Kami sama-sama menimkatinya, namun terlebih dahulu kami sepekati pembayaran. Saya setiap kali melayani tamu minimal dibayar Rp 500 ribu hingga Rp 1 juta Bahkan ada tamu yang memberi lebih,” pingkasnya. (tim Nttsatu.com)

Komentar ANDA?