Katakan Tidak Pada Korupsi

0
473

*) Oleh: Fr. Yudel Neno

 

PEMIMPIN Tertinggi Gereja Katolik Roma, Bapa Suci Paus Fransiskus I, sebagaimana dilansir oleh media Amorpost.com, pada 02/02/18, menganjurkan fokus intensi doa para beriman Katolik pada pertobatan para koruptor.

Ada beberapa poin yang patut direfleksikan pada masa prapaskah ini yakni :

  1. Korupsi adalah akar perbudakan dan pengangguran

Menurut Bapa Suci akar perbudakan dan pengangguran adalah korupsi. Mereka yang memiliki akses kepada kekuasaan dan menguasai lobi ekonomi berusaha memperkaya diri sendiri dan membiarkan orang lain menderita.

Dalam arti ini, terpanggil oleh nurani kemanusiaan, korupsi segera dilihat sebagai fakta dan tindakan yang merongrong martabat sebuah pemerintahan.

Pada prinsipnya, pemerintah dalam segala aktivitas dan kebijakanpolitisnya, terarah pada kesejahteraan umat manusia. Tak seorang pun dan tak ada satu usaha pun yang dilakukan sebagai strategi untuk membebaskan manusia dari kungkungan kemiskinan, hanya kalau ia terlebih dahulu memerangi dan memusnahkan mentalitas korupsi.

Korupsi menciptakan tingginya pengangguran sebab apa yang seharusnya menjadi bagian untuk pemberdayaan, justeru terlebih dahulu dirampas dan dipergunakan oleh dan untuk kepentingan segelintir orang. Korupsi menciptakan tingginya perbudakan, sebab dengan mengambil lebih, segelintir orang tetap kaya sementara segelintir rakyat karena kekurangan  mereka, mereka diperbudak oleh situasi itu dan berusaha  dalam ketidakberdayaan untuk bekerja mencari upah. Dalam situasi ketakberdayaan bersamaan dengan tingginya tuntutan kebutuhan hidup, mereka bekerja semaksimal mungkin walaupun sistem upah tidak memadai. Inilah wajah modern praktek perbudakan.

2. Korupai adalah praktek mematikaj moral

Bapa Suci Paus Fransiskus menandaskan bahwa Korupsi adalah sebuah proses kematian yang memberi makan kepada budaya kematian. Sebab rasa haus akan kekuasaan dan harta benda pada orang-orang tertentu tidak lagi mengenal batas.

Tingginya nafsu akan harta menutup pintu keadilan dan pintu belas kasihan seseorang. Ketika keadilan dan belas kasihan seseorang mati dalam dirinya, ia akan melihat sesamanya sebagai sesuatu yang lain di luar dirinya sendiri. Inilah tandanya bahwa akar dari korupsi adalah keangkuhan manusia yang tidak mau memberikan kesempatan kepada yang lain. Akar dari korupsi adalah menyebarnya nafsu liar manusiawi untuk mendapatkan semuanya.

3, Korupai tidak boleh dan tidak bisa didiamkan

Negara Indonesia adalah negara hukum. Korupsi adalah praktek pelanggaran terhadap hukum. Logika hukum, setiap pelanggar patut dihukum.

Persoalannya adalah di Indonesia ini, penegakan hukum belum mampu mencegah praktek korupsi. Atau dengan kata lain, efek jera hukum hingga saat ini, belum maksimal.

Bapa Suci Paus Fransiskus mengatakan bahwa “Korupsi tidak diimbangi dengan diam. Kita harus membicarakannya, mencela kejahatannya, dan mencoba untuk memahaminya sehingga kita bersama-sama mengatasinya.

Dengan demikian, yang menjadi akar dari korupsi, pertama-tama adalah mentalitas manusia yang tidak mau menyelami spiritualitas kepemilikan dan kenyamanan terhadap hasil keringat sendiri.

Doa sebagai keluatan untuk menangkal godaan korupsi

Selain upaya hukum, upaya pencegahan, Bapa Suci Paus Fransiskus mengajak para beriman Katolik, untuk berdoa memohonkan pertobatan yang khusus bagi para koruptor.

Intensi-intensi doa hendaknya disampaikan dengan tulus, agar kekuatan Allah dapat menggerakkan nurani para koruptor untuk menghentikan aktivitas mereka.

Dengan kekuatan doa, harapan luhurnya adalah semoga mereka yang kinerjanya hingga kini masih dalam kancah moral, mereka dihindari dari godaan korupsi.

“Marilah kita berdoa agar orang-orang yang memiliki kekuatan material, politik atau spiritual dapat menolak godaan korupsi,” Tandas Bapa Suci.

*) Penulis adalah Frater tingkat V pada Seminari Tinggi St. Mikhael Penfui, Kupang dan calon imam Keuskupan Atambua

Komentar ANDA?