Menjelajahi Potensi Pariwisata di Sumba Bersama Viktor Laiskodat (1 dari dua tulisan)

0
1032
Foto: Hotel Nihiwatu yang dikukuhkan menjadi hotel terbaik di dunia pada tahun 2017 lalu. (foto: istimewa)
  • Sumba Yang Mempesona Bak Gadis Cantik Masih Tidur Pulas

 

PULAU SUMBA kian terkenal dan akan semakin terkenal. Pasalnya, bulan Pebruari 2018 lalu, pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur (NTT)  terpilih menjadi satu diantara 33 pulau terindah versi Majalah Focus, Jerman. Melalui sebuah artikel berjudul Sumba Kein Tanz, aber ein Traum  (Focus 17. February 2018, Seite 116) Sumba telah menerima predikat itu.

Pulau Sumba dengan empat kabupaten masing-masing Sumba Timur, Sumba Tengah, Sumba Barat dan Sumba Barat Daya ini berbatasan langsung dengan Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB), Pulau Timor, Pulau Flores, dan Australia. Ternyata, pulau seluas 10.710 km2 ini menyimpan begitu banyak potensi alam sebagai destinasi wisata yang akan terus dibangun dan ditata.

Mulai pantai hingga perbukitan, Pulau Sumba selalu menawarkan keindahan yang sama, yang menjadi surga tersembunyi di kepulauan Nusa Tenggara.

Banyak sekali obyek wisata yang memiliki nilai jual hanya belum dikemas dengan baik dan dipromosikan secara meluas. Tercatat sebanyak tujuh potensi yang sudah memiliki nilai jual yakni Pertama:  Danau Weekuri.  Danau Weekuri merupakan danau air asin satu-satunya di Indonesia. Danau yang memiliki air bening berwarna kehijauan ini berada di kawasan Kodi Utara, Kabupaten Sumba Barat Daya. Danau air asin ini dikelilingi batu karang. Air asin dipercaya keluar dari sela-sela batu karang yang berbatasan langsung dengan laut.

Kedua: Hotel Nihiwatu. Hotel ini sudah menjadi  hotel terbaik nomor satu di dunia. Hotel Nihiwatu terpilih menjadi hotel terbaik di dunia tahun 2016 dan 2017 oleh majalah wisata , Travel+Leisure. Baru-baru ini, Nihiwatu yang terletak di Kabupaten Sukmba Barat didaulat sebagai hotel terbaik nomor 1 dari ajang World’s Best Travel Awards 2016. Dan pada tahun 2017, Nihiwatu kembali menjadi hotel terbaik.  Nihiwatu mengalahkan deretan hotel bergengsi di AS, Selandia Baru, Australia, serta Ekuador dan Cile.

Ketiga: Lokasi Syuting Beberapa Film Indonesia. Ada beberapa film Indonesia yang mengambil lokasi syuting di Pulau Sumba. Diantaranya adalah film laga “Pendekar Tongkat Emas” garapan Mira Lesmana dan Riri Riza yang tayang akhir 2014 lalu. Selanjutnya ada film “Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak” atau Marlina the Murderer in Four yang diperankan Marsha Timothi. Selain dua film diatas, film komedi yang disutradarai oleh Ernest Prakasa “Susah Sinyal” juga mengambil lokasi syuting di Sumba.

Keempat: Pasola Jadi Runner-Up Atraksi Budaya Terpopuler. Disamping Nihiwatu, atraksi perang tradisional melempar lembing kayu dari atas punggung kuda yaitu Pasola juga dinobatkan sebagai Runner-Up kategori atraksi budaya terpopuler. Anugerah bergengsi tersebut diberikan oleh Majalah Wisata Travel + Leisure.

Kelima:  Tenun Ikat Sumba. Kain tenun ikat dikenal karena kualitasnya dan memiliki tempat tersendiri dalam kehidupan masyarakat lokal. Proses pewarnaan adalah salah satu yang membuat tenun ini menjadi mahal harganya. Proses ini bisa memakan waktu enam bulan atau paling lama tiga tahun. Adapun harga jual kain ini cukup tinggi, mulai Rp10 juta hingga Rp300 juta. Selain proses, motif tenun, dan panjangnya sangat berpengaruh terhadap harga jual.

Foto: Rumah-rumah adat di Pulau Sumba yang memiliki kisah tersendiri. Rumah panggung beratap ilalang dengan kongtruksi tinggi menjulang ke langit membuat semakin eksotik (Foto: Istimewa)

Keenam:  Perbukitan yang Berubah Warna

Sutradara film “Susah Sinyal”, Ernest Prakasa mengungkapkan selama di Sumba, ia menemukan hal unik. Yakni perbukitan yang bisa berubah warna karena pengaruh musim. Dia menceritakan, saat pertama kali datang untuk melakukan survei lokasi pada bulan Maret, hamparan perbukitan sejauh mata memandang berwarna hijau pekat. Tetapi, saat kembali di bulan Juli, semua hamparan hijau sudah berubah warna menjadi cokelat tandus karena musim kemarau.

Ketujuh: Kepercayaan Asli Marapu. Marapu adalah sebuah agama atau kepercayaan lokal yang dianut oleh masyarakat di Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur. Marapu dalam ajarannya menerapkan sistem keyakinan dengan memuja arwah-arwah leluhur.

Dalam bahasa Sumba, arwah-arwah leluhur itu disebut Marapu, yang memiliki arti ‘yang dipertuan’ atau ‘yang dimuliakan’. Itulah sebabnya agama yang dianut juga disebut Marapu.

Kenyataan seperti yang diuraikan di atas menunjukkan kalau pulau Sumba merupakan sebuah pulau yang indah mempesona. Aneka potensi pariwisata yang memiliki nilai jual yang tinggi masih harus dikemas dan dijual agar bisa laku di seantero jagat dan menjadi destinasi wisata tidak hanya untuk wisatawan domestik tetapi juga untuk wisatawan manca negara. (bonne pukan- dari berbagai sumber)

Komentar ANDA?