Perayaan Nyepi Jadi Perekat Hubungan Kekerabatan

0
512
Foto: Pawai Ogoh-ogoh yang digelar Umat Hindu di Kota Kupang, Rabu, 06 Maret 2019 (Foto: antara kupang)

NTTsatu.com – KUPANG – Hari ini, Kamis, 07 Maret 2019 Umat Hindu merayakan Hari Raya Nyepi. Perayaan ini dinilai sebagai perayaan yang akan merekatkan hubungan kekerabatan antar umat beragama.

Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) Abdul Kadir Makarim menilai perayaan Hari Raya Nyepi bagi umat Hindu merupakan zat perekat dalam membangun hubungan kekerabatan antarumat beragama di daerah ini.
“Pertama saya mengucapkan selamat Hari Raya Nyepi dan semoga kedamaian dan kerukunan tetap langgeng di NTT,” kata Makarim seperti dirilis Antara di Kupang terkait dengan perayaan Hari Raya hari ini.

Makarim mengatakan, perayaan Nyepi ini berbarengan dengan dimulainya masa puasa bagi umat Katolik yang ditandai dengan penerimaan Abu pada hari Rabu Abu, 6 Maret 2019.

“Di sisi lain, perayaan dua hari raya keagamaan ini berlangsung pada saat bangsa Indonesia akan melaksanakan pesta demokrasi berupa Pileg dan Pilpres pada 17 April 2019, yang kami harapkan dapat membawa angin sejuk dalam membangun kebersamaan di negeri ini terutama di daerah NTT,” katanya.

Foto: Pawai Ogoh-ogoh yang digelar Umat Hindu di Kota Kupang, Rabu, 06 Maret 2019 (Foto: antara kupang)


Menurut Makarim, kondisi ini terjadi karena saat ini aroma perpecahan antaranak bangsa mulai tercium di mana-mana, terutama di media sosial (medos). Saling menghina, saling mengejek, saling memfitnah satu sama lain, sesungguhnya sangat mengganggu umat beragama yang sedang merindukan kedamaian dan kenyamanan dalam hidup.

“Ingat bahwa tekad kita masyarakat NTT tetap menjadikan NTT sebagai Nusa Tetap Tenang (NTT) untuk mewujudkan terciptanya Nusa Terindah Toleransi (NTT). Ini yang harus kita jaga dengan baik,” katanya.

Sebelumnya, pada Rabu, 06 Maret 2019 kemarin, dalam rangkah menyambut Hari Raya Nyepi, umat Hindu di Kota Kupang menggelar berbagai kegiatan. Salah satunya adalah pawai Ogoh-ogoh.

Dalam pawai yang dimulai dari Bundaran PU itu, umat Hindu membawa serta sembilan patung ogoh-ogoh, terdiri dari tiga berukuran besar, empat berukuran sedang dan sisanya berukuran kecil yang dipandu anak-anak.

Ogoh-ogoh merupakan karya seni patung manusia dengan wajah yang menyeramkan dan merupakan simbol dari sifat-sifat buruk manusia. Usai pawai, Ogoh-ogoh tersebut akan dibakar sebagai tanda penyucian diri.

Pawai ogoh-ogoh yang dimulai dari dari Bundaran PU itu, melalui Jalan Frans Seda menuju Patung Kirab, Taman Nostalgia lalu kembali ke Bundaran PU untuk melakukan upacara pencaruan. Pawai tersebut dilepas Wali Kota Kupang, Jefri Riwu Koreh. (*/gan)

 ====

Foto> Pawai Ogoh-ogh yang digelar Umat Hindu di Kota Kupang, Rabu, 06 Maret 2019 (Foto: antara kupang)

Komentar ANDA?