RS Siloam Kupang Atasi Batu Ginjal Tanpa Operasi

0
716

NTTsatu.com – KUPANG – Masyarakat Nusa Tenggara Timur, terkhususnya Kota Kupang dan sekitarnya perlu berbangga sembari bersyukur karena saat ini Rumah Sakit Umum Siloam Kupang telah menerapkan metode terkini penanganan batu ginjal.

Dulu, penanganan batu ginjal dilakukan dengan pembedahan di bagian pinggang dan ginjal untuk mengambil batu yang bersarang di dalamnya. Namun, kini ada metode yang jauh lebih nyaman dan efektif bagi pasien tanpa operasi.

Dokter spesialis urologi dari Rumah Sakit Siloam Kupang, dr Erick Hutauruk, SpU, menjelaskan metode pembedahan untuk menangani batu ginjal sudah mulai ditinggalkan karena lebih berisiko perdarahan dan penyembuhan luka pascaoperasi memakan waktu lama. Sebagai penggantinya, ada metode noninvasif (tanpa sayatan) seperti extracorporeal shock wave lithotripsy (ESWL).

“Pemilihan teknik penanganan bersifat individualistis, disesuaikan dengan ukuran dan posisi batu,” ujar Erick dalam media Gathering yang digelar RS Siloam Kupang, di Kupang, Rabu (4/12/2019).

Metode ESWL, lanjutnya, merupakan cara menghancurkan batu ginjal dengan energi gelombang kejut yang ‘ditembakkan’ dari luar tubuh pasien menggunakan alat khusus.

“Batu akan hancur dan keluar bersama air seni,” jelasnya.

Foto; Ibu Christine Sumiyati Paty anggota Komis V DPRD Provinsi NTT

 

Tanda-tanda Gejala Batu Ginjal

Pada kesempatan itu Erick menjelaskan tanda-tanda batu ginjal yang paling umum ialah nyeri pinggang menetap yang tidak kunjung hilang. Namun, tidak semua batu ginjal bergejala nyeri pinggang dan tidak berarti setiap nyeri pinggang merupakan gejala batu ginjal sebab ada juga penyakit-penyakit lain yang menimbulkan gejala nyeri pinggang.

“Gejala umumnya ialah nyeri pinggang yang disertai mual muntah. Mual muntah umumnya terjadi karena nyeri memicu stres, stres memicu naiknya produksi asam lambung. Tapi tidak selalu demikian, ada juga batu ginjal yang tidak menimbulkan nyeri dan terdeteksinya tidak sengaja saat USG perut,” jelasnya.

Direktur RS Siloam Kupang, dr Hans Lie, menjelaskan alat ini sudah ada di daerah lain seperti Jakarta, Bali, NTB, namun di NTT ini merupakan yang pertama.

“Kami melayani semua pasien, baik itu pasien umum, asuransi, perusahaan. Pasien JKN-KIS juga bisa menikmati layanan ini,” kata Hans.

Hans berharap alat ini dapat memberikan layanan dan dampak yang baik mengingat jumlah kasus batu ginjal di NTT sangat tinggi.

“Pasien-pasien yang datang tidak saja dari NTT saja tapi dari negara tetangga Timor Leste juga ada. Untuk hari ini saja kita ada 3 pasien yang sedang kita layani. Kalau total ditambah kemarin (3/12) jumlah sudah 11 pasien. Semuanya itu pasien JKN-KIS,” pungkas Hans.

Sementara Anggota DPRD Provinsi NTT, dari komisi V yang membidangi kesehatan, Christine Samiyati Paty, dalam kesempatan itu mengatakan penggunaan tekhnologi penanganan batu ginjal tanpa pembedahan merupakan sebuah langkah awal yang sangat bagus dari RS Siloam karena akan sangat membantu masyarakat NTT sebab masyarakat tidak perlu lagi berobat atau dirujuk ke luar daerah tapi bisa langsung datang di Siloam Kupang yang telah memiliki alat yang canggih dan moderen.

“Alat ini sangat membantu masyarakat NTT. Untuk itu saya sebagai salah satu pimpinan komisi V akan mendorong pemerintah Provinsi NTT kalau memang memungkinkan maka diupayakan untuk pengadaan alat yang sama bagi RSUD Prof. W.Z Johanes Kupang, karena dari data yang ada memang sangat banyak sekali masyarakat kita yang terkena batu ginjal karena kondisi air tanah yang dikonsumsi mengandung zat kapur yang sangat tinggi,” kata politisi NasDem ini.

“Saya juga mengharapkan alat ini bisa ada di rumah sakit rujukan di daerah lain seperti di Sumba dan Flores sehingga memudahkan masyarakat yang ingin mendapatkan pelayanan penanganan batu ginjal bisa terlayani,” katanya.  (bp/tim)

Komentar ANDA?