Sampah Itu Bukan Musuh Tapi Sahabat

0
699
Foto: Suasana Rakor Bakohumas di Hotel Ima, Kupang, Selasa, 26 Maret 2019

NTTsatu.com -KUPANG – Semua anggota masyarakat diajak untuk terlibat dalam penanganan masalah persampahan. Penanganan sampah harus dilakukan dengan memberi keteladanan, mulai dari diri sendiri. Dan harus diingat bahwa sampah itu bukan musuh tetapi sahabat karena semua manusia itu adalah produsen sampah,

Demikian salah-satu kesimpulan diskusi Forum Badan Koordinasi Kehumasan (Bakohumas) di lingkungan Pemerintah Provinsi NTT yang diselenggarakan oleh Biro Humas dan Protokol NTT di Hotel Ima Kupang, Selasa (26/3/2019).

Hadir sebagai narasumber dalam Forum Bakohumas perdana di tahun 2019 itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan NTT, Ir.Ferdi Jefta Kapitan,M.Si bersama Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Kupang Yeri Padji Kana,S.Sos,MM. Keduanya memaparkan peran pemerintah dalam penanganan sampah.

“Secara administratif, kita telah memiliki Peraturan Gubernur nomor 55 Tahun 2018 tentang kebijakan strategis pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga. Ketentuan ini menjadi pedoman bagi kabupaten/kota untuk menyusun Perda sampah, kebijakan strategis dan ketentuan pegelolaan sampah” jelas Kapitan.

Dalam paparannya, Mantan Kepala Biro Organisasi itu menyebut bahwa setiap orang menghasilkan setidaknya 0,4 kilogram sampah setiap harinya. Jika jumlah penduduk NTT sebanyak 5.271.550 orang maka terdapat 2.108,62 ton potensi timbunan sampah setiap harinya. Lebih lanjut, disebutnya komitmen Pemerintah Provinsi NTT untuk mengejar target nasional pengurangan sampah 30% dan 70 % penangan sampah pada tahun 2025.

“Untuk menciptakan kantor ramah lingkungan baik di lingkup kantor pemerintah, BUMN, BUMD dan swasta juga telah ditetapkan Peraturan Gubernur Nomor 51 Tahun 2018 tentang Eco Office. Kami juga sudah mengusulkan pembangunan UPT Pengelolaan Sampah dan limbah B3 pada tiga kawasan yaitu Timor, Flores dan Sumba” tambahnya mengurai pentingnya pengelolaann sampah terintegrasi dari hulu hingga ke hilir.

Foto: Suasana Rakor Bakohumas di Hotel Ima, Kupang, Selasa, 26 Maret 2019

Dengan model pengelolaan sampah berbasis masyarakat, beliau menyebutkan Program CSR bersama Pertamina Tahun 2018 telah menetapkan lokasi TDM 4 sebagai daerah percontohan (pilot project). Untuk Tahun 2019, melalui ABD Provinsi NTT direncanakan untuk kembali dibangun pilot project pengelolaan sampah di Kelurahan Nefonai, Kota Kupang.

Dalam acara yang sama, Yeri Padji Kana menggugah para peserta akan pentingnya usaha penanganan sampah secara bersama-sama. Beliau memulai materinya dengan pertanyaan reflektif tentang sampah. “Sampah tidak pernah beristirahat. Dengan jumlah penduduk Kota Kupang saat ini, setiap harinya kita memproduksi lebih dari 226 ribu ton sampah” begitu gugahnya sambil menyebutkan terbatasnya sarana prasarana untuk mengolah sampah dari 751 titik buang.

”Kami berharap masyarakat bisa memanfaatkan waktu yang tepat untuk membuang sampah. Jam lima pagi dan jam enam sore. Sering terjadi penimbulan (penumpukan) sampah di luar jam, sehingga seolah-olah tidak diangkut” begitu katanya sambil menyebut rencana mereka untuk melakukan sosialisasi yang lebih gencar lagi.

Dalam sesi diskusi mencuat beberapa usulan menarik. Imanuel Jemkari, salah-satu peserta forum mengusulkan untuk mengapresaisi kerja mulia para tenaga pemungut sampah atau yang biasa disebut sebagai pemulung. Menurutnya, sebagai pahlawan kebersihan, para pemulung perlu diorganisir dan diberikan perhatian yang pantas. Peserta lainnya menyebutkan pentingnya edukasi tentang pemanfaatan sampah sejak usia dini.

Kegiatan yang dihadiri 100 orang peserta dari unsur Forkopimda NTT, karyawan Humas BUMN/BUMD, ASN perangkat daerah provinsi dan Kota Kupang  itu didasari kesadaran untuk mengatasi masalah persampahan. Secara umum, seluruh peserta Bakohumas sepakat melihat sampah sebagai sahabat, bukan sebagai musuh. Tidak perlu saling menuding, karena kita semua adalah produsen sampah.

Kepala Bagian Pelayanan Masyarakat Biro Humas dan Protokol NTT, Dra.Elisabeth Lenggu,M.Si selaku moderator menyimpulkan pentingnya tanggung- jawab dan sinergi mengatasi masalah sampah. Harapannya agar dapat segera terhapus predikat sebagai kota terkotor, menjadi kota bersih bahkan terbersih di Indonesia.(hms ntt)

 

Komentar ANDA?