Santa Clara Yang “Menjelma” Dalam Diri Rahmat Effendi

0
625

GEREJA Paroki Santa Clara Bekasi Utara, akhirnya diberkati dan diresmikan pada tanggal 11 Agustus 2019. Pemberkatan dan peresmian ini merupakan berkat terindah bagi umat Katolik Paroki Santa Clara Bekasi Utara, yang kita semua ketahui sejak proses pembangunan (meski IMB sudah ada) selalu mendapat hambatan dan penolakan dari warga masyarakat sekitat dan oknum organisasi tertentu yang menutut pencabutan IMB.

Penantian panjang selama 21 tahun oleh umat Katolik Bekasi Utara akan sebuah rumah ibadah yang layak akhirnya datang juga yang ditandai dengan pemberkatan dan peresmian kemarin, Minggu-11 Agustus 2019.

Terlepas dari doa penuh iman, kesetiaan dan kesabaran umat Katolik Bekasi Utara, apresiasi setinggi-tingginya pantas diberikan kepada wali kota Bekasi Utara: Bpk. Rahmat Effendi atas sikap heroiknya menghadapi tekanan massa yang menuntut pencabutan IMB.

Bukan soal posisi Bapak Rahmat Effendi sebagai pejabat pemerintah karena dibeberapa tempatpun ada pekabat yang lebih memilih mencari aman dengan mengikuti kemauan kelompok massa yang keputusannya tidak memberikan rasa keadilan.

Namun Rahmat Effendi berani mengambil sikap tegas yang sama sekali tidak takut pada tekanan massa bahkan bisa merugikan posisi politiknya.

Foto: Uskup Agung Jakarta, Mgr. Ignatius Suharyo dan Wali Kota Bekasi  Rahmat Effendri  saat meresmikan  Gereja Sta. Clara di Bekasi Utara, Minggu, 11 September 2019

Sikap tegas dan berani pak Rahmat Effendi menjadi sebuah pembelajaran bagi kita juga umat Katolik bahwa kita tidak sekedar bermain mencari aman, atau hanya sekedar berani mengkidung doa dalam bahasa suci; “ ampunilah mereka ya Bapa, karena mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat”; tetapi lebih dari itu harus berani “ melawan” demi nilai dan rasa keadilan bagi banyak orang.

LEBIH BAIK TEMBAK KEPALA SAYA, DARIPADA HARUS MENCABUT IMB GEREJA SANTA CLARA, demikian suara HEROIK Rahmat Effendi menghadapi tuntutan dan tekanan massa seakan mengumandangkan kembali bara heroik Santa Clara yang berani menghadapi bujukan dan ancaman pembunuhan karena menolak lamaran untuk menikah dengan putera kaisa Diokletianus.

Sikap heroik Santa Clara yang berakhir dengan DIPENGGAL KEPALANYA karena berani menghadapi ancaman kaisar dan para prajurit kini MENJELMA dalam diri seorang Rahmat Effendi; “LEBIH BAIK TEMBAK KEPALA SAYA”.

12 Agustus 2019
Pater Tuan Kopong MSF

 

Komentar ANDA?