Sophia, Produk Kecerdasan

0
447

Oleh Marsel Tupen Masan

 

TEMUAN  kecerdasan buatan Robot Sophia yang diciptakan David Hanson, pemilik perusahaan Hanson Robotics di Hongkong (2016) yang dipublikasikan Harian Kompas Selasa 17 September 2019, dalam judul “Kecerdasan Buatan Sophia yang pintar mengaduk emosi”, memang menggelitik. Gelitikannya menyentuh oleh karena nama Sophia ini, identik dengan nama Sophia, kepanjangan dari sopi asli, di NTT.

Sophia (Sopi asli) ini, adalah produk minuman lokal, karya atau hasil temuan inovatif ciptaan Perguruan Tinggi Negeri Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang. Kedua temuan ini, merupakan riset Perguruan Tinggi dengan melibatkan ahli dan ilmuwan terkenal. Seperti Sophia (Sopi asli), proses riset hingga pembuatannya melibatkan empat profesor ahli dari Undana.

Menalar.

Pertama, Robot Sophia, adalah karya cipta robot yang dibuat dengan meniru wajah gabungan model Audrey Hepburn dan istrinya diciptakan untuk meniru perilaku sosial manusia, termasuk emosinya. Dalam tampilannya di atas panggung (Indonesia), Sophia terlihat anggun berbusana kain Sumba (NTT) dan dengan penuh percaya diri meladeni setiap pertanyaan yang diajukan.

Robot ini memang sangat cerdas dan polos serta memiliki resep lengkap untuk mencuri hati lawan bicara. Menggunakan AI (artifificial intelligence) atau kecerdasan buatan, Sophia percaya bahwa AI mampu membantu kegiatan ekonomi manusia atau masyarakat secara lebih efisien di masa depan.

Kedua, temuan ilmiah minuman keras Sophia, adalah juga karya besar Undana Kupang dalam mengembangkan riset dan teknologi di era industrialisasi teknologi. Riset miras dengan hasil produksinya mempunyai tujuan mulai, mmberdayakan minuman lokal untuk meningkatkan ekonomi masyarakat.

Dengan demikian, peluncuran miras Sophia pada tanggal 19 Juni 2019 lalu, menandakan Undana berhasil mengembangkan riset dan teknologi di NTT, serta sebagai bentuk tanggungjawab universitas terhadap pembangunan masyarakat di NTT.

Namun yang perlu dibatini dalam nalar adalah: Apakah kedua Sophia ini, bisa mencerdaskan umat manusia?

(1) Kecerdasan buatan Sophia robot adalah temuan teknologi yang dapat membantu umat manusia dalam mengefisienkan kegiatan ekonomi umat manusia, namun bisa menjadi senjata yang berbahaya bagi pengguna yang berpandangan pendek, sebagaimana yang dirilis Kompas.

(2) Kecerdasan mengembangkan riset miras oleh Undana Kupang, dengan menghasilkan inovasi produk komersial Sophia, mudah-mudahan terus menghasilkan produk yang berkualitas demi pembangunan di NTT.

Namun dalam perspektif miras itu sendiri, apakah temuan ilmiah industri Sophia ini dapat mengurangi problematika penyakit masyarakat NTT dalam meminum minuman keras? Ataukah dengan temuan teknologi pembuatan miras lokal, masyarakat NTT terlindungi dari GMO?

Memang diakui, bahwa minuman keras (miras) di NTT, digunakan sebagai medium kontak antar budaya, dan telah berkembang menjadi realitas sosial yang tidak dapat dihindari. Namun minuman yang mengandung etanol ini, jika dikonsumsi berlebihan, dapat menimbulkan gangguan mental organik (GMO), dalam fungsi berpikir, merasakan dan berperilaku, sehingga memberi efek buruk pada pelaku, keluarga dan masyarakat.

Penyimpangan perilaku akibat mabuk, sering memunculkan konflik dan kekerasan di NTT. Sepuluh tahun terakhir, konflik akibat kemabukan, dapat diuraikan sebagai berikut:

1) Tawuran antar mahasiswa di dalam kampus Universitas Negeri Nusa Cendana, pada awal Desember 2010. Kejadian ini diidentifikasi sebagai fenomena miras masuk kampus.

2) Perkelahian antar mahasiswa dan masyarakat di wilayah Oesapa yang mengarah kepada isu SARA dengan pembakaran tempat kost, pada saat pesta wisuda sarjana tahun 2009 dan 2010.

3) Konflik antara pemuda, masyarakat dan aparat maupun antar warga, yang berkembang menjadi kekerasan kolektif maupun individual di Kabupaten Alor pada tahun 2007 dan 2008.

4) Terjadi kecelakaan lalu lintas, yang mengakibatkan hilangnya nyawa orang lain, atau nyawa sendiri yang hampir terjadi merata di daerah.

5) Gangguan keamanan dan ketertiban masyarakat, seperti pemalakan di jalan yang memicu konflik dengan aparat keamanan di Kabupaten Belu, dan saling membunuh antar teman.

Mudah-mudahan Undana Kupang juga turut mengkaji persoalan ini sehingga menjadi semakin jelas terang benderang.

****

*) Penulis: Pensiunan PNS tinggal di Niha Oneng Fatukoa Kupang

Komentar ANDA?