Tidak Benar Ada Kecurangan UN SMP di Lembata

0
782

KUPANG  NTTsatu.com – Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (PPO) Kabupaten Lembata, Zakarias Paun menegaskan, tidak ada kecurangan yang terjadi di Lembata ketika pelaksanaan UN tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang dilaksanakan mulai hari Senin, 04 Mei 2015.

“Tidak benar itu. Itu hanya isu yang sengaja ditiupkan orang-orang tertentu untuk menjelekkan semua pihak terutama sekolah-sekolah di Lembata. karena ketika usai pelaksanaan UN tingkat SMA yang lalu, Lembata merupakan salah satu kabupaten di Indonesia yang masuk dalam kategori pelaksana UN terjujur,” kata Zakarias yang dihibungi NTTsatu.com dari Kupang melalui jaringan telepon seluler, Rabu, . 04 Mei 2015.

Dia kemudian menegaskan, isu itu akan ditindak lanjuti dengan meminta bantuan polisi untuk mengusutnya. Dan jika terbukti bahwa ada sekolah yang melakukan kecurangan saat pelaksanaan UN, dia tidak akan segan-segan untuk menindak kepala sekolahnya.

“Kalau benar ada kecurangan yang dilakukan di sekolah-sekilah, saya tegaskan bahwa saya akan “menghukum” mereka yang melakukan kecurangan itu. Kepala Sekolahnya kita pecat saja,” tegasnya.

Untuk diketahui, media online floresbangkit.com, hari ini memberitakan, Ujian Nasional (UN)Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kabupaten Lembata ternyata diwarnai kecurangan, salah satu guru SMP mengaku diadukan kepala sekolah karena menolak ajakan “kerjasama” untuk bocorkan soal UN. Pengakuan itu dibenarkan juga oleh salah satu siswa di SMP Negeri II Nubatukan.

Di temui di salah satu sudut kota Lewoleba, Selasa (5/5/2015) guru jujur itu mengatakan, pengawas ujian diajak kolusi untuk mengedarkan kunci jawaban yang sebelumnya dikerjakan oleh guru mata pelajaran pada sekolah yang bersangkutan. Menurutnya jika guru berbuat curang hanya untuk mengejar prestrise, maka dunia pendidikan gagal dalam mendidik murid selama selama tiga tahun.

Dia menyebutkan, pada saat soal UN dibawa ke sekolah dan masuk ke ruang sekretariat, para guru di sekolah tersebut mencopot satu lembar soal, kemudian dikerjakan guru mata pelajaran untuk selanjutnya diberikan kepada siswa yang sudah siap di ruangan kelas untuk mengikuti UN.

“Kalau guru mengajarkan berbuat curang hanya demi mengejar prestise, maka saya nilai ada kegagalan selama 3 tahun kita mendidik anak. Jadi saat menjadi pengawas UN, saya menyatakan menolak permintaan pihak sekolah untuk mengedarkan kunci jawaban yang sudah dikerjakan guru mata pelajaran. Ini hampir terjadi di semua sekolah. Teman-teman pengawas saya yang lain juga menyaksikan hal ini,” tandas sang guru yang meminta namanya tidak dikorankan.

Sikap tegas sang guru untuk menolak ajakan “kerjasama” membuat kepala sekolah pada tempat dia mengawas kecewa, lalu mengadukan guru tersebut ke UPTD.

Tak beda dengan guru, informasi bocoran kunci jawaban juga diakui salah satu murid peserta UN di SMP Negeri II Nubatukan. Ditemui usai mengikuti UN hari kedua Selasa (5/5/2015), sang murid membenarkan jika dalam ujian hari pertama dan hari kedua dia menerima edaran lembaran jawaban.

“Kami dapat kunci jawaban sejak hari pertama UN Bahasa Indonesia dan hari kedua UN matapelajaran Matematika. Saya terima kertas yang sudah ada kunci jawaban dari teman-teman. Setelah selesai sekolah teman-teman bilang kunci jawaban ini dititipkan guru untuk kami peserta UN,” ujar Siswa peserta UN yang enggan menyebutkan namanya. (iki)

 

Komentar ANDA?