114  Peserta Ikut Webinar Lembata

0
1977

NTTsatu.com — LEMBATA –– Pemerintah mengapresiasi inisiatif yang dilakukan oleh Yayasan Koker Niko Beeker untuk melaksanakan webinar. Semoga SMARD sebagai sekolah keberbakatan olahraga swaasta, selalu berkolaborasi dengan pemerintah, khususnya SKO Negeri Kupang dalam merancang kegiatan yang bermakna”, demikian Linus Lusi, S.Pd,M.Pd.

Diharapan 114 peserta pembelajaran online, Linus mengharapkan agar para guru di Lembata dan di seluruh Indonesia yang ikut pada kesempatan itu, dapat memanfaatkan momen yang bagus ini untuk saling belajar.

Kegiatan yang dilaksanakan pada Sabtu, 22 Agustus 2020 dipersiapkan dalam waktu yang sangat singkat yakni seminggu. Hal itu berawal dari adanya sumbangan Indihome dari PT Telkom. Melihat bahwa sebagai sekolah baru (yang baru berdiri 3 tahun) dan fokus Yayasan tentu lebih kepada hal lain, maka PT Telkom memberikan perangkat Indihome. Bantuan itupun segera ditindaklanjuti dengan merancang webinar yang dilaksanakan sehari.

Karama Bajher,Kepala Telkom Flores-Lembata, mewakili GM Telkom NTT, Samsurizal Arumi mengatakan bahwa PT Telkom selalu peduli dengan pendidikan. Bantuan yang diberikan ke SMARD diharapkan dapat digunakan tidak hanya oleh SMARD tetapi juga oleh para pendidik di Lewoleba untuk dapat mengakses materi belajar mengajar.

Pelaksanaan Webinar yang dimulai pkl 09.00 itu diawali dengan sambutan-sambutan. Paulus Doni Ruing, SE, sebagai pembina Yayasan Koker Niko Beeker mengungkapkan terimakasihnya kepada Pemerintah Daerah khususnya Dinas Pendidkan dan Kebudayaan tidak hanya atas supportnya terhadap pelaksanaan webinar kali ini, tetapi atas semua dukungan kepada SMARD.

Selanjutnya Paulus juga mengucapkan terimakasih kepada PT Telkom yang telah peduli dengan pendidikan di Lembata. Bagi PolcePT Telkom telah hadir secara tepat. Diharapkan ke depannya, PT Telkom bisa menjadi partner bagi SMARD, mengingat SMARD berada di tahun awal pembangunan fisik.

Pertama Kali

Bagi banyak orang, webinar mungkin sudah biasa, tetapi tidak bagi guru-guru di Lembata. Bagi banyak guru, merupakan hal pertama. “Bapa, Webinar itu apa? Kami dapat edaran tetapi tidak tahu apa yang harus kami buat”, demikian tanya Bapak Pankrasius Nimo, S.Pd. Guru SD Inpres Lerek. Sebagai guru di pelosok, Simon mengaku, sempat dengar-dengar tentang Webinar, tetapi tidak tahu persis. Kini ia dapat memanfaatkannya dengan baik.

Ungkapan polos juga disampaikan oleh Ibu Yustina Ohe Nunang, S.Pd. Guru pada SDI Lusikawak – Nubatukan itu menyatakan, ia sangat ingin ikuti kegiatan tersebut tetapi karena gaptek,ia tidak tahu harus mulai dari mana. Hal itu berbeda diungkapkan pak Anton Ata, kepala SDN Lamanuna. Meski berada di pelosok tetapi oleh interaksina, ia sedikit paham, meski tidak seberapa. Sangat beruntung juga guru di sudut Atadei itu bisa berada di Lewoleba saat berada di SMARD dan bisa mengikuti kegiatan tersebut.

Ketidaktahuan dan penasaran seperti ini menjadi sekaligus tantangan bagi panitia. Panitia dari Jakarta, Niko Hukulima dan Andre Muhy Pukay (dari Lampung) merasa awalnya terasa sulit. Namun beberapa hari sebelum weinar, kelihatan antusiasme guru sangat tinggi. Mereka pun memandunya hingga para guru bisa memanfaatkan teknologi itu.

Perlu Kolaborasi

Menyinggung materi webinar, Robert Bala, narasumber utama mengangkat kesepakatan para pakar dalam berbagai bidang di Santa Fe Amerika Serikat tahun 2086. Saat itu para ahli sepakat dan menyadari bahwa terhadap dunia yang penuh dengan kompleksitas, maka hanya bisa diatasi dengan kolaborasi.

Hal itu juga perlu dilaksanakan dalam pendidikan. Para guru yang mengajar di level yang sama, misalnya kelas 5, perlu duduk bersama. Mereka memblender perbelajaran dengan saling mengetahui apa yang diajarkan rekan guru. Dalam Kerjasama ini mereka diharapkan akhirnya perlu menemukan tema yang bisa mengikat semua mata pelajaran dan akhirnya menetapkan dalam satu tema.

Tema ini kemudian ditawarkan kepada siswa untuk melakukannya dalam proyek yang disesuaikan dengan minat dan bakat anak. Anak yang mau vlog, podcast, drama, menulis, membuat karya seni bisa melaksanakannya sesuai dengan minat dan bakatnya masing-masing.

Dr Damianus Dai Koban, M.Pd mengungkapkan bahwa pembelajaran berbasis proyek memerlukan Kerjasama antar guru. Masing-masing guru perlu melepaskan egonya dan membahasnya lintas bidang studi untuk dapat menemukan jenis proyek yang tepat. Damianus mengambil contoh proyek lingkungan hidup yang diasuhnya dengan anak-anak didik. Mereka dengan antusias melaksanakan sesuatu karena merasa penting dan manfaatnya.

Yohanes Wua Waleng, M.A. pada gilirannya menginspirasi para guru untuk mendorong pembelajaran berbasis proyek. Proyek yang dilakukan sekarang akan menjadi benih agar kemudian hari, para siswa dapat mengembangkannya ketika dewasa.

Sebagai enterprenuer yang bergulat dalam bidang distribusi telur, mengungkapkan bahwa semasa kecil karena kesulitan ekonomi, tiap anak harus menerima hanya sedikit dari satu butir telur yang dibagirata ke semua saudara. Selalu ada keinginan untuk memperoleh bagian yang lebih besar. Kelak ia paham bahwa pembelajaran pecahan misalnya ternyata bermaksud untuk menerapkan prinsip keadilan. Dengan keterbatasan yang ada kita terpacu untuk menjadi lebih berhasil kelak.

Bukan Mengadili

Sehubungan dengan pembelajaran berbasis proyek, beberapa guru mengajukan pertanyaan tentang model penialian. Ada yang mengungkapkan tentang beratnya penilaian berbasis proyek.

Menjawabi pertanyaan itu, Robert, yang menurpakan penulis buku Menjadi Guru Hebat Zaman Now dan Creative Teaching, Mengajar Mengikuti Kemauan Otak (terbit di Gramedia, 2018), menekankan bahwa penilaian dilakukan bukan menghukumg tetapi menjadi catatan bagi guru untuk bisa membantu siswa dalam prosesnya.

Hal senada ditekankan Siprianus Tua Betekeneng, S.Pd, M.Pd. Sipsi yang bekerja di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan NTT menekankan bahwa dalam pembelajaran berbasis proyek, sangat diharapkan adanya penilaian terhadap proses dan bukan menunggu di akhir untuk mengadili siswa.

Terhaap keseluruhan webinar, peserta mengungkapkan rasa syukur dan terimakasih kepada panitia. P. John Laba Tolok SDB mengungkapkan bahwa meski pertama kali, panitia sudah melaksanakan secara maksimal. Tentu saja ada hal yang perlu diperbaiki, tetapi untuk perdana, sudah maksimal. Diharapkan agar dapat dilakukan lagi pada kesempatan berikutnya.

Ibu Dionisia Dike, guru Inggris pada SMPN 2 Atadei mengharapkan agar kegiatan serupa dapat dilaksanakan lagi ke depannya. Bagi guru yang sekaligus Ketua Dewan Stasi Lerek itu, ini adalah kegiatan awal.Diharapkan agar Yayasan Koker terus memberikan inspirasi kepada para guru. Mengatasnamai SMPN2 Atadei, Ibu Oni berterimakasih karena sudah dilatih agar bisa kenal yang Namanya zoom-cloud meeting.

Kegiatan yang sedianya akan berlangsung sampai pkl 11.00 WITA, ternyata atas kemauan peserta diperpanjang sampai 45 menit kemudian. Malah setelah acara itu selesai,ada 50an guru masih meminta konsultasi online. Sebuah kesempatan yang tentu akan dilanjutkan lati. (robert bala).

Komentar ANDA?