AHP Pesan Kaum Muda Jaga Identitas Budaya

0
464
Foto: Anggota Komisi I DPR RI Fraksi PDI Perjuangan Andreas Hugo Pareira sedang berbicara di hadapan ratusan kaum muda pada Seminar Kaum Muda dan Identitas Budaya di Aula Biara Scalabrinian, Sabtu (18/11)

NTTsatu.com – MAUMERE – Andreas Hugo Pareira atau biasa disapa AHP tampil bicara di depan ratusan anak muda dari berbagai komunitas di Kabupaten Sikka, Sabtu (18/11). Dia memberikan pesan penting agar kaum muda senantiasa menjaga identitas budaya.

Anggota Komisi I DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan ini berada dalam kegitan Seminar dan Pentas Budaya yang mengangkat tema “Kaum Muda dan Identitas Budaya”.

Selain AHP, pemateri pada seminar ini adalah Rektor Scalabrinian Pater Anesensius Guntur CS dan pegiat pariwisata Heribertus Ajo. Moderator pada kegiatan ini adalah Nardi Panggul, mahasiswa STFK Ledalero. Seminar sehari ini berlangsung di Aula Scalabrinian Maumere, diprakarasai oleh Gerakan Pemuda Scalabrinia (GPS).

AHP yang membawakan materi globalisasi dan budaya membidik perkembangan dunia teknologi informatika yang kian canggih beberapa tahun terakhir ini. Hanya dengan bermodalkan alat teknologi seperti smartphone, manusia sudah bisa menulis dengan cepat, dan menyebarluaskan informasi dengan cepat, dan mendapat informasi dengan cepat.

Kecanggihan teknologi informasi bisa mempengaruhi manusia dalam banyak hal seperti gaya hidup, perilaku, pola makan, radikalisme, bahasa, musik, kebudayaan, identitas, dan banyak hal lagi. Ada kekuatiran modernisasi yang berkembang pesat ini justeru bisa menyingkirkan identitas budaya. Dia pun memberikan contoh beberapa hal kecil yang praktis ditemui di tengah masyarakat.

“Misalnya topi Manggarai yang dipakai kawan ini. Sekarang susah kita temukan orang mengenakan topi Manggarai. Belakangan karena melihat di smartphone orang lebih suka pakai topi cowboy, akhirnya yang tadinya topi Manggarai kini sudah menjadi topi cowboy. Kalau pakai topi Manggarai lantas orang bilang kampungan. Padahal ini identitas budaya, terutama untuk orang Manggarai,” mata AHP mdemberikan contoh.

Terhadap kecanggihan teknologi informasi dan modernisasi yang kian kompetitif, AHP menantang kaum muda untuk terus mempertahankan dan menjaga identitas budaya. Hal ini sangat penting, karena identitas budaya mengandung nilai-nilai luhur yang sudah hidup tumbuh dan berkembang dari generasi ke generasi.

AHP memberikan satu contoh tentang bagaimana kecanggihan teknologi informatika jika diperhadapkan dengan semangat dan kemauan menjaga identitas budaya. Lagu Gemu Fa Mi Re dari Maumere yang kini booming mendunia, katanya, adalah bagian dari kerja cepat teknologi informatika. Dengan kecepatan teknologi informatika, Gemu Fa Mi Re dikenal dan terkenal, bahkan seorag Presiden Jokowi pun harus menari-nari dengan lagu itu.

Dengan realitas ini, AHP meyakini bahwa kaum muda sekarang belum sepenuhnya tergerus oleh modernisasi lalu tenggelam dalam perilaku-perilaku moderen. Banyak pengalaman dan realitas yang memberi kesan bahwa kaum muda masih memiliki identitas budaya.

Kehadiran peserta seminar yang  sebagian besar mengenakan kain tenunan beragam motif, merupakan salah satu contoh nyata tentang identitas budaya.

AHP kian meyakini itu ketika Panitia Penyelenggara Seminar dan Pentas Budaya di bawah koordinir Frater Hieronimus Damat menyambutnya dengan ritual kepok. Budaya Manggarai ini merupakan ritual penyambutan setiap tamu yang baru tiba. Biasanya tamu diberikan kendi berisikan arak terbaik, simbol bahwa tuan rumah memberikan minuman untuk tamu yang dianggap haus karena telah datang dari jauh.

Namun untuk menyesuaikan kondisi, panitia penyelenggara menggantikan kendi berisi arak dengan sebotol bir. AHP menyambut riang identitas budaya kepok yang masih dipertahankan hingga kini. Bahkan ketika berada di Kabupaten Sikka, ritual asal Manggarai tersebut masih dijaga dan dipertahankan. (vic)

Komentar ANDA?