AHP: Saya Siap Bantu Perguruan Tinggi Lembata

0
1673

NTTSATU.COM — JAKARTA–  “Dari semua kabupaten di dapil saya, hanya Lembata dan Manggarai Timur yang belum memiliki Perguruan Tinggi. Saya berharap agar Lembata segera memiliki perguruan tinggi”, demikian pernyataan Andre Hugo Parera, anggota DPR RI Fraksi PDIP di Senayan, Selasa 22/3.

Menerima kehadiran perwakilan Yayasan Koker: Paulus Doni Ruing, Wilem Lojor, Kristina Tere Pukay, Niko Hukulima, dan Robert Bala, AHP bercerita tentang proses pendirian beberapa Perguruan Tinggi di Flores. Dengan sharing tentang apa yang telah dilakukan diharapkan agar Yayasan Koker bisa mengambil nilai positif yang bisa digunakan agar ke depan usaha ini benar-benar berhasil.

Bagi AHP, Perguruan Tinggi di Flores sudah banyak. Karena itu, anak-anak dari Flores harus kuliah di sana untuk menghidupi perguruan tinggi yang ada. Sebagai bentuk dukungan, maka beasiswa seperti Kartu Indonesia Pintar dan berbagai bantuan lainnya akan ditujukan untuk mereka yang kuliah di Flores. Demikian tandas AHP.

“Kita mau agar uang dari Jawa itu ke Flores bukan terus tinggal di Jawa. Untuk itu saya mengupayakan beasiswa untuk anak-anak Flores yang kuliah di Flores, bukan mereka yang mau kuliah keluar dari Flores. Jika mereka bisa datang dan belajar ke pulau Jawa misalnya, itu pertanda bahwa orang tua mereka mampu”, lanjutnya.

Untuk hal ini sudah diterapkan AHP dalam membantu beberapa Perguruan Tinggi di Flores. Mereka pun menjadikannya sebagai bagian dari promosi kepada calon mahasiswa. Hal itu diamini sebagai cara yang baik, selain mendukung perguruan tinggi juga membantu anak-anak asal Flores.

Dukungan Politik

Sebagai kabupaten pulau, Robert Bala mengungkapkan bahwa setiap tahun ada 2000an lulusan SMA atau SMK yang tamat di Lembata. Sebagian besar dari mereka akan melanjutkan ke Perguruan Tinggi. Dengan lulusan sebanyak itu, kalau saja mereka semua keluar dari Lembata dengan perhitungan bahwa setiap tahun setiap mahasiswa menghabiskan Rp 30 juta, maka ada sekitar Rp 60 miliar uang yang mengalir keluar Lembata. Ini jumlah yang sangat besar untuk ukuran Lembata.

Selanjutnya Bala yang juga ketua Yayasan Koker mengatakan bahwa jika modal itu dapat dilokalisir/ditahan sehingga tetap di Lembata, maka adalah sumbangan yang besar sekali terhadap Lembata. Untuk itu, Bala mengharapkan agar semua pihak, berkontribusi dalam mewujudkan hal ini.

“Memang hal ini tidak mudah karena mendirikan Perguruan Tinggi membutuhkan modal yang sangat besar. Namun kalau tidak ada pihak yang mulai bergerak juga tidak proaktif, maka Perguruan Tinggi hanya akan hidup dalam mimpi orang Lembata”, demikian lanjutnya.

Untuk kesuksesan mendirikan PT, AHP berkisah bahwa Universitas Nusa Nipa Maumere pada awal berdirinya mendapat perhatian penuh dari Pemda. Bupati yang menjabat kala itu begitu ‘concern’ membantu dan mengalokasikan sejumlah hibah baik berupa tanah maupun dana yang memungkinkan Unipa berkembang seperti sekarang ini. Karena itu AHP juga mendorong Pemda Lembata untuk proaktif mendukung, minimal dengan hibah tanah atau dukungan lainnya sehingga percepatan Perguruan Tinggi bisa terwujud.

Sementara itu menjawab pertanyaan AHP tentang alasan sehingga PT yang pernah didirikan di Lembata yaitu Akademi Komunitas Pertanian (Kerjasama dengan IPB Bogor) dan kelas jarak jauh Unwira Kupang gagal, RB menjelaskan bahwa hal itu bisa terkait regulasi di mana Perguruan Tinggi tidak lagi diizinkan membuka kelas jarak jauh.

Selain itu, menurut penulis buku di Gramedia dan penulis Opini Kompas ini, hal lain yang bisa saja ikut berpengaruh adalah minimnya rasa saling mendukung. “Banyak orang hebat dari Lembata namun untuk saling mendukung, itu masih menjadi PR yang berat. Orang lebih suka ‘nyinyir’ dan mencari-cari kelemahan ketimbang menunjukkan komitmennya untuk ikut berjuang membangun Lembata”, demikian ungkapnya.

Manusia Unggul

Berkisah tentang perlunya perguruan tinggi di Lembata, bagi Paulus Doni Ruing berkaitan dengan perlunya manusia unggul di Lembata: “Kita ingin membangun Lembata menyambut generasi emas (2045) dan karena itu kita sangat membutuhkan manusia unggul yang dicetak melalui Perguruan Tinggi yang ada di Lembata”, demikian ungkap PDR.

Baginya, manusia unggul akan sangat membantu dalam mengadakan percepatan pembangunan dan lebih melihat potensi untuk bisa dikembangkan di Lembata. Menurutnya, hal sederhana yang bisa dilihat dalam pengolahan hasil bumi dari Lembata, dapat menjadi contoh. Sepertinya tidak ada kebijakan agar pengolahan hasil pertanian atau hasil laut dikelola secara baik oleh pemda. Yang terjadi, Lembata menjadi begitu ‘terbuka’ dan semua pengusaha bisa masuk dan membeli hasil bumi sebisanya. Dikuatirkan bahwa para pengepul/pengumpul hasil bumi itu hanya mengambil, namun tidak memiliki kontribusi apa-apa dalam kaitan dengan pajak yang merupakan pemasukan bagi Pemda.

PDR juga menyampaikan ke AHP bahwa dukungan yang diberikannya sangat dibutuhkan di Lembata: “Orang Lembata akan tahu bahwa Pak AHP yang memiliki darah Lembata (Lamalera) menjadi bagian utama dari Yayasan Koker dan dengan bantuannya, Perguruan Tinggi ini dapat berjalan dan berkembang dengan baik, hal mana akan terus diingat”.

Menyambung hal tersebut, Nikolaus Hukulima menambahkan bahwa Perguruan Tinggi yang hendak didirikan, akan dimulai dengan Pusat Kajian. Dengan demikian ada harapan bahwa terdapat studi yang lebih spesifik dan mendalam tentang potensi Lembata yang perlu dikembangkan. Ini tentu menjadi daya dorong yang kuat agar Perguruan Tinggi di Lembata segera hadir.

Pertemuan yang berlangsung 2 jam itu terasa sangat singkat, karena dialog yang begitu cair. Kelima utusan Koker keluar dari gedung rakyat tersebut dengan penuh senyum sambil berharap bahwa masih ada pertemuan berikut dengan beberapa anggota DPR lainnya untuk meminta dukungan dan arahan. (team humas koker).

Komentar ANDA?