Oleh: Rm. Ambros Ladjar, Pr
Hari Minggu Pekan XIX Masa Biasa, 11 Agustus 2024. Bacaan. 1Raj.19: 4-8 dan Ef 4: 30 – 5:2 dan Injil Yoh 6: 41-51.
Kita sudah seringkali mendengar kata peribahasa dalam setiap kesempatan acara: “Buah jatuh tak jauh dari pohonnya”. Ungkapan klasik ini dipergunakan untuk menggambarkan adanya kemiripan antara orangtua dan anaknya. Dalam arti bahwa sifat, tingkah laku dan kebiasaan entahkah baik atau buruk dari orangtua selalu saja diikuti betul oleh anaknya. Memang tak semua anak yang mirip demikian.
Sudah pasti setiap orang butuh makan agar bertahan hidup. Orang yang datang dari keluarga yang ulet akan terus berjuang dan hidup baik. Sebaliknya tak ada daya juang maka akhirnya hidup merana. Tanpa makan maka lapar dan terancam berbagai penyakit akan menggerogoti dan dalam keadaan stamina yang menurun nyawa orang tak bisa tertolong. Syukur kalau selama ini tak pernah terjadi akan tetapi dapat kita saksikan tayangan di media negara miskin dengan tingkat kepanasan yang tinggi sudah banyak makan korban.
Yesus tampilkan jati Diri-Nya di dalam injil sebagai Roti Hidup. Roti yang diberikan Allah Bapa untuk hidup dunia, berbeda dengan roti yang dimakan kaum Israel selama masa pengembaraan. Atau Roti dan air yang disiapkan malaekat untuk dimakan Nabi Elia selama 40 hari dan 40 malam pengembaraan di padang gurun. Olehnya Yesus tadi juga menegaskan: barangsiapa makan Roti itu akan memiliki hidup kekal. Amat jelas bagi Yesus bahwa hal yang bersifat jasmani bukanlah yang utama, tapi ada nilai Ilahinya yang harus menjadi prioritas yakni Kristus sendiri.
Orang yang selama hidup hanya berorientasi pada aspek duniawi semata mata maka jerih payahnya akan habis tak terduga. Sebaliknya berbeda dengan orang yang hidupnya terarah kepada usaha surgawi, mereka itu akan mendapat kehidupan kekal. Tidak heran apabila para konglomerat kaya raya pada akhirnya juga punya program hidup rohani khusus karena mereka memahami kehidupan akhir kelak. Segala harta tak dapat diboyong pergi semuanya ketika kita menghadap Allah.
Sejatinya Roti yang diberikan Allah itu adalah Roti yang turun dari Surga. Perlu kita pahami makna *kata Roti, makanan* secara rohani agar mampu kita menata baik cara hidup. Harus jujur sebab banyak kali kita tak tahu batas usia hidup kita. Banyak orang yang pergi tanpa pamit begtu gampang dengan meninggalkan kekayaan yang membanggakan tapi ujung ujungnya mengakibatkan konflik dan keretakan hidup keluarga berkepanjangan. Kita berusaha bersemangat miskin agar hati kita kaya dengan kebajikan bukan sebaliknya penderitaan.
Lebih dari pada itu kalau kita memahami relasi dan komunikasi injil tentang Yesus dan Bapa-Nya yang ada di surga. Pada akhirnya kita akan memahami secara konkrit bahwa Ekaristi yang biasa kita rayakan setiap kali hanyalah mau mengulang kembali seluruh gerak hidup Yesus sebagai pemberian Allah Bapa di surga. Yesus yang menamakan Diri-Nya sebagai Roti hidup, kini dan kelak tetap menjadi perantara kita dengan Allah Bapa-Nya di Surga. Apakah selama hidup kita tahu mensyukuri rahmat Tuhan yang diterima?
*Salam Seroja, Sehat Rohani dan jasmani* di Hari Minggu buat semuanya. Jikalau ADA, Bersyukurlah. Jika TIDAK ADA, BerDOALAH. Jikalau BELUM ada, BerUSAHALAH. Jikalau masih KURANG Ber- SABARLAH. Jika LEBIH maka BerBAGI LAH. Jika CUKUP, berSUKACITALAH. Tuhan memberkati segala aktivitas hidup keluarga anda dengan kesehatan, keberuntungan, sukses dan sukacita yang melingkupi hidupmu… Amin🙏🙏🙏🌹🌹✝️🪷🪷🤝🤝🎁🛍️💰🍇🍇🇮🇩🇮🇩
Pastor Paroki Katedral Kupang