KUPANG. NTTsatu.com – Gubernur NTT, Frans Lebu Raya, Selsa, 14 Juni 2016 mewisudai 55 orang siswa/i Taman Kanak-Kanak (TK) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA) Nusa Cendana International Plus School (NCIP’s) serta SMP dan SMA Sint Peter.
“Hal yang membanggakan adalah, anak-anak kita punya kemampuan yang luar biasa. Artinya anak-anak NTT juga bisa. Selama ini, orang selalu miris menilai, memberikan predikat buruk kepada NTT. Karena itu, saya menaruh harapan pada dunia pendidikan untuk memperbaiki semua citra buruk itu. Harus berani berpikir besar,” ungkap Frans Lebu Raya dalam seremoni Wisuda di Ball Room Swiss Belinn Hotel.
Gubernur meminta semua pihak agar menjaga anak agar selain cerdas, kreatif dan inovatif, juga memiliki karakter yang kuat sebagai warga bangsa. Hal ini penting, sehingga mereka tidak tercerabut dari budayanya sendiri.
Menurutnya, penting kembali diajarkan Pancasila, penghayatan nilai-nilai budaya lokal lewat seni, menghidupkan semangat gotong royong, bukan semangat individualistis.
Gubernur juga menyentil pentingnya menambah rombongan belajar selain menjaga kualitas pendidikan. Dia juga mengajak agar Servas Mario Foundation (SMF) dapat mendorong peningkatan jumlah anak-anak NTT yang berkualitas.
Gubernur sangat percaya, masa depan NTT akan lebih hebat dengan semakin banyak anak berkemampuan lebih. Ia yakin, mereka yang berkemampuan lebih akan mampu menjawab tantangan masa depan yang sangat kompleks.
Sementara itu, Servas Mario mengapresiasi aneka pencapain yang sudah diperoleh. Untuk kelulusan Tahun 2016 ini, SMP NCIP’s dan SMP Sint Peter menempati urutan ke dua dan ke tiga dari 45 sekolah pelaksana Ujian Nasional di Kota Kupang. Tanpa sungkan, ia memuji anak-anak didiknya. Apresiasi juga diberikannya kepada tim guru yang telah memberikan dedikasinya, dalam acara yang mengambil tema ‘Dengan Disiplin Tinggi, Kita Tingkatkan Kualitas Pendidikan Nasional”.
“Walau banyak dikritik, kami terus berupaya memberikan yang terbaik. Banyak sudah prestasi yang diraih hingga ke tingkat nasional. Karena itu, saya meyakini sebagai pribadi yang mau berdiri tegak, harus siap dikritik,” demikian Servas Mario.
Servas Mario juga menceritakan kembali sejarah berdirinya sekolah bilingual itu di awal Oktober 2011. (humas Setda NTT)