Antara Maroko dan Spanyol

0
710

Oleh: Robert Bala

Piala Dunia mempertemukan Spanyol dan Maroko pada 6/12/2022. Sebuah pertemuan yang tentunya sengit. Pasalnya Maroko telah menunjukkan prestasi mencengankan dan menjadi juara grup. Maroko menang atas Belgia dan Kanada dan seri dengan Kroasia.

Hitungan matematis menguntungkan Maroko. Kalau Maroko bermain seri dengan Kroatia yang menang atas Jepang maka secara matematis seharusnya Maroko juga akan menang lawan Spanyol.

Tetapi sepak bola tidak segampang itu. Terbukti, Costa Rica bisa mengalahkan Jepang yang sebelumnya Jepang mengalahkan Jerman dan Spanyol. Karena itu logika seperti itu tidak mudah diterima.

Khusus pertandingan Spanyol-Maroko ternyata ada hal lebih jauh yang menarik untuk dipertimbangkan. Pasalnya bagi orang Spanyol, Maroko itu seperti duri dalam daging. Karena secara teritori geografis keduanya hanya dipisahkan (atau disatukan) oleh selat Gibraltar, maka tentu saja tercatat aneka hubungan yang tak harmonis akibat kesalahpahaman.

Adanya kedekatan ini mendorogn tidak sedikit warga Maroko yang memilih untuk berimigrasi ke Spanyol. Sebuah tujuan yang tentu saja mulia bagi orang Maroko tetapi tentu bukan bagi Spanyol. Penjagaan perbatasan sangat diperketat hanya utnuk menjaga agar tidak terjadi migrasi besar-besaran ke Spanyol.

Tetapi tuntutan akan hidup sering mengingkari rasa takut dari orang Maroko. Patroli secara terus menerus memulangkan imigran Maroko tetapi hal itu tidak memudarkan kenekatan mereka. Tak jarang mereka memilih cara-cara yang tidak masuk akal seperti masuk di kendaraan pendingin dan kemudian ditemukan sudah wafat. Jumlah imgran Maroko yang mencapai hampir 1 juta jiwa bisa menjadi buktinya.

Bagi orang Maroko, upaya ke Spanyol menjadi lebih mudah karena di pesisir utara Maroko terdapat dua komunitas eksklave (tingkat kabupaten) yaitu Ceuta dan Melilla. Kedua daerah otonom Spanyol yang berpenduduk masing-masing sekitar 70 ribu jiwa ini secara geografis berada di Afrika Utara tetapi menjadi bagian dari Spanyol.

Karena alasan demikian, kedua daerah ini (Ceuta dan Melilla) menjadi incaran. Alternatif lainnya harus melewati selat Gibraltar menuju ke daratan Spanyol. Tak heran, saat ini terdapat hampir 872 ribu orang Maroko di Spanyol dengan derah tinggal terbanyak orang Maroko di Spanyol yaitu Catalonia dan Analucia.

Duel Harga Diri

Piala Dunia 2022 justru memeprtemuan di babk 16 besar antara Maroko dan Spanyol. Duel karena itu tidak hanya di kancah sepak bola tetapi secara historis akan menguak luka historis. Rasa terkuasai dari Maroko misalnya bisa menjadi motivasi tersendiri.

Pertama, Bagi orang Spanyol, Maroko menjadi seperti ‘constante pesadilla’ alias mimi buruk konstan. Tidak hanya masalah imigrasi yang tentu saja jadi beban bagi negara Spanyol karena harus membiayai hidup orang Maroko yang masuk Spanyol secara ilegal.

Tentu saja tidak semua orang Maroko yang telah hijrah bernasib baik. Tidak sedikit orang Maroko yang karena tidak bernasib baik lalu menjadi pencopet di kota-kota besar Spanyol. Taktik menipu orang asing dengan menjatuhkan diri di jalan merupakan cap yang sudah cukup kuat bagi orang Spanyol.

Tak heran, saat bermain dengan Maroko, bisa saja pemain Spanyol memiliki rasa yang tak bisa terungkap. Rasa seperti itu bisa saja menghadirkan perasaan superior berhadapan dengan orang Maroko yang bisa dianggap inferior. Hal seperti ini bsia saja menurunkan kehati-hatian pemain Spanyol yang bisa saja berakibat fatal.

Kedua, orang Maroko bisa saja memanfaatkan duel ini untuk menuntut kembalinya komunitas-komunitas yang setelah merdeka masih berada dalam kekuasan Spanyol. Kita sebut saja Ceuta dan Melilla dan Kepualan Kanaria. Daerah-daerah ini stelah kemerdekaannya tahun 7 April 1956, negara bekas protektorat Spanyol dan Perancis ini ingin agar daerah-daerah yang hingga kini masih dikuasi Spanyol bisa dikembalikan.

Adanya rasa dan tuntutan demikian, orang Maroko mau menunjukkan bahwa melalui pertandingan ini mereka ingin memperjuangkan kembalinya kota-kota otonom kepada mereka. Sebuah tuntutan yagn tentunya berlasan yang menjadikan semangat juang di tengah lapangan akan menajdi sangat besar.

Dalam konteks ini maka kemangan Maroko menjadi sangat terbuka lebar, meski mereka tahu bahwa Spanyol memiliki peluang yang lebih besar. Namun bila diperkuat dengan semangat yang menggelora dan juga masih adanya rasa superior, maka pertandingan ini akan menjadi sangat sengit.

Ketiga, pertandingan Maroko tentu menjadi seperti buah simalakama bagi warga Maroko yang sudah terintegrasi sebagai orang Spanyol. Mereka tentu tidak bisa sekadar masuk dalam arus perjuangan kemerdekaan tetapi menjadi realistis bahwa tnapa Spanyol mereka tidak ada apa-apanya. Mereka malah telah merasa menjadi orang spanyol dalam banyak aspek dan telah mendapatkan banyak kemudahan.

Pada sisi lain mereka akan berhadapan dengan penilaian seakan telah menjadi semacam kacang lupa kulit. Mereka akan dinilai sombong karena telah melupakan tanah kelahirannya. Hal itu akan menjadikan mereka merasakan apa yang disebut ‘corazon partido’ alias hati terbelah atau patah hati.

Tetapi di atasnya partandingan Spanyol-Maroko akan menjadi sangat menarik. Di sana bola melibatkan emosi, sejarah, identitas dan aneka perjuangan lainnya. Karena itu menjadi sebuah pertandingan menarik untuk layak dinikmati.

Robert Bala. Diploma Resolusi Konflik Asia Pasifik Universidad Complutense de Madrid Spanyol.

Komentar ANDA?