Oleh: Rm. Ambros Ladjar, Pr
Minggu Biasa VIII, 27 Februari 2022.
Bac. Sirakh. 27: 4 – 7 dan 1Kor 15: 54 – 58 dan Injil Lk 6: 39-45.
Bangsa kita akhir-akhir ini sudah disusupi kelompok radikslisme yang mudah disulut kecemburuan, marah dan ketakutan. Mereka juga mudah mengkambing hitamkan orang lain dan mencari kesalahan mereka. Padahal kita yang sudah hidup berdampingan sejak zaman nenek moyang kita tak banyak soal. Orang katolik misa atau orang muslim baca Surat Yasin sama-sama duduk berdoa dengan nyaman. Karena tujuan kita berkiblat adalah satu dan sama yakni Allah Pencipta yang berkuasa atas kehidupan dan kematian.
Banyak orang memang senang mencari pembenaran diri dan menyalakan pihak lain. Terkadang menghakimi orang sesuai ukuran mereka. Padahal pembenaran diri dan klaim atas agama tertentu sebagai paling benar adalah keliru. Sebab kebenaran ada pada setiap agama manapun. Dari sebab itu biarkan orang berdoa sesuai keyakinannya. Tipe orang seperti ini Yesus ibaratkan dengan orang buta yang menuntun orang buta. Mereka akan sama-sama terperosok dalam jurang. Jika ingin melihat kekurangan orang, harus lebih dulu anda bercermin pada diri. Bila ada balok yang menutupi mata cungkil buang duluan agar bisa lihat jelas. Setelah itu barulah kalian mengeluarkan balok di mata orang lain.
Penekanan Yesus dilatar belakangi ajaran Kasih dalam Injil minggu lalu. Penegasan Yesus demikian karena karakter tiap orang cendrung menghakimi sesama. Kata Putera Sirakh: ujian terhadap manusia terletak dalam bicaranya. Sama halnya orang Farisi dan ahli Taurat. Mereka miliki kecerdasan dan pemahaman maka mudah menghakimi orang lain. Padahal tindakan penghakiman dalam injil sudah mengarah kepada kejahatan. Hal itu dapat membuat seseorang berlaku sebagai hakim yang gunakan prasangka atau pendapat pribadi tanpa prinsip akan kebenaran dan keadilan. Orang kini cendrung katakan kalau bicara banyak maka perlu ada data dan fakta.
Kita diingatkan Yesus agar berpikir matang sebelum bertindak. Sebab bisa jadi kita merugikan bahkan mengorbankan hidup orang lain karena prasangka buruk kita. Penghakiman tanpa pertimbangan matang akan merugikan orang. Yesus ingin agar dalam kebersamaan kita dapat menghasilkan buah-buah kebaikan. Tak lain adalah bagaimana kita wujudkan cinta kasih secara konkrit dalam hidup. Caranya adalah harus tetap berjuang mengarah pada pekerjaan Tuhan seperti kata rasul Paulus. Harus ada fokus: berusaha melupakan apa yang ada di belakang dan mengarah ke masa depan (Fil 3,13). Hidup selaras, Yesus tinggal dalam diri kita dan kita dalam diri-Nya (Yoh 15,5). Hidup setia, suruhan Tuhan agar berjaga, kita jalani atau tidak (Mt 24,46).
Selagi hidup sebagai putera- puteri Allah yang satu, kita dituntut Yesus membuang segala kepalsuan hidup. Dengan berlaku bijaksana kita akan menata hidup baik dan benar. Kita perbaiki sikap dan tabiat hidup agar semakin berkenan kepada Tuhan, bukan apatis atau masa bodoh. Akhirnya tak mudah kita tersulut emosi mencari kesalahan orang dan menghakimi mereka. Mari kita bangun peradaban kasih dalam kemajemukan hidup. Sebab apapun niat yang terungkap dari mulut, meluap dari kedalaman hati. Sejauh mana kita mereformasi pribadi kita secara baik?
Salam sehat di Hari Minggu buat semuanya. *Tetap taat menjalankan Prokes*. Tuhan memberkati segala aktivitas hidup keluarga kita masing-masing dengan kesehatan, keberuntungan, sukses dan sukacita yang melingkupi hidupmu… Amin ๐๐๐๐นโ๏ธ๐น๐๐๏ธ๐๐ฝ๐ฅ๐ค๐ค๐ฎ๐ฉ๐ฎ๐ฉ
=========
Pastor Paroki Katedral Kupang