BAHASA DAN EKSISTENSI KEBUDAYAAN: Sebuah Refleksi

0
865

Oleh: Dra. Christina Purwanti, M.Pd.

PROBLEM bahasa telah menjadi trending topik di hampir semua lini kehidupan yang terus menyapa seluruh aspek kehidupan manusia. Trending topik pada bagian ini saya arahkan ke bidang Kebudayaan yang ada di Indonesia yang selalu melibatkan bahasa yang bisa berperan secara langsung atau tidak langsung.

Pemahaman tentang kebudayaan dalam perspektif pembahasan ini; kebudayaan sebenarnya segala sesuatu yang dimiliki bersama oleh seluruh atau sebagian anggota kelompok sosial. Sebagai sesuatu yang coba dialihkan oleh anggota tertua dari sebuah kelompok kepada anggota yang lebih muda. Segala sesuatu dalam artian ini selalu dilihat dalam berbagai hal menyangkut moral, hukum dan adat istiadat yang sangat memengaruhi perilaku atau membetuk struktur persepsi kita tentang dunia. Dalam konteks yang lebih universal, segala sesuatu yang dinamakan sebagai milik bersama dalam suatu masyarakat adalah bahasa, yang selalu digunakan dalam seluruh unsur kehidupan yang esensiil. Dalam konteks ini pun kebudayaan dapat memengaruhi perilaku secara langsung yang terungkap lewat bahasa karena setiap orang akan menampilkan budaya bahasa komunitasnya tatkala dia bertindak, seperti tindakan membuat prediksi atau harapan tentang orang lain atau tentang perilaku mereka secara langsung. Dengan demikian kebudayaan pun sangat melibatkan karakteristik atau kelompok manusia lewat berbagai budaya bahasa dan bukan sekedar kepada individu ( Rudiaji Mulia, Feodalisme dan Imperialisme di Era Global, 2012:121).

Adalah Maurice, dalam sosiologi politik memberikan penekanan bahwa kultur atau budaya selalu mengacu kepada keyakinan, ideologi, dan mitos yakni citra-citra kolektif dan ide dari suatu komunitas bahasa, yang bisa juga menjadi elemen spiritual dan psikologis. Sangat berbeda dengan teknologi dan lembaga yang merupakan aspek material dari suatu komunitas, Morice menekankan bahwa semua klasifikasi tersebut hanyalah artifisial. Keyakinan dan citra kolektif selalu bercampur dengan semua faktor material, dengan kebiasaan tradisional dan pola perilaku, lembaga-lembaga lain, teknologi, dan bahkan dengan unsut geografi dan demografi ( Maurice, dalam Rudiaji Mulia, 2012: 122). Dari sinilah secara umum dapat dikatakan bahwa kahadiran budaya yang terus terungkap melalui bahasa menjadi sebuah kekuatan dan pandangan hidup, sekaligus sebagai cara menjalani hidup atau sebagai cara melakukan sesuatu bagi berbagai kelompok masyarakat, sesuai jenisnya. Pada bagian ini pula adanya gejala bahasa yang sangat produktif dihasilkan oleh seorang individu secara pribadi atau secara kolektif dalam sebuah komunitas pencinta budaya. Atau dengan kata lain, para budayawan mulai menyadari betapa pentingnya kecermatan berbahasa di tengah budaya yang tengah berkembang pesatnya sebuah kebudayaan.
Yang kita harapkan adalah segenap pencinta budaya mestinya terampil menggunakan laras bahasa sesuai dengan situasi berbahasa.

Problem berikut yang paling kurusial adalah bagaimana pencinta budaya menjadi terus bergairah merapihkan bahasa dalam setiap aktivitas yang sangat penting di mana semua pihak secara langsung tetlibat di dalamnya dan terus menaruh perhatian pada mutu penggunaan bahasa yang bakal menjadi bahasa budaya yang bermutu.

Dalam jangka waktu yang terus terjadi ke depannya seiring perkembangan budaya, setiap pencinta budaya bisa terus menumbuhkan peningkatan apresiasi tehadap bahasa ( baca: Bahasa Indonesia ) di semua lapisan pencinta budaya tentang bahasa dan eksistensi kebudayaan. Dari aspek atau sudut pandang inilah perkembangan budaya dan peningkatan apresiasi terhadap bahasa bisa berjalan secara baik, benar dan harmoni.
Terima kasih.

=========

Penulis adalah Dosen Bahasa Indonesia, Universitas Pelita Harapan Jakarta 

Komentar ANDA?