Beritakanlah yang Terbaik Tentang Lembata

0
656

Oleh:  Wilem Leuweheq

Tiga hari sudah perhelatan ETMC 31 di Lembata berakhir. Eforia berangsur meredah dan setiap orang siap kembali ke aktivitas hariannya. Rasanya masih saja ada hal yang ingin dicorat coret antara ETMC dan Lembata. Refleksi ini saya tulis dengan mengabaikan tragedi Kanjuruhan Malang tadi malam. Saya masih ingin menulis kenangan manis kita di Lembata.

Satu harapan yang diserukan oleh Bapak Penjabat Bupati bahkan sejak awal menginjakan kakinya di tanah Lembata adalah beritakanlah yang baik tentang Lembata. Seruan ini dilatarbelakangi oleh adanya berbagai pemberitaan di Media yang lebih menonjolkan masalah atau hal-hal negatif.

Di Media sosial misalnya baik dengan menggunakan akun asli atau pun palsu ramai terjadi saling tuduh, tuding dan hujat hingga ancaman dan cacian. Pertanyaan yang selalu menyusuli seruan ini adalah apakah benar orang Lembata jelak, atau jahat ? Kita dan bahkan Bapak Penjabat Bupati sendiri pasti menginginkan jawaban tidak. Bahwa orang Lembata tidak jelek, bahwa orang Lembata tidak jahat. Namun sepanjang lebih kurang 3 bulan sejak pelantikan dan keberadaannya di Lembata, jawaban itu tampak masih ragu atau belum cukup tegas.

Sukses menjadi tuan Rumah ETMC 31 di Lembata bagi saya harus menjadi tonggak baru bagi seluruh komponen daerah ini untuk menyadari dan melihat dirinya secara baru, tegas mengatakan bahwa orang Lembata baik dan kebaikan itu harus terimplementasi dalam karya setiap anak tanah ini.

Berikut saya sebutkan tiga kondisi yang dapat menjadi bahan refleksi untuk melihat diri secara baru

Bekerja dalam keterbatasan

Memang masih harus dievaluasi tentang kerja-kerja Panitia, Pengurus-pengurus, Tim-Tim atau stakeholders mana saja yang memiliki kewenangan untuk bekerja dan berperan dalam penyelenggaraan ETMC ini. Sejauhmana efektif, efisien dan optimalnya kerja kerja mereka. Namun satu hal yang pasti adalah bahwa mereka bekerja dalam keterbatasan. Keterbatasan sarana dan prasarana, keterbatasan dukungan finansial, Keterbatasan manusia-manusia yang bekerja, keterbatasan waktu juga mungkin terbatas dalam kewenangan-kewenangan untuk menetapkan kebijakan. Bekerja dalam ruang yang terbatas mensyaratkan adanya kemampuan-kemampuan yang lainnya seperti ketahanan fisik agar bisa bekerja tanpa lelah, kemampuan manajerial untuk bisa mengkonsolidasikan sumber daya yang terbatas juga ketahanan mental untuk menghadapi tantangan, kritikan, cibiran, sinisan dalam bentuk apa pun.

Memberi dalam kekurangan

Sebagai Tuan Rumah, kita menerima tamu, dan tanggung jawab kita adalah sedapat mungkin membuat tamu kita nyaman. Untuk itu kita harus memberi walaupun kita juga berkekurangan. Paguyuban-paguyuban atau komunitas-komunitas di sekitar penginapan mungkin memberikan sesuatu dari kantongnya, atau merelakan barang-barang tertentu untuk digunakan. Pemberian kita tidak hanya kepada para tamu tetapi kepada siapa saja yang terkait langsung dengan ETMC. Pemilik kendaraan atau para sopir yang merelakan mobil-mobilnya untuk Lomblen Mania, para penjual yang mendiscount dagangannya, donatur air minum, spanduk-spanduk, halaman rumah dan kebun-kebun yang jadi tempat parkir atau tribun tribun baru, para LO yang setia menjadi penghubung antara Tim dan unsur-unsur terkait. Dan yang terpenting adalah ketika kita sanggup memberi hati dan perhatian dalam bentuk keramah tamahan, senyum dan sapaan persahabatan. Keikhlasan kita dalam memberi menimbulkan kepuasan bagi para tamu kita. Terlihat jelas di dinding-dinding media sosial begitu banyak Tim yang menyampaikan rasa terima kasihnya atas kebaikan tuan rumah.

Menahan diri dalam luapan emosi

Puncak ekspresi diri masyarakat Lembata adalah menahan diri menyaksikan kekalahan Tim kesayangan di kandang sendiri. Tentang ini, terdapat ribuan komentar di Media Sosial menanggapi “kecerdasan emosional” orang Lembata. Saya kutip salah satunya dari akun Sesado Ricko Wawo “ribuan penonton tuan rumah membludak di stadion yang jauh dari standar. Hampir tidak ada pagar pembatas dengan lapangan permainan. Jantung ribuan penonton tuan rumah dipacu, emosional, dengan tensi pertandingan yang tinggi. Tapi ketika Tim mereka kalah di laga puncak, orang pulang dengan tertib, mengakui kekalahan dan menyanjung yang menang. Orang orang ini memang mencintai sepak bola dengan cara yang beradab. Salut”.

Suporter Persebata, Lomblen Mania walaupun kalah tetap menampilkan aksi yang membuat setiap orang bisa menangis terharu. Mereka menari dan menyanyikan lagu lagu persahabatan, berbalas lagu dan bertukar kostum dengan suporter Perse Ende. Aksi ini tidak habis di Gelora 99, tapi terus berlanjut dalam iring-iringan kembali ke penginapan dan menghantar ke tepian dermaga Lewoleba hingga Fantasy Ekspres melepas tali membawa Sang Juara kembali ke Tanah Ende Sare Pawe. Suporter Ende tak kalah simpatik, pawai menjemput trophy kebanggaan itu pun diselingi lagu lagu dari Lomblen Mania. Semoga persahabatan ini lestari adanya.

Menyadari dan Melihat diri secara baru.
Seruan untuk memberitakan yang baik, bukan berarti menyembunyikan kejelekan, bukan berarti anti kritik. Seruan lebih berarti agar pemberitaan harus juga mengungkap nilai-nilai positif dalam setiap peristiwa yang diberitakan. Pemberitaan atau kritik harus sanggup mencerahkan dan memotivasi pembacanya untuk merefleksikan diri dan kebajikan-kebajikan yang ada dalam dirinya untuk kemudian sanggup mengaktualisasikannya menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi pembangunan di tanah ini. Kritik harus juga sanggup menyentil kesadaran obyek/sasaran kritikan sehingga yang bersangkutan dapat merefleksikan kelemahan/kesalahannya, menemukan sisi-sisi kebenarannya dan kemudian mengkompensasikannya menjadi perubahan/peningkatan kinerja kerjanya.

Memberitakan yang baik adalah seruan untuk semua pemangku kepentingan di tanah ini untuk menyadari kebaikan-kebaikan dalam dirinya, kemampuan-kemampuan dan potensi-potensinya dan dengan penuh kepercayaan diri mengaktualisasikannya dalam tugas, tanggung jawab dan pelayanannya. Kita memulai babak baru kehidupan kita di tanah ini dengan kesadaran dan keyakinan bahwa kita adalah orang baik. ****

Komentar ANDA?