NTTsatu.com — LEMBATA –Relawan Taman Daun bersama Aliansi Jurnalis Lembata membagikan paket sembako bagi masyarakat nelayan Lamalera.B kecamatan Wulandoni, kabupaten Lembata yang terdampak Covid -19. Program ini berlangsung selama sepekan ini.
Paket sembako berupa beras 5 Kg dan Gula Pasir 1 Kg diberikan kepada para jompo, lansia dan yatim piatu yang tidak mampu. Selain itu bantuan juga diberikan kepada masyarakat nelayan di dusun satu dan dua desa Lamalera.B yang terkena dampak wabah Covid-19.
Koordinator Tim Gery Burin, saat pembagian sembako di Neme BataonavKamis (7/5/2020) mengatakan bantuan sembako bagi warga nelayan Lamalera yang terdampak covid-19 diberikan lantaran melihat dampak merosotnya penghasilan dan ketersediaan bahan pangan masyarakat.
“Kami kumpul-kumpul dari keterbatasan dan coba membantu di sini ( Lamalera, red). Karena kita amati nelayan disini sedang sulit mendapat bahan makanan. Mereka di sin hanya melaut. Dan hasil lautnya biasanya dibarter dengan bahan makanan dari orang di pedalaman seperti jagung, padi, ubi dan pisang. Tapi karena corona dan protokol pencegahannya, maka mereka tidak bisa bertemu orang gunung (pedalaman-petani, red) untuk barter ikan dengan hasil kebun. Jadi biar sedikit tapi semoga bisa membantu, ” jelas Burin.
Warga Nelayan terdampak covid-19 yang juga sang Lamafa Stanis Fotu merasa bersyukur atas empati dan kepedulian relawan Taman dan Aliansi Jurnalis Lembata.
”Kami sangat senang dengan kepedulian teman-teman. Kami di Lamalera saat ini ikan juga susah. Kalaupun ada, kami tidak bisa berjualan ke gunung, pasar barter juga masih tutup karena corona ini. ” ungkap ketua RT ini.
Jefri Bataona, warga Desa Lamalera B yang terlibat membantu kegiatan pembagian sembako, mengatakan bantuan ini sangat berarti bagi warga nelayan Lamalera yang sedang dilanda kesulitan bahan makanan.
“Bantuan ini sangat berarti. Saya katakan kepada warga bahwa mereka bahwa Relawan Taman Daun dan Aliansi Jurnalis Lembata adalah anak-anak muda Lembata, ekonominya juga pas-pasan. Namun mereka cari jalan untuk bantu kita. Karena nelayan di sini memang benar-benar kesulitan. Kalaupun dapat ikan, mau tukar di mana. Nelayan sudah biasa barter ikan dengan hasil pertanian. Orang di Boto, Puor dan Atadei sana bawa ubi-pisang dan tukar. Tapi corona ini, orang tidak bebas keluar masuk desa. Masuk keluar desa lain juga setengah mati, ” jelas Bataona.
Lebih jauh mantan penjabat Kades Lamalera.B ini, menuturkan nelayan Lamalera sulit mendapat bahan makanam dari pertanian karena sulitnya lahan pertanian.
”Kampung pesisir Lamalera. Di pesisir lain, nelayan juga punya lahan kebun. Jadi mereka bisa bertani. Di Lamalera mau tanam di mana. Kampung penuh batu-batu besar” tambahnya.
Barterhasil laut dan hasil pertanian, telah sekian tahun menjadi alasan interaksi sosial warga Kampung Lamalera dan warga pedalaman Lembata melalui mekanisme barter. Namun pembatasan sosial dan jarak fisik sebagai langkah cegah corona, terpaksa barter harus ditunda. Stok pangan terus menipis.(*/bp)