Caci Bukan Sekedar Permainan Tradisional

0
4304
Foto : Dua Pemuda anggota Sanggar Wela Rowang sedang beradu ketangkasan dalam permainan Caci di halaman sekolah SMK Indormatika St Petrus Ruteng

TARIAN caci merupakan salah satu tarian yang tidak asing lagi dari kabupaten Manggarai bahkan tarian ini sudah dikenal oleh masyrakat dunia seiring dengan  terkenalnya obyek wisata Komodo menjadi New Seven Wonders atau tujuh keajaiban dunia yang sangat berpengaruh juga pada obyek wisata budaya seperti tarian caci yang biasa dipermainkan pada pesta adat Penti masyrakat.

Seriring dengan perkembangan zaman, tarian ini bukan hanya ditarikan pada saat pesta adat tapi juga acara pemerintahan seperti menyambut hari kemerdekaan RI ataupun hari kebangsaan lainya.

Selain itu ,tarian ini juga sering ditarikan oleh sanggar Wela Rowang SMK Informatika St Petrus  sebagai  salah satu Sanggar budaya dibawa naungan Dinas Pariwisata dan Budaya Kabupaten Manggarai. Tarian Caci  dikemas dalam bentuk tarian kreasi pertunjukan di atas panggung dengan sangat  memikat dan menghibur penonton.

Sanggar Budaya Wela Rowang sebelum Tari Caci dikemas dalam bentuk tari pertunjukan terlebih dahulu didalami dan dipelajari nilai ,makna ataupun simbol-simbol dalam permainan caci yang penuh kisa heroik ini.

“Kita dalam dulu tarian adat ini sehingga nilai-nilai ataupun pengetahuan budaya dalam permainan caci dipahami oleh anggota Sanggar apalagi banyak anggota kita masih muda sebagai generasi penerus budaya Manggarai,” kata Yulianus Gambur Sekertaris Sanggar Wela Rowang kepada NTTsatu.com,Rabu (18/5/2016).

Dia menjelaskan tarian caci merupakan suatu permainan adu ketangkasan dan keberanian antara dua orang pria dalam mencambuk dan menangkis cambukan cemeti lawan secara bergantian.

“Tarian caci terlihat indah dan heroik ketika dikombinasi deangan Lomes (Keindahan gerak tari dan seni berpakaian  caci) ,Ta’ang (Seni menangkis pukulan lawan) ,Paci (Seni memikat komentar penonton yang menantang lawan) ,dan  Dere (keindahan seni bernyanyi ),” urainya.

Memang ketika kita menonton permainan caci bukan hanya kemampuan mencambuk dan menangkis yang tengah  dipertontonkan tetapi juga dibekali kemampuan olah vokal untuk bernyanyi setelah menangkis cambukan lawan seorang pemain caci secara spontan bernyanyi dan menyampaikan “Paci” untuk mempengaruhi dan menantang lawan dan juga bertujuan memotivasi diri agar lebih semangat

“Ini merupakan seni yang lebih mendalam dari tarian caci,” urai Yulianus.

Diakatakanya pakaian yang dikenakan pemain Caci sangat unik dan menujukkan kekhsan budaya orang Manggarai seperti Panggal (penutup kepala) berbentuk tanduk kerbau dan salah satu lambang yang ditempatkan pada bagian kerucut atap Mbaru Gendang (rumah adat Manggarai) melambangkan Rang (Kharisma dan kekuatan) masyarakat Manggarai.

Lanjutnya,yang kedua adalah  Ndeki (berbentuk ekor kuda) dibuat dari bahan berupa rotan dan bulu ekor kuda dikenakan pada bagian belakang pinggang yang melambangkan kejantanan dan keperkasaan pria perkasa Manggarai sebagaimana kuda jantan yang mengangkat ekor untuk memikat daya tarik kuda betina.

Ketiga Sarung Songke yang diikat sampai lutut mempunyai makna kesantunan dan sikap patuh orang Manggarai, Deko Bakok (Celana putih) yang dikenakan pada bagian dalam songke bermakna kepolosan dan kemurahan hati.

Tubi Rapa dikenakan sebagai manik-manik dikikat pada bagian bawah dagu melambangkan kebesaran dan keagungan lelaki Manggarai.

Dia mengatakan beberapa perlengkapan lainya adalah Nggorong (Gemerincing) diikat pada bagian belakang pinggang, selendang lerus dililit dipinggang hingga lilitan tersisa dijuntai pada  bagian depan songke.

Larik (Cambuk) dibuat dari kulit kerbau dan dililit dengan anyaman rotan pada bagian ujung cambuk.  Nggiling (perisai/penangkis) dibuat dari kulit kerbau untuk menangkis cambukan lawan,dan Agang (berbentuk busur) dibuat dari dahan bambu atapun rotan untuk membantu menangkis sehingga cambuk tidak bisa mengenai bagian dari tubuh.

Dia menjelaskan permainan caci dilakukan antara dua kelompok dari dua kampung yang berbeda. Kelompok tamu disebut Meka Landang sedangkan tuan rumah Mori Beo.

Ditambahkanya disaat para pemain beradu di dalam Natas (halaman kampung), ada pria dan wanita yang berada di luar arena melakukan Danding (bernyanyi lagu Manggarai  dalam bentuk lingkaran dengan gerakan berputar) dengan pertontonan gerakan Sae (tarian) oleh sepasang pria dan wanita ditengah lingkaran.

Dengan mengetahui dan mempelajari permainan caci lebih mendalam  Yulianus berharap kepada pemuda Manggarai sebagai generasi penerus agar memahami tarian Caci, bukan hanya sekedar pemainan saja tetapi makna dan nilai yang mendalam yang telah diwariskan oleh nenek moyang kepada masyrakat Manggarai. (Hironimus Dale

Komentar ANDA?