NTTsatu.com – MAUMERE – Musim hujan yang tidak menentu ditambah cuaca ekstrim mengakibatkan rawan penyakit. Salah satunya yakni penyakit demam berdarah dengue (DBD) yang kembali menghantui warga masyarakat Kabupaten Sikka. Setidaknya dalam bulan pertama di tahun 2018 ini, sudah ada 1 anak yang menjadi korban tewas.
Informasi tentang anak yang menjadi korban DBD ini diperoleh dari Dokter Mario Nara. Ditemui di Ruang Melati BLUD TC Hillers Maumere, Senin (23/1), Mario Nara mengatakan anak tersebut merupakan pasien rujukan dri Puskesmas Waigete. Ruang Melati merupakan ruang khusus untuk perawatan anak-anak.
“Anak itu sempat dibawa ke UGD. Setelah itu dirujuk ke sini, ruangan anak. Namun belum sempat ditangani, dia terlebih dahulu sudah meninggal. Identitasnya silakan koordinasi dengan perawat di depan,” jelas dokter spesialis anak itu.
Sejumlah wartawan yang melakukan peliputan DBD di Ruang Melati kesulitan mendapatkan data dari ruangan tesebut. Perawat yang bertugas menjelaskan data DBD ada pada Kepala Ruangan Melati yang saat itu sedang mengikuti rapat koordinasi internal.
Namun keterangan yang berbeda justeru diterima media ini dari Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sikka Maria Bernadina Sada Nenu dan Jonsenis Jibrail Bola selaku pengelola surveilans epidemiologi. Dua pejabat ini dikonfrmasi terpisah di ruangan Kepala Dinas Kesehatan. Keduanya mengatakan tidak ada yang meninggal akibat DBD.
Maria Bernadina Sada Nenu mengakui bahwa benar anak yang meninggal tersebut merupakan pasien rujukan dari Puskesmas Waigete. Namun dalam surat keterangan kematian tidak tertera akibat DBD. Jonsenis Jibrail Bola menambahkan belum ada pemeriksaan secara laboratorium terhadap penyakit anak tersebut. Dia membantah jika anak tersebut dikatakan meninggal akibat DBD.
Sampai kondisi menjelang akhir Januari 2018 ini, sudah terdata 34 anak yang mengalami DBD yang pernah dan sedang dirawat di Ruang Melati. Beberapa kamar di ruangan itu penuh dengan pasien anak. Sebagian besarnya mengidap DBD.
Kondisi ini, menurut Mario Nara mengalami peningkatan yang cukup siginifikan jika dibandingkan dengan dua bulan terakhir.
Data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Sikka menunjukkan pada November 2017 tercatat 3 pasien, kemudian bertambah menjadi 12 pasien pada Desember 2017.
Jika dibandingkan dengan posisi Januari 2017 yang lalu, maka bisa disebut realitas penyakit DBD tahun ini juga mengalami peningkatan. Pada Januari 2017 lalu pasien DBD yang dirawat di Ruang Melati sebanyak 21 anak.
Sebanyak 34 pasien DBD yang pernah dan sedang dirawat di Ruang Melati terdiri atas Kecamatan Alok 8 pasien, Lela (3), Alok Barat (2), Alok Timur (5), Talibura (3), Kangae (3), Kewapante (2), Nele (4), Waigete (2), Magepanda (1), dan Hewokloang (1).
Maria Bernadina Sada Nenu mengatakan tiga kecamatan di dalam kota yakni Alok, Alok Timur, dan Alok Barat masih merupakan kecamatan tertinggi yang menyumbangkan kontribusi pasien DBD, dengan dua keluarahan yang masih berada di posisi teratas yakni Beru dan Kota Uneng. (vic)