Debat Soal Pantas Tidaknya Soeharto Jadi Pahlawan Masih Berlanjut

0
1131
Presiden RI kedua, Soeharto yang selalu senyum

NTTsatu.com – Jakarta – Debat soal pantas atau tidaknya Soeharto menjadi Pahlawan Nasional muncul lagi. Kali ini pemicunya adalah keputusan Munaslub Golkar yang berlangsung di Nusa Dua, Bali, 16 Mei lalu.

“Menginstruksikan kepada Ketua Umum DPP Partai Golkar terpilih untuk memperjuangkan Jenderal Purnawirawan Soeharto sebagai pahlawan nasional,” demikian keputusan yang dibacakan Sekretaris Munaslub Golkar, Siti Aisyah.

Seperti diduga, setelah keputusan itu dibacakan, polemik soal pantas tidaknya Soeharto menjadi Pahlawan Nasional merebak lagi ke tengah-tengah publik.

Jika melihat ke belakang, polemik ini bukan hal baru. Polemik serupa pernah terjadi pada 2008 silam. Pemicunya, iklan PKS menyambut Hari Pahlawan 10 November 2008 yang menyebut Soeharto, satu dari 10 tokoh yang fotonya dimunculkan, sebagai pahlawan dan guru bangsa.

“Terimakasih Guru Bangsa! Terimakasih Pahlawan! Kami akan melanjutkan langkah bersama PKS untuk Indonesia sejahtera!”

Iklan tersebut sanggup membelah publik antara yang mendukung dan menolak Soeharto disebut sebagai pahlawan dan guru bangsa.

Mereka yang menolak rata-rata adalah aktivis prodemokrasi dan aktivis partai yang menerima represi selagi di zaman Soeharto. Sedangkan mereka yang mendukung adalah yang berada pada posisi aman ketika penguasa Orde Baru itu sedang beringas-beringasnya di atas tahkta.

Dari partai politik, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) adalah yang paling menentang rencana mempahlawankan Soeharto ini, mengingat tindakan otoriter si ‘smiling general’ kepada sejumlah petinggi partai nasionalis, seperti Megawati Soekarnoputri, dulu.

Sementara, Golkar, sebagai partai bentukan Soeharto sendiri, adalah yang paling terdepan dalam upaya mempahlawankan presiden ke-2 tersebut.

Dalam Pilpres 2014, salah satu kampanye partai beringin adalah mengembalikan sejumlah program Soeharto. Bahkan, Titik Soeharto, putri penguasa Orde Baru itu ikut mengampanyekan bapaknya saat kampanye Golkar.

“Yo’opo kabare arek Suroboyo? Enak jamanku tho?” kata Titik di atas panggung kampanye Golkar di Jawa Timur Expo Surabaya, 5 April 2014.

Fakta membuktikan, kampanye menjual Soeharto itu gagal, jika melihat suara Golkar yang merosot. Namun, barangkali karena demi mengenang jasa pendirinya, Partai Golkar tak kapok untuk mengangkat kembali Soeharto dengan segala risiko.

Golkar dan segenap pendukungnya seakan tak lelah-lelahnya memunculkan wacana yang selalu membuat gaduh publik ini. (merdeka.com)

Komentar ANDA?