Derita bocah 6 th- Selama Hidup BAB Melalui Vagina

0
472
Foto: Ketut Milan di pangkuan ibunya

NTTsatu.com – Bali –  Tak seperti bocah  lainnya, Ketut Milan Pramitaswari (6) sudah menderita sejak lahir. Maklum, warga Banjar Runuh Kubu, Desa Padang Bulia, Kecamatan Sukasada, Buleleng ini sejak lahir mengalami gangguan anus. Sejak lahir, anusnya tidak berfungsi untuk mengeluarkan kotoran. Akibatnya, sejak saat itu hingga sekarang Milan buang air beasr (BAB) melalui-maaf-vaginanya.

Kondisi itu makin diperparah oleh tingkat ekonomi orangtuanya yang tergolong miskin sehingga tak berdaya menghadapi kelainan fisik Milan. Milan merupakan anak ke empat dari hasil perkawinan Made Rupada dan Luh Resmiasih.

Sebelumnya Milan sempat dibawa ke RSUD Singaraja. Namun dokter di sana angkat tangan sehingga harus dirujuk ke RSUP Sanglah Denpasar. Lalu berbekal uang Rp 3 juta, pinjaman tetangganya, pasutri ini membawa Milan ke RSUP Sanglah Denpasar.

Mengutip penjelasan dokter, Rupada mengatakan Milan harus dioperasi tiga kali untuk memperbaiki anusnya agar bisa berfungsi normal dan tentu saja membutuhkan biaya yang sangat mahal.
“Walaupun ada JKBM tetap tetap bayar. Terus terang, jangankan untuk perobatan anak kami, untuk makan sehari-hari saja kami sangat sulit. Kami sangat mengharapkan adanya bantuan dari pemerintah untuk pengobatan buat anak kami,” terang Rupada saat ditemui di rumahnya, Kamis (1/12) siang.

Ironisnya lagi, lantaran tidak punya anus, untuk membuang air besar  ternyata melalui vaginanya, bercampur dengan air kencing.

”Kalau anak kami buang air besar  melalui saluran kencingnya. Dia harus menjerit karena sakit mengeluarkan kotoran dari saluran kencing,” jelas Resmiasih.

”Saya keluarga tidak mampu,  tidak punya biaya untuk operasi anak saya, ya saya hanya bisa pasrah,” rintih Rupada yang sehari-hari sebagai buruh bangunan.

Orang tua Milan ini merupakan salah satu warga yang sempat dibantu Pemprov. Bali melalui program bedah rumah   tahun 2015 lalu.

”Rumah ini saja dibantu oleh Pemprov Bali pada tahun 2015. Saya buat makan saja susah, apalagi biaya operasi anak saya,” ujar Rupada.

Menurut Resmiasih, kehidupan kurang mampu yang dihadapinya kini, membuat dirinya harus tetap berusaha menghidupi keluarganya. Bahkan, untuk sekolah anaknya yang pertama, ia menitipkan pada orang untuk mensekolahkan.

”Saya ada 5 anak, kalau yang paling besar itu sekolah di Ubud karena ada yang sekolahin di sana, tapi anak saya sambil kerja di sana. Kalau kartu kesehatan sudah ada, baru 2 bulan lalu keluar. Bantuan Raskin dapat dari desa,” kata Resniasih. (tribun)

Komentar ANDA?