Oleh: Rm. Ambros Ladjar
Hari Minggu Biasa XVII*, 25 Juli 2021.
Bac. 2Raj 4: 42 – 44 & Efesus 4: 1 – 6.
Semua kita di Republik ini tentu tidak merasa asing dengan semboyan *Bhinneka Tunggal Ika*. Tulisan ini tertera jelas pada lambang negara Indonesia yaitu *Garuda Pancasila*. Sebuah semboyan yang melukiskan *persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia*. Padahal sejatinya kita semua punya keanekagaman dalam banyak hal. Suku bangsa, budaya, bahasa daerah, agama dan kepercayaan, ras maupun antargolongan. Inilah potensi yang memacu kita untuk maju di segala sektor kehidupan manusia.
Yesus berada di seberang danau Genasaret. Rasa antusiasme orang mengikuti Yesus tak terbendung lagi. Sedang di situ tak ada kantin karena sunyi. Yesus mencobai Filipus dengan pertanyaan *kira-kira dimana bisa dibeli roti untuk orang sebanyak itu?* Filipus jawab: roti seharga 200 Dinar tak cukup untuk mereka. Andreas lalu memberi tahu bahwa ada *seorang anak punya 5 roti dan 2 ekor ikan*. Tapi apalah artinya dengan roti dan ikan itu bisa mencukupi kebutuhan orang banyak itu? Sebab ada sekitar 5000 orang laki-laki. Setelah Yesus berdoa justru mujizat terjadi. Orang makan sampai kenyang dengan menyisahkan 12 bakul penuh.
Aneh tapi nyata tindakan Yesus dalam situasi lokal yang sulit. Kitapun bisa menyanggupi orang lain berkat iman kepada Yesus. *Ada berbagai bakat dan kemampuan* yang bisa diberdayakan. Ajakan Rasul Paulus mengarahkan kita mempertahankan kesatuan sebagai jemaat Kristus. Kiat yang tepat karena *didasari pada satu iman akan Allah dalam satu pembaptisan*. Hal itu akan terwujud jika kita kedepankan Kasih, Rendah hati. Lemah lembut, Sabar dan saling membantu. Setiap orang punya keanekaan karunia berbeda, tetapi justru merupakan potensi. Bilamana dikombinasikan maka mendatangkan berkat bagi orang banyak.
Ekaristi menjadi sumber persatuan dengan Kristus. Di masa sulit ini ada kerinduan menghadiri perayaan ekaristi. Ketika menerima tubuh Kristus seharusnya juga perlu ada *peningkatan, up grate perilaku hidup*. Dari perilaku dan temperamen yang kurang baik menjadi baik. Tentu tak cuma sekedar harap gampang tapi juga butuh pengorbanan dalam pengabdian. Ketika menerima tubuh Tuhan, roti kehidupan, sejatinya iman kita pun semakin teguh. *Pada kenyataan justru praktek hidup kita kontradiktif*. Kita bukan jadi pemersatu tapi pemecah belah. Sikap dan temperanen tak mau dirubah. Bagaimana mungkin orang merasa tertarik untuk mengikuti Yesus? Saatnya kini marilah kita berbenah….
Salam sehat di Hari Minggu, buat semuanya. *Tetap taat menjalankan Prokes*. Tuhan memberkati segala aktivitas hidup keluarga kita masing-masing dengan kesehatan, keberuntungan, sukses dan sukacita hidup. Amin 🙏🙏🌹✝️🌹🍇🫐🔥🔥🇮🇩🇮🇩
*) Pastor Paroki Katedral Kupang