NTTsatu.com — LEMBATA — Pengembangan 26 Desa wisata di Kabupaten Lembata, menggunakan konsep Kawasan terintegrasi. Penerapan konsep Kawasan wisata terintegrasi tersebut dinilai mampu menghilangkan persaingan baik antar Desa Wisata maupun antar Kawasan Wisata. Sebaliknya, konsep tersebut bersifat komplementer atau saling mengisi.
“Sesama desa wisata tidak akan saling membunuh. Karena konsep pengambangannya komplementer atau saling melengkapi. Paket pengembangaannya dari Desa ke Desa, Kawasan ke Kawasan. Dia akan saling melengkapi,” ujar Kabid Pengembangan Pariwisata, Antonius B. Lianurat.
Menurutnya, setiap area atau kawasan menjadi satu paket tour.
“Ada 4 area/kawasan destinasi wisata yakni; Ile Ape, Kedang, Atadei dan area Mingar (Lolong, Twaowutun, Lamalera, wulandoni dan Belabaja). Kita akan undang teman-teman tour operator untuk membahas paket wisata untuk empat area yang sudah kita tetapkan itu. Setelah destinasinya jalan, homestaynya juga siap, kemudian kita dorong paket wisatanya,” ujar Toni Lebuan, panggilan akrab Antonius Lianurat, Kabid Pengembangan Pariwisata.
Pihak Dinas Budpar Kabupaten Lembatapun telah memetakan potensi Desa-Desa Wisata itu. Pelatihan tersebut merupakan langkah membangun mind set.
“Kita petakan dimana Desa yang akan membangun homestay overnight, dimana desa yang hanya stop over atau hanya tempat singgah, dia harus sediakan apa,” ujarnya.
Dikatakan, ada dua model pengembangan Pariwisata Desa di Lembata. Pertama model Pariwisata Desa Membangun. Bekerjasama dengan Dinas Sosial Pemdes. Program ini dibiayai melalui Dana Desa memberdayakan sector pariwisata di Desa.
“Sudah sampai pada tingkat penyaamaan presepsi. Kita akan aksen tahun 2021. Program Desa membangun, perencanaannya sudah masuk di Tahun Anggaran 2020,” ujar Toni Lebuan.
Konsep kedua, Membangun Desa wisata, di gempur SKPD dengan memaksimalkan anggaran APBD II, APBD I dan APBN.
“Kita mulai dorong untuk intervensi ke 26 Desa Wisata. Kita berharap jadi model. 2-3 tahun kedepan 26 Desa wisata dengan model pengembangan Kawasan ini bisa mandiri,” ujar Kabid Pengembangan Pariwisata, Antonius Labuan. (*/gan)