Dosen Juga ikut “Makan”

0
850

SETELAH mendapatkan informasi cukup dari Desy dan Tanti, naluri jurnalismeku untuk menelusuri praktik “ayam kampus” semakin menggila karena secara kasat mata penampilan mahasiswi di Kupang yang mayoritas berasal dari kampung-kampung itu sungguh alim, sopan dan terkesan jauh dari praktik kotor itu.

Langkah berikutnya, saya mulai melakukan pendekatan khusus dengan Hengky yang memang sangat tahu pergerakan ayam kampus itu. Bukan hanya Hengky, sopir lainnya sebut saja Laus juga mengaku pernah melayani para mahasiswa itu. Laus dan Hengky menjemput mereka di Kamus dan membawa mereka ke Hotel, kemudian menunggu hingga mengantar kembali ke rumah atau tempat lain sesuai permintaan mereka.

FBC akhirnya sepakat dengan Laus dan Hengky untuk bisa bertemu dengan beberapa mahasiswi itu untuk sebuah wawancara. Memang bukan perkara muda untuk mendapatkan informasi lengkap soal yang satu ini.

Hengky dan Laus kemudian sepakat dengan tiga mahasiswi untuk diwawancarai. Kesepakatan dilakukan untuk bertemu di sebuah rumah makan yang memang sangat aman. Tiga mahasiswa yang akhirnya berhasil diwawancarai, Senin, 27 Agustus malam.

FBC memang harus merogoh kocek untuk mentraktir mereka makan di sebuah rumah makan di bilangan Oesapa, Kupang sambil terus diawasi kedua sopir yang juga makan tetapi di meja lainnya. Usai makan juga mereka harus diberi tip, belum lagi uang rokok untuk kedua sopir tersebut.

Tiga mahasiswa itu sebut saja, Maya (22), Novi (24) dan Erna (25) ini mengaku telah lama menjalani dunia yang satu ini. Mereka bertiga juga memiliki latar belakang keluarga yang berbeda satu sama lain. Novi dari keluarga brokenhome tinggal di Kota Kupang, Maya datang dari Sumba dan Erna dari Flores. Ketiganya juga tidak kuliah di satu kampus, tetapi mereka sering bertemu di hotel dengan tujuan yang sama yakni melayai kebutuhan seks kaum pria melalui order yang didapatkan dari supir taksi. Mereka bertiga terlihat akrab dan berbicara amat sangat lepas.

Ketiganya memang berpenampilan menarik. Make up mereka seadanya, dengan pakaian yang sopan. Celana jeans dan jacket serta tas sehingga tidak mudah terlihat sebagai wanita murahan. Ternyata ketiganya memiliki kesamaan yakni mahkotah keperawanan mereka direnggut pacar, dan lekaki bejat itu pergi begitu saja. Kisah cinta merek berakhir tragis, untung saja perbuatan kotor itu tidak mendatangkan bencana kehamilan.

Novi mengisahkan, dia penah berkenalan dengan seorang pengusaha dari Bali melalui facebook dua tahun silam. Pertemanan di dunia maya ini berlanjut hingga keduanya janjian bertemu di Kupang. Di sebuah hotel di bilangan Pasir Panjang Kota Kupang keduanya menjalin kasih tanpa status. Novi akhirnya jatuh dalam pelukan pengusaha Bali itu yang kemudian menghadianya satu unit sepeda motor revo setelah selama dua malam menggaulinya.

“Saya sangat kaget ketika dia meminta untuk bersama ke sebuah dealer sepeda motor. Sepeda motor dia bayar kontan dan langsung memberikannya kepada saya. Dia juga sering mengirimi saya uang dari Bali,” kata Novi yang mengaku masih terus berhubungan dengan sang bos tersebut.

Ketiganya sepertinya berlomba berkisah tentang pengalaman mereka di dunia yang satu ini. Tidak terasa, empat bungkus rokok sampurna sudah ludes dihisap bersama malam itu usai makan malam. Namun kisah mereka sepertinya tidak berakhir.

Erna dan Maya bahkan membuka rahasia bahwa mereka telah digauli beberapa dosen di kampusnya. Bukan hanya dosen muda yang belum beristri, tetapi juga dosen-dosen tua yang memang masih kuat bermain.

Keduanya bersemangat menceriterakan awal mereka bercinta dengan para dosen itu. Ketika usai ujian semester, Erna dan Maya yang berotak pas-pasan itu mendatangi dosen untuk menanyakan nilai ujian mereka. Jika nilainya jelek, mereka memberanikan diri meminta sang dosen untuk memperbaiki nilainya.

“Beta (saya= bahasa Kupang) datang ke rumah dosen. Saya tanya nilai, kalau nilai merah, saya rayu sang dosen untuk memberikan nilai baik. Dosen sepertinya sedang mengharapkan sesuatu. Beta langsung bilang, kalau bapa mau boleh juga. Eh ternyata dia ajak beta main, jadi sudah to,” kata Maya polos tanpa malu.

Hal yang sama juga diakui Erna yang berkulit putih dan selalu tampil dengan make up tipis tapi memiliki daya tarik yang cukup. Erna mengaku, tidak semua dosen yang bisa seperti itu, tetapi mereka juga selalu mempelajari perangai sang dosen.

“Memang ada dosen yang nakal. Kalau mau sama mau bisa terjadi dan bayarannya nilai selalu baik,” kata Erna yang juga mengaku sering melayani dosen dan mendapatkan uang bukan hanya nilai.

Ketika ditanya, apakah mereka ingin kembali ke jalan yang benar setelah tamat kuliah, baik Novi, Maya dan Erna sama-sama mengakui mereka hanya melakukan perbuatan ini selama kuliah. Dari perbuatan mereka itu, mereka sama sekali tidak memiliki kekurangan dalam memenuhi kebutuhan mereka baik pakaian, konsumsi dan kebutuhan lainnya sebagai mahsiswi. (FBC/Bonne Pukan)

Foto: Ilustrasi

 

Komentar ANDA?