Dua Keunikan yang Wajib Dinikmati di Lembata

0
2842

Lembata itu unik. Pertama, ia memiliki tiga sebutan untuk satu pulau yang sama. Ia bisa disebut Pulau Lomblen, bisa juga disebut Pulau Kawula, atau bisa juga disebut Pulau Lembata. Namun, dalam kehidupan sehari-hari, nama Lembata lebih dikenal. Sampai-sampai, ketika berpisah dari Kabupaten Flores Timur pada 1999 silam, kabupaten itu diberi nama Kabupaten Lembata.

Kedua, sama seperti suku-suku lain di Indonesia, suku-suku di Lembata pun memiliki bahasa lokal. Namun, entah mengapa masyarakat di sana malah menggunakan Bahasa Lamaholot sebagai bahasa pengantar. Bahasa Lamaholot atau Bahasa Solor adalah bahasa yang dipakai suku Lamaholot. Khusus dua keunikan itu, Anda bisa mendalaminya pada kesempatan lain. Karena yang akan diulas di sini adalah soal perburuan ikan paus dan Bukit Doa Watomiten.

Perburuan ikan paus atau lefa membuat Lembata dikenal luas. Memasuki bulan Mei sampai Oktober, para wisatawan, baik lokal maupun mancanegara kerap datang ke Desa Lamalera untuk menyaksikan tradisi, yang konon sudah ada sejak abad ke-16. Bulan-bulan di mana perburuan ikan paus berlangsung disebut baleo.

Sebelum lefa, mereka melakukan sebuah ritual yang dinamakan tobu neme fate. Ritual ini dihadiri oleh tiga bersaudara yang kini telah berkembang  menjadi tiga suku yakni Bataona, Blikololong, dan Suku Lewotukan. Selain ketiga suku itu, ada juga tuan tanah dan para nelayan.

Ritual tersebut dilanjutkan dengan ie gerek. Ie gerek adalah jenis ritual yang dikhususkan untuk memanggil ruh-ruh ikan paus agar bisa mendekat ke perairan di sekitar Lamalera. Ritual ini dilakukan di atas batu hitam yang sepintas menyerupai ikan paus di puncak gunung Labalekang. Oya, hampir lupa. Mereka membawa juga sesajian berupa seekor ayam jantan merah, tembakau, sirih pinang, beras merah serta telur ayam. Setelah diletakkan di atas batu hitam, gong keramat pun dibunyikan. Semua ritual tersebut akan ditutup dengan misa pembukaan lefa di sebuah kapela di pantai. Dalam misa tersebut pastor akan memberkati lamafa (orang yang dikhususkan untuk menombak ikan paus) dan peledang (perahu pemburu ikan paus).

Jenis ikan paus yang diburu adalah jenis ikan paus sperma (Physeter Macrocephalus). Ikan paus yang berhasil ditombak akan dibagi sesuai dengan adat yang berlaku di sana. Misalnya, pada bagian kepala sampai batas mata akan menjadi hak dari para pendayung peledang, lamafa dan seterusnya.

Selain itu, Lembata juga memiliki objek wisata religi yakni Bukit Doa Watomiten. Berbeda dengan lefa yang sudah ada ratusan tahun yang lalu, Bukit Doa Watomiten ini baru dibangun pada 2014 silam di Desa Bour, Kecamatan Nubatukan hasil kerja sama Yayasan Kasih Lembata dan Pemerintah Kabupaten Lembata.

Bukit Doa Watomiten memang difungsikan sebagai ziarah religi. Karena itu dibangun 14 patung di sana dengan tingkat kemiripan yang sangat sempurna. Patung-patung itu diupayakan sedemikian rupa sehingga setiap peziarah atau pengunjung mampu mendalami masa-masa akhir dari kehidupan Yesus di dunia.

 

Setiap patung sesungguhnya tampak seperti sebuah adegan. Ada patung saat Yesus disiksa, ada juga saat Yesus memikul salib, saat kaki dan tangan Yesus dipaku, saat Yesus disalibkan, saat Yesus diturunkan dari salib, dan sejumlah adegan lain. Dan bagian terakhir dari 14 patung itu, berdiri kokoh patung Bunda Maria Segala Bangsa setinggi 7 meter (belum termasuk pangkuan patung setinggi 4 meter).

Banyak yang meyakini bila Bukit Doa Watomiten akan menjadi salah satu objek wisata yang menarik di masa depan. Hal ini disebabkan karena bukit doa itu berada di atas bukit yang memiliki ketinggian 140 meter. Sehingga dari bukit ini terlihat hamparan pantai, teluk serta kecantikan sunset di barat Lembata yang sungguh mempesona. (sumber: rumahgudang.com.).

=====

Foto: inilah kehebatan nelayan Lamalera ketika mereka menikam ikan paus dengan peralatan tradisional

Komentar ANDA?