KUPANG. NTTatu.com – Dirjen Kebudayaan pada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, Prof. Kacung Marijan, Ph.D mengatakan,
Forum Festivan Budaya Melanesia (FBM) ini menjaid ajang yang paling baik untuk menukar pengetahuan, tradisi dan budaya dengan harapan dapat meningkatkan saling pengertian, pemahaman dan solidaritas di kawasan Melanesia.
Pernyataan Kacung itu disampaikannya ketika menggelar jumpa pers usai acara pembukaan Festival Budaya Melanesia yang di Kupang, Rabu, 28 Oktober 2015.
Dikatakannya, Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya, Ditjen Kebudayaan, Kemendikbud menyelenggarana Fesifat Budaya Melanesia (Melanesian Cultural Festival (MCF) dengan tema “Celebrating the Cultural Diversity of Melanesian World”.
Melanesian Cultural Festival merupakan suatu forum bagi masyarakat yang mempunyai pengaruh budaya Melanesia untuk saling tukar menukar pengetahuan, tradisi dan budaya dengan harapan dapat meningkatkan saling pengertian, pemahaman dan solidaritas di kawasan Melanesia.
Festival dihadiri para pemangku kepentingan di bidang kebudayaan, pembicara ternama pada konferensi, cendekiawan, seniman dan praktisi dari negara-negara Fiji, Indonesia, Papuan New Guinie, Solomen Island, Timor Leste dan New Caledonia. Peserta dari Indonesia yang mewakili Budaya Melanesia yakni NTT, Maluku Utara, Maluku, Papua Barat dan Papua. Acara ini dibuka Mendiknas RI, Anies Baswedan.
Festival terdiri dari empat program yaitu konferensi, pertunjukan kesenian, pameran budaya dan penayangan/festival film.
Pada kegiatan konferensi bertindak sebagai keynote speech, Dr. Pater Gregor Neonbasu, SVD. Ada tujuh tema yang akan didiskusikan yaitu:
- “Dispersal of Melanesian Culture” dengan pembicara Dr. Gregor Neonbasu.
- “Languages in Melanesian World: Distribution, Contact dan Endangerment”, dengan pembicara Prof. Dr. Multamia Lauder
- “Genetica aspect of Melanesia” pembicara Prof. Dr. Herawati Sudoyo.
- “Maritime Tradition in Eastern Parth of Indonesia” pembicara Prof. Dr. Susanto Zuhdi
- “Migration of The Melanesians” pembicara Dr. Lintje Pellu
- “East Nusa Tenggara in the Dynamic of Indonesia Nasionalist Movement”” pembicara Prof. Dr. Ketut Ardhana
- “Coorporations in Education anfd Culture Sector” pembicara Dr. James Modouw.
Untuk pertunjukan seni budaya Melanesia menampilkan tarian dari Fiji, Indonesia, Papua New Guine, Salmon Island, Timor Leste, New Caledonia yang dimeriahkan tarian dari provinsi NTT, Maluku, Mauluku Utara, Papua dan papua Barat. Jecko Sompo bertindak sebagai koreografer yang mengkolaborasikan tarian-tarian dalam bentuk tari animal pop yang diiringi dengan music kontemporer oleh Nyongki Welvaart.
Acara pemutaran film menampilkan pertunjukan film baik nasional mapin internasional dari beberapa negara yang mengirimkan film yaitu Fiji dan New Caledonia. Tujuannya adalah agar menginspirasi dan mengembangkan film dalam rangka memperkaya keanekaragaman budaya di kawasan Melanesia. Selain itu pemutaran film ditujukan untuk memberikan hiburan dan informasi kepada masyarakat khususnya penduduk lokal NTT dan menunjukkan perkembangan industri film.
Indonesia memutar beberapa film selama acara berlangsung diantaranya adalah “Cahaya dari Timor” dan “Atambua 390 Celcius”. Sebagai bintang tamu dalam acara ini actor Chico Jericho dan Artis Jajang C. Noor. Kedua actor dan aktris tersebut berdialog dengan para penonton. Selain itu akan diputar film dari negara Fiji dan New Caledonia (Adi, Monnaine Kanak dan Nga Jila Tjobau Cultoral Centre, Nem Caledonia House of Rich).
Sedangkan untuk pameran mengambil tema “Sprrit of Melanesia” yang menceritakan bagaimana ruh budaya Melanesia menyebar hingga ke Nusa Tenggara Timur. Tujuan diselenggarakannya pameran ini adalah menunjukkan kepada masyarakat terutama peserta ferstival bahwa ras dan budaya Melanesia saling berhubungan dan menyebar sampai ke wilayhah Timur Indonesia dan juga menumbuhkan rasa persaudaraan dan saling pengertian dan menerima perbedaan-perbedaan. Konten pameran meliputi alam, lingkungan, arseitektur, natural, pakaian, perhiasan, makanan, kerajinan dan maritime.
Acara yang tidak kalah pentingnya dalam festival budaya Melanesia adalah dialog guru-guru di Kupang dengan materi Pendidikan dan Kebudayaan di Graha El Tari dan peluncuran buku berjudul “Diaspora of the Melanesian Historical Perspective”. (bp)
=====
Foto: Dirjen Kebudayaan Kacung Marijan diapiti kedua dari kanan ketika menggelar jumpa pers