Flores jadi Klaster Pariwisata

0
546

KUPANG. NTTsatu.com – Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) telah menetapkan Pulau Flores sebagai salah satu dari 25 klaster pariwisata di Indonesia. Pemerintah diharapkan mampu memanfaatkan peluang yang ada, karena saat ini terjadi kesenjangan antara promosi wisata dan pengembangan wisata.

Fasilitator Kemenparekraf untuk Tatakelola Destinasi Pariwisata Flores, Yakobus Mbira pada pertemuan para pihak pegembangan pariwisata Flores Tingkat NTT di Kupang, Kamis (29/10/2015) mengimbau kepada pemerintah daerah delapan kabupaten di Pulau Flores membuang ego daerah untuk mengembangkan pariwisata. Karena dunia pariwisata menembus ego sektoral masing- masing daerah. Pariwisata tidak bisa dibatasi oleh wilayah administratif.

“Kita berharap, dengan laporan kerja selama tiga tahun dari Indecon, bisa menghasilkan sistem tata kelola pariwisata untuk keberlanjutan destinasi di Flores,” kata Yakobus.

Pada kesempatan itu ia mengkritisi pengembangan pariwisata di NTT, khususnya di Flores. Selama ini lebih banyak promosi, tapi tidak ada tata kelola objek wisata yang baik. Sehingga menjadi tugas bersama untuk mengatasi persoalan ini.

“Pariwisata bukan sekadar promosi, tapi juga tata kelolanya. Diharapkan, melalui kajian yang dilakukan teman-teman dari Yayasan Indecon bisa melahirkan sebuah produk untuk pengembangan pariwisata di daerah ini,” ujar Yakobus.

Menurutnya, apa yang sudah dilakukan Indecon dalam beberapa tahun terakhir sangat membantu masyarakat di tingkat paling bawah. Karena sistem yang dibangun adalah pemberdayaan masyarakat. Sehingga, diharapkan masyarakat bisa mandiri meski tidak lagi dibawah bimbingan Indecon.

Direktur Yayasan Indecon, Ary Suhandi menjelaskan, sejak April 2013, perwakilan Uni Eropa, Kemenparekraf serta Yayasan Indecom merintis sistem pengembangan ekowisata untuk perdagangan berkelanjutan di beberapa wilayah di pulau Flores, seperti Manggarai dan Ngada.

Yayasan Indecon menemukan begitu banyak potensi alam dan kekayaan budaya yang disebut mengandung nilai jual yang cukup tinggi. Untuk membantu keberlanjutan nilai budaya dan potensi yang ada di daerah- daerah tersebut, Yayasan Indecon telah menghasilkan sejumlah dokumen yang bisa menjadi pegangan, baik kepada masyarakat, aparat desa maupun pemerintah daerah untuk dijadikan acuan kebijakan pembangunan ekowisata.

“Intinya kita mengubah mindset, mengubah perilaku. Kemudian bagaimana kita merawat budaya dan alam sebagai aset dari pariwisata,” kata Ary menyerahkan dokumen dalam bentuk buku dan pamflet yang berisi tentang keindahan dan kekayaan alam serta budaya masyarakat Flores, khususnya di wilayah Flores pada pertemuan dimaksud.

Kepala Biro Ekonomi Setda NTT, Keron Petrus mengatakan, infrastruktur menjadi kebutuhan penting dalam pengembangan pariwisata. Untuk membangun pariwisata, mesti ada aspek partisipasi dari masyarakat dan pelaku pariwisata. Pemerintah provinsi sangat mendukung model pengembangan ekowisata, karena lebih pada aspek menjaga pelestarian lingkungan.

“Walau alam sudah siap, tapi orang (wisatawan) sulit datang ke NTT karena pengelolaannya belum baik. Persoalan utamanya adalah sinergitas antar daerah, terutama membangun infrastruktur dalam konteks koneksitas antar daerah,” papar Keron. (bp)
====
Foto: Karo Ekonomi Setda NTT, Kerong Petrus

Komentar ANDA?