Gubernur Laiskodat Lakukan Kunjungan Kerja ke Kabupaten Ende, Ini yang Dilakukannya

0
490

NTTSATU.COM — KUPANG — Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) Viktor Bungtilu Laiskodat (VBL) beserta rombongan mengawali kunjungan kerja di Kabupaten Ende pada Senin pagi (11/4). Sebelumnya, Gubernur beserta rombongan sempat bermalam di Aemalu, Desa Detupera, Kecamatan Lio Timur, Kabupaten Ende yang mana merupakan Kecamatan perbatasan dengan wilayah Kabupaten Sikka bagian Barat.

Ini merupakan rangkaian kunjungan kerja Gubernur NTT ke Kabupaten Lembata serta Kabupaten sedaratan Flores yang telah dimulai pada Kamis 7 April lalu dan berlangsung selama 17 hari serta akan berakhir sampai dengan Sabtu 23 April. Lembata menjadi Kabupaten pertama yang dikunjungi Gubernur Viktor, selanjutnya berturut-turut Kabupaten Flores Timur dan Kabupaten Sikka.

Setibanya di Desa Koanara, Kecamatan Moni, Kabupaten Ende yang merupakan titik awal dari rangkaian kunjungannya, Gubernur VBL beserta rombongan langsung disambut dengan sapaan dan tarian adat, sebagai bentuk penghormatan bagi tamu yang datang untuk berkunjung.

Kehadiran Gubernur NTT beserta rombongan di Moni tersebut untuk meresmikan secara langsung Kantor Fungsional Bank NTT.

Kegiatan peresmian kantor itu ditandai dengan penandatanganan prasasti dan pengguntingan pita serta peninjauan berbagai fasilitas di dalamnya oleh Gubernur NTT.

Hadir dalam acara peresmian tersebut diantaranya, Bupati Ende Djafar Achmad, Wakil Bupati Ende Erikos Emanuel Rede, Dirut Bank NTT Hari Alexander Riwu Kaho, para Staf Khusus Gubernur serta sejumlah Pimpinan Perangkat Daerah lingkup Pemerintah Provinsi NTT.

Gubernur Viktor dalam arahannya mengatakan bahwa desain pembangunan ekonomi kedepan harus diperkuat pada sektor UMKMnya. Dikarenakan saat ini perbankan yang ada di seluruh dunia sangat serius dalam pengembangan UMKM.

“Dunia saat ini sedang merujuk kepada pengambangan UMKM. Dimana UMKM adalah salah satu usaha untuk mengangkat semua potensi lokal yang ada. Kita punya segala jenis kekayaan alam, dan itu semua harus dikerjakan oleh masyarakat setempat. Itu baru namanya ekonomi rakyat. Karena dari ekonomi rakyat itu sendiri nantinya akan menjadi penyangga pertumbuhan ekonomi daerah serta negara,” jelas Gubernur Viktor.

Ia juga menegaskan bahwa apabila kekayaan alam itu dikelola secara optimal, maka tentu provinsi NTT tidak perlu lagi ketergantungan dengan produk dari luar. Dikarenakan menurut data yang beliau peroleh, setiap tahunnya provinsi NTT membeli segala jenis produk dari luar NTT dengan rata-rata mengeluarkan uang yang nilainya sangat fantastis yaitu mencapai Rp.13 Triliun.

“Saya harapkan dengan hadirnya Bank NTT di Moni, berbagai UMKM yang ada harus diberdayakan. Harus didesain produknya seperti apa serta berbagai pihak seperti pemerintah desa, para pengusaha dan _Off Taker_ harus dilibatkan dalamnya. Setelah itu kita dorong ke sistem penjualan yang berbasis online melalui marketplace. Jadi hadirnya Bank NTT di sini harus berfungsi demikian,” ucapnya.

Sementara itu dalam laporannya, Dirut Bank NTT, Hari Alexander Riwu Kaho mengatakan bahwa, kehadiran kantor Fungsional Bank NTT di Moni sudah sesuai dengan regulasi baik itu undang-undang perbankan, maupun peraturan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Fungsi dari kantor tersebut adalah untuk melaksanakan fungsi intermediasi bank yaitu menghimpun dan menyalurkan dana. Dimana skala untuk kantor fungsional itu selaras dengan program Gubernur NTT yakni untuk membangkitkan UMKM.

Informasi tambahan bahwa kantor Fungsional Bank NTT di Moni tersebut merupakan yang ke-222 di seluruh NTT, serta yang ke-14 di Kabupaten Ende.

Meninjau Pengembangan dan Produksi Bambu di Desa Roa

Usai melalukan peresmian kantor Fungsional Bank NTT di Moni, Gubernur NTT beserta seluruh rombongan kemudian bertolak melanjutkan kunjungan kerja di Ekoleta, Desa Roa, Kecamatan Detusoko untuk meninjau potensi pengembangan dan produksi Bambu.

Untuk diketahui sebelumnya bahwa program penanaman dan pembibitan serta pengambangan bambu ini merupakan program kerja sama antara Dinas Pemberdayaan masyarakat Desa (DPMD) Provinsi NTT dengan Yayasan Bambu Lingkungan Lestari (YBL).

Di Ende sendiri, ada 3 desa yang menjadi sasaran program, yaitu desa Nggesa Biri, kecamatan Detukeli, dan Desa Rateroru serta Desa Roa di kecamatan Detusoko.

Dalam arahannya pada kunjungan ke Desa Roa kali ini, Gubernur Laiskodat menegaskan bahwa NTT akan menjadi pusat bambu pertama di Indonesia dan kedua dari Tiongkok. Yang mana pada tahun ini, Pemerintah Provinsi NTT akan memantau penanaman bambu di sepanjang sungai, di sumber mata air dan juga di lahan kritis dan kawasan hutan sosial.

“Provinsi NTT berkomitmen untuk membentuk 20 desa bambu dan juga industri bambu berbasis masyarakat dengan membangun pabriknya. Dukungan dari Pemda setempat sangat diharapakan agar cita-cita memiliki industri bambu dan pabrik bambu setengah jadi dapat segera bisa terwujud,” kata Gubernur Laiskodat dihadapan para TP-PKK , Mama-mama pembibit serta para penganyam _polybag_ serat alam bambu tersebut.

Peresmian Puskesmas Onekore

Selesai kunjungannya di Desa Roa, Gubernur NTT beserta rombongan kembali melanjutkan perjalanannya ke dalam Kota Ende, tepatnya di Kelurahan Onekore, Kecamatan Ende Tengah untuk meresmikan Puskesmas Onekore.

Kegiatan peresmian Puskesmas tersebut ditandai dengan penandatanganan prasasti dan pengguntingan pita serta peninjauan berbagai fasilitas di dalam Puskesmas oleh Gubernur NTT.

Dalam arahannya Gubernur VBL menuturkan dengan adanya puskesmas yang dibangun itu harapannya masyarakat dapat mendapatkan pelayanan kesehatan yang lebih optimal serta yang terutama masyarakat merasa nyaman dengan berbagai fasilitas di Puskesmas tersebut.

Ia juga menyinggung terkait penanganan stunting di Kabupaten Ende.

“Saya juga berterima kasih karena angka stunting turun, tolong dijaga dengan benar, ini sebuah prestasi yang hebat. Namun meski prevalensi stunting di Kabupaten Ende tinggal 12 persen, tetap harus selalu dibutuhkan komitmen penanganan yang melibatkan semua orang. Stunting harus diperangi bersama, untuk itu kita tidak boleh main-main. Kita harus berkolaborasi, baik dari pusat, provinsi, kabupaten hingga ke tingkat kelurahan dan desa,” jelasnya.

Sementara itu Bupati Ende, Djafar Achmad, dalam sambutannya, menyampaikan terima kasih kepada Gubernur NTT dan rombongan yang telah berkunjung ke Ende.

“Atas nama masyarakat Kabupaten Ende, saya ucapkan terima kasih dan memberi apresiasi kepada bapak Gubernur serta rombongan yang telah berkunjung ke Ende dengan segala bentuk bantuan dan berbagai perhatiannya. Sayapun berharap Bapak Gubernur dapat berkomunikasi dengan Bapak Presiden Jokowi agar beliau nanti dapat hadir pada peringatan hari lahir Pancasila 1 Juni 2022 mendatang. Mudah-mudahan rencana tersebut dapat terwujud,” harapnya.

Dalam kesempatan yang sama, Gubernur Laiskodat juga menyerahkan data stunting Kabupaten Ende _by name by address_ kepada Pemerintah Kabupaten Ende yang diterima oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Ende, dr. Aries Dwi Lestari.

Gubernur VBL juga memberikan secara simbolis paket makanan lokal tambahan bagi Bayi dan Balita stunting pada kesempatan tersebut.

Peninjauan Kampung Nelayan Arubara Kelurahan Tetandara

Seusai mengresmikan Puskesmas Onekore, Gubernur NTT beserta rombongan kembali melanjutkan perjalanan untuk menuju ke Kelurahan Tetandara, Kecamatan Ende Selatan untuk meninjau Kampung Nelayan Arubara.

Warga kampung Nelayan Arubara yang hadir dalam kesempatan tersebut sangat antusias menyambut kedatangan orang nomor satu NTT tersebut.

Merekapun tidak menyianyiakan kesempatan untuk berdialog bersama Gubernur NTT perihal pengembangan potensi kelautan.

Pada kesempatan tersebut, Gubernur VBL menjelaskan bahwa NTT sangat kaya akan keanekaragaman potensi lautnya namun belum dioptimalkan secara baik. Ia mengajak warga kampung Nelayan Arubara untuk lebih inovatif dalam mengelola potensi laut.

“Harta kekayaan NTT adalah laut. Hampir seluruh komoditi laut dunia ada di Indonesia. Tapi kita kurang baik mengelolanya. Oleh karena itu, mari kita ubah _mindset_ kita sekarang. Kita jangan hanya berharap dari hasil penangkapan ikan. Tapi sekarang yang lebih penting adalah bagaimana kita belajar tentang kemampuan budidaya ikan. Dengan hebat budidaya ikan, kita akan bangun kekuatan kelautan kita,” tegasnya.

“Oleh karena itu, kita rencanakan dengan baik. Pemerintah harus terlibat dan turun langsung bersama masyarakat untuk mulai mengembangkan kemampuan dalam berbudidaya ikan, lobster, rumput laut, dan lainnya yang mana itu merupakan kekayaan laut kita dan jelas itu semua dapat meningkatkan kesejahteraan para masyarakat setempat,” pungkas Gubernur VBL disambut tepuk tangan warga masyarakat kampung Nelayan tersebut.

Peninjauan Produksi Minyak Kelapa

Usai meninjau dan berdialog bersama Warga kampung Nelayan Arubara, Gubernur NTT dan rombongan melanjutkan kembali perjalanan menuju ke tempat produksi minyak kelapa yang terletak di Desa Jemburea, Kecamatan Nangapanda yang merupakan titik terakhir dari rangkaian kunjungan kerja Gubernur NTT di Kabupaten Ende.

Perjalanan Gubernur dan rombongan memakan waktu sekitar 50 menit untuk sampai ketujuan dengan menyusuri medan yang lumayan berat.

Kurang lebih pukul 16.30 WITA, Gubernur dan rombongan tiba di lokasi dan seperti biasa langsung disambut oleh tarian dan sapaan adat oleh Tokoh adat setempat.

Setelah itu Gubernur pun langsung meninjau rumah produksi minyak kelapa didampingi oleh Bupati Ende dan Wakil Bupati Ende.

Melalui arahannya kepada masyarakat setempat, menurut Gubernur Laiskodat mengatakan bahwa untuk mengatasi persoalan kelangkaan dan kenaikan harga minyak akhir-akhir ini, agar tidak terjadi lagi, baik dimasa sekarang maupun dimasa mendatang, diperlukan solusi alternatif untuk mengatasinya. Salah satunya adalah membuat minyak kelapa.

“Kita patut bersyukur bahwa kelapa kita di sini sangat banyak jumlahnya. Berangkat dari hal tersebut, saya selaku Gubernur sangat mendukung adanya inovasi-inovasi seperti yang kita lakukan ini, karena setiap persoalan masyarakat yang dihadapi, harus segera diselesaikan secara bersama-sama secara sinergis, berkolaborasi, dengan memanfaatkan secara optimal segala sumber daya dan potensi daerah yang kita miliki,” jelas Gubernur VBL.

Usai melakukan peninjauan di tempat produksi minyak kelapa tersebut, Gubernur NTT serta rombongan langsung bertolak menuju Kabupaten Nagakeo untuk melanjutkan agenda kunjungan kerja berikutnya. (sipers adpim)

Komentar ANDA?