Gubernur minta Event Berskala Internasional Digelar Setiap Tahun

0
485
Foto: Gubernur NTT, Frans Lebu Raya ketika membuka kegiatan Parade 1001 kuda dan festival Tenun Ikat di Waingapu, Senin, 03 Juli 2017

NTTsatu.com –     WAINGAPU – Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT), Frans Lebu Raya meminta kepada seluruh jajaran pemerintah kabupaten, terutama yang berada di tiga pulau besar, yaitu Flores, Sumba dan Timor untuk berupaya menggelar event tahunan berskala nasional dan internasional setiap tahunnya. Dengan begitu, dapat mengundang wisatawan untuk berkunjung ke NTT dan sekaligus mendukung pembangunan sektor parawisata di Provinsi NTT.

Permintaan ini disampaikannya ketika membuka dan melepas parade 1001 kuda sandelwood (kuda Sumba) yang dirangkai dengan festival tenun ikat tradisional, di Suwembak Matawai, kota Waingapu, Senin, 3 Juli 2017.

“Kita harus berupaya untuk menjual Nusa Tenggara Timur dalam konteks sektor pariwisata agar dapat memicu perhatian dunia terhadap berbagai potensi yang kita miliki. Misalnya, saat ini lewat parade kuda sandelwood dan festival tenun ikat tradisional, dapat mengundang perhatian wisatawan domestik dan mancanegara untuk datang ke NTT,” pinta Gubernur Lebu Raya.

Hadir dalam pembukaan kegiata itu, para pejabat yang tergabung dalam Forkompinda NTT, Bupati dan Wakil Bupati Sumba Timur, Bupati SBD, Ketua TP PKK dan Dekranasda SBD, Forkopimda Sumba Timur, sejumlah  pimpinan SKPD lingkup Pemerintah Provinsi NTT dan masyarakat setempat.

Kata Gubernur, awalnya telah disepakati bersama untuk menjadikan NTT sebagai provinsi pariwisata. Hal ini seiring dengan kebijakan Presiden Joko Widodo, menjadikan pariwisata menjadi salah satu sektor unggulan yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi.

Sebab itu, lanjut Gubernur Lebu Raya, hal yang paling penting adalah harus gencar melakukan promosi. Tanpa promosi maka orang tidak akan mengenal NTT, karenanya dia bmengajak untuk tidak segan-segan mempromosikan daerah ini.

“Saya selalu minta kepada pimpinan dan anggota DPRD untuk mendukung kegiatan seperti ini. Setiap tahun memang kita harus lakukan promosi sambil mempersiapkan infrastruktur yang baik, seperti jalan, jembatan, sarana air bersih dan perhotelan termasuk menyiapkan kuliner yang menarik wisatawan,”  kata Lebu Raya.

Dijelaskan Gubernur, parade 1001 kuda sandelwood dan festival tenun ikat tahun ini di pulau Sumba, memiliki makna penting terutama selain nantinya dijadikan sebagai event tahunan, juga mendorong masyarakat Sumba untuk memelihara dan menjaga populasi ternak kuda agar tidak sampai punah.

Foto: Peserta Parade Kuda dari Sumba Timur siap mengikuti kegiatan Parade Kuda

Sedangkan untuk tenun ikat, tutur Gubernur, juga mesti terus dilestarikan,  menjadi nilai ekonomis yang dapat mendukung perekonomian masyarakat dan keluarga.

Gubernur Lebu Raya, menilai tenun ikat selama ini masih dipandang dari sisi sosial budaya saja.  Hendaknya potensi ini bisa ditingkatkatkan pemanfaatannya ke arah  ekonomi. Misalnya, produk tenun ikat ditingkatkan nilainya menjadi produk turunan yang bernilai ekononi, seperti dompet yang dibuat dari tenun, tempat tisu dari tenun, tas tenun dan lainnya.

Sedangkan Bupati Sumba Timur, Gideon Mbilijora, dalam sekapursirihnya menyampaikan terima kasih kepada Pemerintah Provinsi NTT yang mulai menjadikan Sumba Timur sebagai tempat pembukaan pertama dari rangkaian kegiatan parade 1001 kuda sandelwood dan festival tenun ikat tradisional yang akan berlangsung hingga 12 Juli 2017 pada puncak acara di Tambolaka.

“Sumba Timur yang dikenal dengan kuda sandelwood dan tenun ikat perlu diperkenalkan kembali dan diangkat menjadi perhatian dunia internasional. Bagi kami orang Sumba, ternak dan kain tenun merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan sosial budaya setiap hari dan menunjukan harga diri bagi orang Sumba,” jelas Bupati Mbilijora.

Menurut Bupati, khusus tenun ikat di Sumba sudah ada sejak masa lampau dengan kegiatan menenun bertujuan untuk memenuhi kebutuhan sandang juga untuk meningkatkan pendapatan rumah tangga.

Kepala Dinas Pariwisata NTT, Marius Ardu Jelamu selaku ketua panitia, mengatakan ada sejumlah branding internasionl yang terdapat di tiga pulau besar di NTT, yaitu selain ada destinasi wisata dan ekonomi kreatif di Flores juga digelar event berskala infernsional, seperti Tour de Flores.

Pulau Sumba, kata Jelamu, telah menciptakan branding baru selain megalitik dan atraksi budaya pasola dan mampu menciptakan branding internasional serta memperkuat branding yang sudah ada seperti parade 1001 kuda sandelwood dan festival tenun ikat pada 12 dan 13 Juli 2077 di Tambolaka.

Dijelaskannya, upaya pemerintah dalam  mendatangkan wisatawan domestik dan internasional, melalui berbagai cara dalam memperkenalkan sektor pariwisata sebagai salah satu sektor unggulan yang akan memperkuat sektor ekonomi di NTT. (*/bp)

Komentar ANDA?