KUPANG. NTTsatu.com – Gubernur Frans Lebu Raya menegaskan, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan provinsi yang paling toleran di seluruh Indonesia. Karena masyarakat Daerah ini paling menghargai perbedaan dan kemajemukan.
Penegasan itu disampaikan dalam sambutannya saat doa bersama dengan tema Nusantara Bersatu di alun-alun rumah Jabatan Gubernur NTT, Rabu, 30 November 2016 pagi.
Doa bersama itu diikuti belasan ribu orang dan dihadiri seluruh Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkompimda) tingkat provinsi NTT, Para Pimpinan Agama, seluruh ASN tingkat provinsi NTT dan pelajar mahasiswa serta masyarakat kota Kupang.
Guhernur menyatakan, dia bersama ini digelar di seluruh Indonesia untuk meneguhkan tekad bersama dalam menjaga keutuhan NKRI dalam bingkai “Nusantara Bersatu”.
Menurut Lebu Raya, NTT juga terlibat dalam seluruh perjuangan memerdekakan negara ini. Indonesia merdeka karena kerjasama dan keterlibatan semua anak bangsa karena itu tidak boleh ada yang tertentu yang mengklaim bahwa negara ini milik mereka sendiri,
Kemudian Lebu Raya mengulangi Pidato Bungkarno pada tanggal 01 Juni 1954 yang mengatakan, Indonesia punya Pancasila yang terdiri dari lima sila. Dari lima sila itu bisa diperas menjadi tiga sila dan bisa juga dengan hanya satu sila yakni “Gotong Royong”. Jika disebut gotong royong maka ini melibatkan semua pihak bukan hanya pihak-pihak tertentu saja.
“Orang NTT harus lebih bertanggungjawab untuk menjaga Pancasila karena Pancasila itu lahir dari bumi NTT di Ende,” tegas Lebu Raya.
Dia mengatakan, para pejuang bangsa berkorban memerdekakan negeri ini dengan darah, nyawa dan harta benda. Mereka berjuang dengan sangat gigih karena mereka peduli untuk mencapai kemerdekaan demi anak cucunya.
Saat ini lanjut Gubernur, ada tantangan besar dan tantangan ini menantang semua anak bangsa untuk terus menjaga keutuhan NKRI. Bhineka Tunggal Ika menggambarkan sangat jelas bahwa para pendahulu negeri ini menghargaai perbedaan, keanekaragaman yang menjadi kekuatan dan tidak boleh dicabik-cabik oleh siapapun juga.
Sementara semua tokoh agama dari Islam, Katolik, Protestan, Hindu dan Budha sama-sama berdoa untuk keutuhan negeri ini yang sedang bergejolak.
“Peristiwa yang terjadi belakangan ini di negeri ini member kita tanda awas untuk kita berbenah. Masyaraat NTT berkumpul di tempat ini untuk mengingat visi para pemuda dalam Kongres Pemuda tahun 1928 yang mencetuskan Sumpah Pemuda yakni satu Bangsa, Satu Tanah Air dan satu Bahasa yakni Bahas Indonesia,” ungkap Ketua Majelis Gereja Masehi Injili Timor (GMIT), Pendeta Merry Kolimon. (bp)