BORONG. NTTsatu.com – Menyesal tiada guna, harga vanili saat ini melonjak menjadi Rp 1 Juta per Kg. Para petani Manggarai Timur (Matim) yang dulunya membudidayakan beralih ke komoditi lain merasa sangat kecewa dengan perubahan harga pasaran vanili yang melonjak drastic ketika mereka tidak lagi mengembangkannya.
Agus Deok salah satu Warga Mano kecamatan Poco Ranaka Kepada NTTsatu.com di Borong Senin (22/8) mengaku sangat kecewa. Dia begitu terkejut ketika mendengar harga vanili kering kembali melonjak fantastis dengan harga Rp 1.250.000 per Kg.
“Kami sudah lama tidak menanam lagi vanili ketika harga di pasarana anjlok hanya senilai Rp 2.500/kg. Harga yang sangat jauh dibawah standar itu membuat kami beralih dari vanili ke komoditi lain,” katanya.
Lima tahun lalu, warga di Poco Ranaka masih menam Vanili, namun harga yang terus anjlok para petani mulai meninggalkan budidaya tanaman vanili, dan lahan ditanami kopi, kakao, dan cengkeh,
“Kami kecewa dengan harga vanili kembali naik, hasil tanaman fanili bisa mencapai puluhan kilogram namun harganya jauh dibawah standar, maka kami membabatnya dan menganti tanaman lain,” kata Deok.
Terkait adanya upaya pemerintah yang akan bekerja sama dengan invenstor India untuk mengembangkan kembali Vanili, dirinya bisa menanam kembali tanaman Vanili dengan mempertimbangkan harga Vanili mesti stabil.
“Para petani terkadang terauma dengan harga, apalagi pekerjaannya sedikit sulit karena setiap pagi kami harus bagun pagi untuk mengawinkan bunga fanili yang sudah mekar, pemeliharan, perawatan hingga pembuahan dibutuhkan orang yang sabar sebab salah sedikit pada saat kawin pasti buah Vanili tidak jadi,” urainya.
Salah satu pedaganag yang menerima hasil Bumi Tato Fajar, ketika ditemui di Toko dikompeks pertokoan Kota Borong mengatakan, harga vanili kering saat ini berkisar Rp 1 jutan. Harga ini fluktualitf tergantung nilai tukar dollar.
“Saat ini, harga vanili mentah dibeli dengan harga Rp 125.000/kg. Harga tersebut sangat baik namun jarang petani yang menjual fanili kecuali kakao, kopi dan cengkeh,” katanya. (mus)