KUPANG. NTTsatu.com – Setiap pejabat vertikal dari pusat yang hendak bertugas di NTT harus diketahui rekam jejaknya oleh daerah dalam hal ini Pemerintah Daerah (Pemda) dan DPRD NTT. Karena itu daerah perlu berinovasi menciptakan “Konvensi Daerah”.
Penegasan ini disampaikan Koordinator Tim Pembela Demokrasi Indonesia (TPDI), Petrus Selestinus dalam keterangan persnya yang diterima media ini, Kamis, 13 Oktober 2016.
Petrus mengatakan, konvensi ini sangat penting untuk mengantisipasi kebijakan terselubung yang menghina dari pejabat pusat yang selama ini menjadikan NTT sebagai tong sampah besar membuang pejabat yang rendah kapasitas dan bermasalah. Sebagai tuan rumah, tuan tanah yang ikut menjaga NKRI dan dalam rangka menciptakan pemerintahan yang bersih dan bebas dari KKN, tentunya dibutuhkan pelayanan publik yang lebih baik dimasa yang akan datang.
“Kita pernah mendengar julukan yang menghina NTT dan Papua yaitu “sebelum dipecat lebih baik di NTT-kan atau di Papua-kan dulu”, kata Petrus.
Advokat Peradi ini menyampaikan, Kajati NTT John W. Purba sebentar lagi akan meninggalkan NTT untuk mengisi jabatan baru sebagai Kajati Jambi. Melihat kelas kejaksaan, maka peminindahan John W. Purba menjadi Kajati Jambi adalah dalam rangka promosi. Itu berarti di mata Jaksa Agung RI, John W. Purba berprestasi baik selama menjadi Kajati NTT. Yang menjadi pertanyaan, apakah penilaian itu sama dengan apa yang dilihat dan dialami oleh publik NTT selama John W. Purba menjadi Kajati NTT.
“Publik NTT justeru mempertanyakan alasan promosi untuk John W. Purba dan prestasi apa yang sudah diukirnya selama memimpin Kejaksaan Tinggi NTT khususnya penegakan hukum di bidang pemberantasan korupsi. Karena hampir tidak ada prestasi apa- apa,” tandas Petrus.
Dia menegaskan, DPRD dan Gubernur NTT tidak boleh melepas begitu saja atau membiarkan John W. Purba meninggalkan NTT karena berakhirnya masa tugas. Jangan biarkan siapapun pejabat dari pusat masuk ke NTT atas nama penugasan atau perintah atasannya untuk bertugas di NTT tanpa masyarakat dan pemerintah daerah NTT mengenali terlebih dahulu rekam jejak, tabiat dan integritas moral dan kejujuran dari pejabat bersangkutan.
Sebaliknya juga jangan biarkan pejabat yang bertugas di NTT pergi meninggalkan tugas begitu saja seolah-olah NTT tidak ada tuannya dan tidak ada maayarakat yang memiliki hak atas pelayanan publik dan meminta pertanggungjawaban publik.
Lebih lanjut Petrus menyatakan, Pemda dan DPRD NTT harus membuat sebuah konvensi baru untuk membudayakan penghormatan dan penghargaan aparat sipil negara dari pusat ketika bertugas di NTT sebagai pengabdi dan pelayan bagi warga masyarakat di NTT. Caranya adalah dengan melakukan fit and proper test atau uji kelayakan terhadap calon pejabat tersebut sebelum diterima penempatannya di NTT.
Begitu juga jika tiba saatnya pejabat itu akan meninggalkan NTT, maka Pemerintah dan DPRD pun tidak boleh membiarkannya untuk pergi begitu saja. Tapi harus ada pertanggungjawababan publik di hadapan DPRD dan Pemda secara moral dan politik tentang apa yang dicapai dan apa yang masih menjadi hutang dan harus diteruskan oleh penggantinya.
Petrus menambahkan, publik NTT berharap agar DPRD NTT segera mengundang Kajati NTT John W. Purba untuk memberikan pertanggungjawaban atas kinerjanya di bidang hukum selama menjadi Kajati di NTT. Hal ini dimaksudkan agar DPRD dan pemerintah memiliki catatan tentang kondisi riil bidang hukum sekaligus untuk menjadi bahan evalusi dan kontrol DPRD Provinsi bagi kinerja Kajati yang akan datang.
Hal yang sama juga bagi calon pengganti Kajati NTT yang baru dimana sebelum diterima dan dilantik, sebaiknya DPRD Provinsi NTT mengundangnya guna meminta data tentang rekam jejaknya ketika bertugas di tempat lain. Jika rekam jejaknya jelek (tukang peras, tukang jual SP3) maka NTT berhak menolak dan meminta agar diberikan Kajati yang mengerti tugas dan tanggung jawab utama di bidang penegakan hukum. (*/bp)