
KUPANG. NTTsatu.com – Himpunan Ata Watan Lamaholot (HAWLA) se-Jabodetabek, Sabtu, 22 Oktober 2016 dideklarasikan. HAWLA diharapkan menjadi wadah Silaturahmi antar sesama umat Islam asal NTT di Jabodetabek.
Dalam siaran pers yang dikirim MADriyantobi selaku Humas HAWLA yang diterima redaksi NTTsatu.com, Selasa, 25 Oktober 2016 menjelaskan,aAcara deklarasi dan pelantikan Pengurus HAWLA di dilaksananakan di Anjungan NTT TMII dengan mengambil tema: Pai Taan Tou Tutu Koda Marin Kirin (Bersatu Dalam Dakwah).
Acara ini dihiasi dengan berbagai atraksi seperti tarian Gawi Au’u dan Nasyid Voice dari anak-anak santri asal Lamaholot Pesanteran Hidayatullah Parung Bogor, Marawis dan Sholawat Najmatus Shout anak-anak Lembata dari MA Assyafiiyah 02 Bekasi, Dana-Dani dari Lohayon Solor serta dihibur oleh Okres Gambus All Popali’as pimpinan Haji Abdulrahman Arif.
Ketua Panitia Deklarasi & Pelantikan HAWLA, Hamid H. Mustafa menyampaiakan ucapan terima kasih kepada semua orang yang sudah membantu baik moril dan materi sehingga kegiatan ini bisa terlaksanakan dengan baik.
Dia mengatakan, agar organisasi bisa bertahan ke depannya, maka harus ada kesatuan niat dan hindari iri, dengki dan ria dalam tubuh HAWLA.
“Dengan melihat perkembangan jumlah Umat Islam Lewotana atau biasa kita kenal dengan sebutan Watan Lamaholot yang ada di Jabodetabek dan berbagai persoalan yang dihadapi saudara-saudara kita yang ada di Lewotana, maka dipandang perlu untuk membentuk sebuah wadah sebagai ajang silaturahmi untuk saling kenal mengenal dan sebagai tempat berbagi ide serta menjadi yang terdepan mengatasi problem Umat Islam, khususnya Watan Lamaholot,” kata Hamid Mustafa.
Dr. Ir. Burhan Mas’ud dalam testimoni tetang keberadaan HAWLA berharap, kiranya HAWLA ini ke depannya bisa menjadi solusi dalam membangun nilai-nilai luhur dan tetap dalam kesatuan Lamaholot, Flobamora dan Negara kesatuan Republik Indonesia.
Kepengurusan HAWLA periode 2016 – 2019 ini diketuai Gaus Balaga dengan Sekertaris Jendral: Jamal Tokan Kowa Bala, Bendahara: Abdul Kadir Rahman, dan dibantu oleh beberapa ketua bidang.
Keberadaan HAWLA ini sebagai bentuk partisipasi Masyarakat Islam Lamaholot diaspora di Jabodetabek, Banten dan Jawa Barat dalam membangun silaturahmi sebagai bentuk kebersamaan (Ukhuwah) untuk berbuat dan berbagi dalam gelekat.
HAWLA tampil dengan visi, “terwujudnya masyarakat Watan Lamaholot yang beriman, cerdas, berwawasan luas, menjunjung tinggi akidah serta berakhlak ulkarimah antar sesama umat maupun terhadap masyarakat luas”.
Mataro Di Koda, Moripo Di Koda
Sastrawan kelahiran Lamahala – Flores Timur Bara Patiradja, didaulat membuat Prolog acara Deklarasi & Pelantikan yang dibacakan oleh Mas’ud Ibnu Rasyid mengatakan, menjadi warga Lamaholot yang baik berarti menyadari dan menjalankan falsafah dasar hidup kita, mataro di koda, Moripo di koda.
Ini adalah traktat filosofis yang lahir dari rahim kebudayaan Lamaholot, lahir dari basis tradisi kekuatan kearifan local pusaka ku’a kemuhat yang telah diwarisi oleh para tetuah, oleh para leluhur lewo tanah bagi para generasi penrusnya.
“Wadah ini diharapkan bukan hanya sekedar menjadi sebuah tata organisasi struktural-kultural, yang formalitas belaka. Lebih dari itu, ini adalah bahtera yang menghantarkan visi misi dan cita cita kolektif kita untuk puin taan to’u gahan ta’an ehan, untuk berhijrah dari kegelapan menuju cahaya, berhijrah dari iri dengki, dari perpecahan menuju cinta dan kasih sayang, menuju hidup yang lebih bernas dan syarat dengan nilai nilai luhur kemanusiaan.
(*/bp)