HARI bercuaca cerah di Lembata. Padahal kemarin dan kemarinnya di jam-jam tertentu. hujan turun dengan lebatnya. Iya, alam tengah ikut bahagia bersama mereka di hari itu, Hari Difabel/Disabilitas Internasional (HDI) sedunia, Senin (3/12/2018). Seperti apakah para difabel di Lembata merayakan harinya?
Adalah Forum Peduli Difabel dan Keluarga (FPKDK) Kabupaten Lembata yang menginisiasi beberapa kegiatan pra dan puncak HDI. Di hari Minggu (2/12/2018) sore, para difabel dan keluarga mendapat pengobatan gratis. Meski hujan turun cukup deras pada pukul 14.00 Wita, tak menyurutkan kerja tim relawan untuk menjemput para difabel dari sejumlah titik kumpul ke pelataran gereja Kristus Raja Wangatoa, tempat dilaksanakan pengobatan gratis. Tak hanya difabel yang ada di Kota Lewoleba tetapi juga dari Ile Ape.
Tim medis dan para medis yang dipimpin dr Jimmy Sunur, Ketua Divisi Kesehatan FPKDK lalu menyambangi 200 an difabel yang sudah berkumpul. Para difabel secara bergiliran dilayani para dokter di dua tenda. Mereka umumnya diberikan vitamin. Beberapa difabel diminta untuk memeriksakan diri di faskes terdekat.
Mengapa pemeriksaan gratis? Ketua FPDK Kabupaten Lembata, Veronika Mudapue mengatakan sebagaimana dalam banyak sisi kehidupan difabel masih diabaikan, demikian pula untuk urusan kesehatan para difabel. Bahkan masih banyak orang termasuk keluarga beranggapan, difabel sakit itu biasa. Tidak perlu ditangani khusus. “Padahal karena kondisinya berbeda, mereka mestinya harus lebih diperhatikan. Misalnya terhadap difabel yang hanya tidur saja, tidak bisa omong,“ ujar Mudapue.
Terhadap berbagai kondisi yang ditemukan tim medis setelah melakukan pemeriksaan gratis, dr Jimmy mengatakan bersama forum dia akan mengagendakan kegiatan pelayanan kesehatan rutin bagi difabel. “Kita akan turun langsung melakukan pelayanan kesehatan. Untuk saat ini, kepada keluarga para difabel agar membawa mereka (difabel) ke faskes terdekat agar bisa mendapatkan pelayanan,” ujarnya.
Di Hari puncak HDI, acara mulai digelar pagi hari pukul 09.00 wita. Di tempat yang sama, pelataran gereja Kristus Raja Wangatoa, para difabel melakukan pentas seni. Keybord player, Acong yang juga seorang difabel, tampil menghidupkan suasana dengan lagu-lagu berbagai aliran musik. Hiburan lainnya adalah pantomin berisikan kritik sosial yang dibawakan anak Sekolah Luar Biasa (SLB) dan SMP SLB. Ada pula musik angklung, tarian, nyanyi hingga fashion show. Mereka tampil penuh kegembiraan.
Di sela acara hiburan, para difabel juga berbincang dengan sejumlah narasumber Wakil Bupati Lembata, Dr Thomas Ola Langoday, Deken Lembata, Rm Sinyo da Gomes, Pr, Kabid Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Dinas P2KBP3A Kabupaten Lembata, Hedv.Vian T. Banin, Kabid Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Kabupaten Lembata, Yoanis Lalang, ST, Ketua IBI Lembata, Mien Diaz, relawan Forum Penanggulangan Resiko Bencana (FPRB), Achan Raring, mewakili Humanity Inclusion – CIS Timor, Eki dan Fred Riwu, guru SLB serta beberapa anggota difabel dan keluarga.
Masing-masing nara sumber bicara apa yang mereka pikirkan tentang difabel dan apa yang dilakukan terhadap mereka? Dipandu Freddy Wahon, Kor Sakeng dan Ramsy Langoday, bincang-bincang berlangsung santai. Ada air mata, ketika seorang difabel tuna wicara bilang, “Pak Wakil, buatlah sesuatu agar kami juga bisa ikut membangun Lembata. Sebab kami juga bisa.”
Kepada difabel yang memiliki ketrampilan-ketrampilan khusus, Wabup minta memasukan proposal agar bisa dibantu.
Acara bincang-bincang lalu dilanjutkan dengan makan bersama. Sebelum ditutup, para difabel dibawa ke tempat wisata Bukit Cinta. Dengan menggunakan kendaraan roda empat dan enam, mereka konvoi hingga tiba di lokasi. Wajah bahagia terlihat jelas ketika mereka diajak berfoto ria. “Senang, selama ini hanya dengar nama Bukit Cinta dan hari ini bisa sampe sini,” ujar mereka dalam bahasa isyarat.
Foto: Kaum Difabel di Lembata yang mendapatkan perhatian pada peringatan Hari Difabel Internasional, Senin, 03 Desember 2018
Selamat hari difabel sedunia. Seperti ini pula, Acong alias Raden Wijaya menulis isi hatinya mewakili kawan-kawannya di hari istimewa mereka:
Pesan untuk para pembuat kebijakan
Sebuah kalimat yang sering membuat kami termajinalkan
Sebuah hal yang kalian tetapkan jadi persyaratan
Sehat rohani dan jasmani
Melalui kalimat itu kau langsung diskualifikasi kami
Itu bukan penyakit, tapi keragaman Tuhan dalam menciptakan
Kami tak butuh dikasihkan, kami hanya perlu perlakuan penyesuaian
Angka kami dan kalian sama seratus, untuk meraihnya kita berbeda jurus.
Kalian jalan kaki, kami bertopang besi
Kalian menggunakan cahaya, kami cultural segenap indra
Kalian memakai lisan, kami sandi dan tulisan
Kalian mengoptimalkan softwear, kami memaksimalkan hardwear
Kami betul tak sama, bukan berarti harus beda
Kami hanya butuh cara
Kami bukan cacat, kurang, kami makhluk Tuhan
Sempurna menurut takdirNYA
Kalian pikir lengkap itu utuh, tapi berbuat untuk hidup secara penuh
Sadarlah wahai kalian!!!
Kami insan sempurna menurut Tuhan
Kami ada bukan untuk beban, tapi hidup bersama kalian dengan cara yang disesuaikan
Sadarlah kalian, kami sehat rohani dan jasmani
Jangan penuh teori, tapi bukti, bukan janji
Selamat hari disabilitas internasional
Mari berdampingan dalam kesetaraan
Buanglah sifat memarginalkan
(fince bataona/Humas )