IDENTITAS POLITISI

0
1940
Foto: Dr. Thomas Tokan Pureklolon, M.Ph, MM., M.Si.

Oleh: Dr. Thomas Tokan Pureklolon, M.Ph, MM., M.Si.

BERPOLITIK  kerap berada dalam ketegangan pertarungan identitas. Sebagian elit politik memaknai identitas sebagai ranah darah dan keturunan. Sebagian lain bisa menempatkannya pada geografis kedaerahan suku. Sebagian yang lain lagi memfokuskan identitas diri pada wilayah agama dan ideologi.

Wahyu dan Ari, dua orang teman kuliah saya sewaktu di S2 dan S3 di Universitas Indonesia, yang dari Semarang Jawa Tengah bisa seagama dan bisa se-ideologi dengan saya yang dari Ile Ape, Lembata – Nusa Tenggara Timur.

Politik Identitas adalah politik primordial. Namun, politik identitas adalah starting point tata kelola hidup bersama yang oleh Thomas Aquinas disebut kebaikan bersama ( bonum commune ) .

Kita bisa menyimak bagaimana negara Indonesia disusun dan saat itu perkara pertama yang diurus sebagai sebuah status kebangsaan ialah pertanyaan; “Siapakah manusia-manusia Indonesia?” Tidak sedikit yang mengira bahwa pertanyaan “siapakah”, meminta difinisi tentang idenitas.

Secara brilliant, para Pendiri Negara melangkah jauh mengatasi sekat-sekat primordial dalam pergumulan menemukan identitas bangsa kita; maksut pernyataan itu adalah identitas itu tidak dimaknai secara personal melainkan inter-personal; tidak per-golongan atau antargolongan, melainkan keseluruhan; tidak rasial, melainkan cita rasa bangsa; tidak historis dominasi mayoritas, melainkan peradaban kehidupan. Dengan kata lain, identitas itu adalah realitas yang menjangkau prinsip-prinsip persaudaraan, ketetanggaan, solidaritas, dialogalitas.

Adalah Sukarno yang mengatur pemikiran politik tentang identitas manusia Indonesia dari sudut pandang fenomenologis yang komprehensif. Komprehensibilitas pemikiran politik Sukarno diringkasnya dalam apa yang dinamakan Pancasila. Pancasila yang Anda dan saya kenal sekarang adalah penemuan identitas, sekaligus pergumulan bansa Indonesia yang sangat mengagumkan.

“Ketika Anda dan saya yakin sesuatu dapat dilakukan, benak Anda akan menemukan jalan keluarnya. Jika Anda mempercayai solusi, Anda akan menemukan solusinya. Hapus kata-kata berikut dari perkataan dan benak Anda: ‘tidak mungkin’, ‘mustahil’, ‘tidak sanggup’, ‘tidak ada gunanya mencoba’. Pernyataan seperti di atas yang sering saya lontarkan kepada mahasiswa saya di Program Pascarsarjana, adalah pergumulan sebuah identitas diri. Jangan biarkan tradisi melumpuhkan pikiran Anda. Bukalah diri Anda terhadap ide-ide baru. Lakukan penelitian. Cobalah metode-metode baru dalam belajar ilmu pengetahuan dan tentu dalam berpikir. Bersikaplah maju dalam setiap aktivitas politik ( kepentingan ) Anda.

Dengarlah seruan hati hambamu dari kampus: Wahai para politisi di negeriku! Tanyakan kepada diri Anda setiap hari: “Bagaimana saya dapat berkerja lebih banyak?” Kapasitas dalam membangun bangsa adalah pola pikir Anda yang harus menampakkan sosoknya.

Dengan bertanya seperti itu, sebetulnya benak Anda akan bekerja politik menemukan jalan pintas yang cerdas. Kombinasi kesuksesan dalam setiap aktivitas politik adalah bekerjalah lebih baik lagi yang sebetulnya mengembangkan kualitas hasil kerja Anda; dan bekerjalah lebih banyak lagi yang sebetulnya meningkatkan kuantitas pekerjaan Anda. Berlatihlah bertanya dan berlatihlah mendengar dengan penuh keadaban. Tanyakan dan dengarkan pada saat ada rapat dengar pendapat, Anda pun memperoleh materi untuk meraih keputusan yang tepat dan logis. Ingat: Orang besar lebih banyak mendengar, sedangkan orang kecil lebih cenderung berbicara; yang tentu dalam bidang yang cocok dengan keseharian Anda setiap hari.

Anda mau berada di posisi orang besar atau orang kecil saat berlangsung rapat dengar pendapat di fraksi pada internal partai, atau rapat komisi pada tingkat antar partai. Kuantitas baik, tetapi lebih baik kualitas lebih dikemukakan karena Anda menjadi “raja” dalam bermusyawarah di negeri ini. Teladan, itu yang penting yang harus didahului dengan berpikir secara cermat kalau bukan disebut berpikir kritis ( critical thinking ) karena ketinggian, padahal itulah tututan utama.

Wahai para politisi atau yang merasa diri mau bermain politik, atau negarwan yang berasal dari politisi: Kalau boleh di akhir pekan, habiskan waktu Anda selama dua sampai tiga jam untuk sedikit mempelajari buku-buku yang bernuansa akademis di bidang Anda agar Anda berada di area kekuatan Anda secara benar dan terampil. Dasar-Dasar Ilmu Politik, komunikasi politik, nasionalisme, dan lain-lain literatur yang bisa Anda lakukan .

Ada sebuah pernyataan yang saya berikan buat Anda: “Take time to read; it is the foundation of wisdom”. Saya percaya Anda bisa melakukan hal tersebut. Menjadi politisi yang handal di negeri ini, itulah identitas Anda yang dalam aktivitasnya dapat berpikir “melampaui”.

Salam hormat selalu dari kampus buat Anda semua; para politisi atau negarawan yang berasal dari politisi. (*)

*) Dr. Thomas Tokan Pureklolon, M.Ph., MM., M.Si Dosen Pemikiran Politik, pada Program Pascasarjana Universitas Indonesia dan Komunikasi Politik di Pascasarjana Univesitas Pelita Harapan.

Komentar ANDA?