Ini Secuil Kisah Pater Goris Kaha,SVD Semasa Kecil

0
105

 

Menyongsong perayaan Perak Imamatnya,kisah Pater Goris Kaha, SVD di kala kecil, pun tertuturkan sangat apik oleh beberapa teman seangkatan SD dan pendidik di era Putih Birunya.

Wilem Muda, seorang teman seangkatan Pater Goris tatkala mengenang kebersamaan mereka di bangku SD menuturkan, Provinsial SVD Jawa periode kedua saat ini, semasa kecilnya memang sudah terlihat alim.

Karena alim (pendiam,sopan), Goris sang murid baru pindahan dari Lewolaga (Kelas 3 ) sering menjadi obyek penderita akibat usilan teman-teman laki-laki seperti almarhum Hen Hayon, Irwan Hayon dan Tias Hayon.

“Kami sering baku olok, bahkan baku ajak berkelahi antara dusun, Ritaebang lawan Auglarang. Karena postur tubuhnya kecil, maka teman-teman yang nakal seperti yando Hen Hayon (almarhum ), nyando Tias Hayon, nyando Irawan Hayon, sering tolak dan tarik dia sampai jatuh. Istilahnya bogo toyoke ! Tapi itu dilakukan mereka dengan was-was, karena semua kami takut dengan Bapaknya. Bapaknya berwatak keras ! Walau alim, Pater Goris dulu, pernah juga dihadapkan ke guru karena dilaporkan turut serta dalam gerombolan teman-teman dikompleks mereka, curi buah ata (srikaya) di kebun orangtua Ado Gerin (kompleks bak air-Auglarang).” kenang Wilem Muda.

Soal tingkat kecerdasan, Wilem Muda mengakui, Pater Goris sewaktu SD itu, sangat jago di pelajaran Matematika.

“Sekalipun jago Matematika, namun nyando Tuan Goris tidak pernah juara I, atau II, maupun III. Nyando Tuan selalu bertengger di rangking IV. Puji Tuhan, sebagai teman seangkatan SD, saya sangat berbangga, beliau akhirnya jadi Imam, dan kini menduduki jabatan penting. Pesan saya, Nyando Tuan Goris senantiasa mendoakan kami teman-temanmu,dan tetap setia dalam panggilan hidup sebagai Imam .” pinta Wilem Muda.

Soal kecerdasan Gregorius Genane Kaha dilevel pas-pas’an itu, pun diakui Lamoren Aransina, seorang mantan pendidik di SMPK Cendana Ritaebang.

Lamoren Aransina dalam kesaksiannya mengungkapkan, Pater Goris sama sekali tidak menjawab setiap pertanyaan lisan sewaktu dirinya melontarkan pertanyaan. Dia lebih menunggu kans itu di saat ulangan maupun ujian tulisan.

“Saya saat itu mengajar Bahasa Indoneia – Sastra, dan Fisika. Setiap kali melontarkan pertanyaan, dia diam saja. Mungkin prinsipnya, mio boleh lancar jawab sekarang, goe jaga se di ulangan atau ujian.” kisah Lamoren Aransina sembari menegaskan ketakjubannya akan realitas didikkan keluarga dan pengaruh lingkungan (kompleks misi ), berhasil membentuk karakter dan perkembangan Gregorias Genane Kaha semasa kecil dulu.

Seluruh perjalanan hidup dan kehidupannya, terutama kisah kasih dalam mengembani perutusan Sang Sabda hingga ke titian 25 Tahun Imamatnya saat ini, lalu disatukan Pastor Goris Kaha, SVD pada tuntunan Sang Sabda : “ saya bukan TERANG itu, tetapi saya harus memberi kesaksian tentang TERANG itu .”

Menghayati kekuatan Sang Sabda dari Prolog Yohanes :

“ia bukan Terang itu, tetapi ia harus memberi kesaksian tentang Terang itu”, Pastor turunan Koki Boki Wulan Gita, Mamu Sinu Nama Di Genane Nama itu pun terus menjaga nyala perutusannya sebagaimana nyala perutusan yang telah dipijarkan Pendiri SVD, St.Arnoldus Janssen : “seorang misionaris bukan Terang itu; dia yang bersaksi tentang Terang itu.”  (Eman Niron/nttsatu)

Komentar ANDA?