Inspirasi di Tengah Pandemi…

0
1277

Oleh: Robert Bala

Apakah ada hal menarik bisa dipetik dari pandemi covid-19? Rasanya sulit menjawab. Pandemi lebih banyak membawa dampak negatif. Kesulitan ekonomi, kehilangan pekerjaan, rasa tertekan harus berada di rumah saja, tidak bisa bergerak ke mana-mana sebeperti sebelumnya.

Hal ini juga yang dialami penulis. Sejak merebak pertama kali di Indonesia dan harus ‘mengurung diri’, ide seakan tersumbat. Semua jalan seakan tertutup. Rasa frustrasi menjadi sangat dominan. Tetapi ‘the show must go on’. Kehidupan harus berjalan terus hal mana mendorong penulis untuk melakukan sesuatu.

Kebetulan yang ada dalam jangakauan penulis di tengah pandemi ini adalah kemampuan bertani. Bukan petani profesional tentunya. Petani yang bisa mengerjakan apa yang diwariskan doeloe. Tetapi bagaimana bisa ‘bertani’ di kota besar seperti Jakarta (kami tinggal di Tangerang Selatan, tetapi orang kampung lebih kenal sebagai Jakarta). Setiap jengkal tanah telah diisi dengan bangunan.

Namun namanya usaha. Saya melirik di dalam kompleks, ada posisi tanah yang disbut tanah ‘tusuk sate’. Rumah tusuk sate adalah rumah yang posisinya terletak di ujung jalan, persis di tengah jalur pertigaan. Jika digambarkan, rumah ini membentuk huruf T.

Rumah dengan posisi seperti ini dianggap membawa sial. Karena itu sulit sekali untuk orang menempati tanah itu. Hal yang sama terjadi dengan tanah di kompleks kami. Setiap 2 minggu sekali petugas kebersihan membersihkan rumputnya. Tampak rapi sekali. Tetapi hanya sebatas itu. Saya pun mulai mengolah tanah itu.

Awalnya menanam pepaya. Karena tidak ditegur oleh pak RT, maka saya pun mulai menambah sedikit demi sedikit sehingga menjadi kebun kecil. Tidak terlalu luas, hanya sekitar 6×7 meter. Di sana ditanami berbagai tanaman sayur: cabai, ubi jalar, singkong, talas, kunyit. Pernah juga tanam kacang tanah dan jagung. Dan tentu saja singkong dan pepaya.

Dari kebun kecil inilah saya mengisi hari-hari yang sangat membosankan. Tetapi justru di sana saya menyibak berbagai rahasia yang saya tulis dalam buku: INSPIRASI HIDUP (Pengalaman Sederhana sarat Makna). Ada refleksi tentang ubi jalar yang tidak merunduk ke tanah supaya berbuah tetapi ikut melata di atas pohon (karena ingin bersaing dengan pohon kundur); ada refleksi tanah bekicot, persilangan oleh binatang dan angin. Ada juga refleksi tentan bambu dan embun, serta pohon kelor (yang daunnya lagi digandrungi oleh banyak orang karena menjadi sayur obat).

Tetangga saya yang Jawa pun memberikan inspirasi. Ia sampaikan tentang pohon jarak yang saya tanam dengan berinspirasi pada sebuah pepatah Jawa: “Tunggak jarak mrajak, tunggak jati mati” adalah keturunan orang kecil bisa jadi orang besar, sedangkan keturunan orang besar justru tidak menjadi apa.

dr.  Dewi Kusumawati, M.M

Tanda Zaman

Mengapa mengambil hal-hal kecil dalam refleksi ini? Alasannya sebenarnya sederhana saja. Setelah mempelajari tentang teologi Tanda Zaman, saya berkeyakinan bahwa Tuhan terus bersabda dan mewahyukan diriNya. Apa yang disampaikan Tuhan itu tidak berhenti pada Kitab Suci yang sudah ditulis 2000 tahun lalu tetapi Tuhan terus bersabda.

Sabda Tuhan itu melalui kontak kita dengan alam, manusia, hewan. Itulah maka selama pandemi, inspirasi itu hadir melalui alam dan hewan. Banyak sekali pembelajaran yang inspiratif. Di sini tersadarkan saya bahwa Tuhan membisikkan banyak hal juga di tengah pandemi ini. Hidup yang tadinya terkekang berada dalam stress yang berat, justru mendapatkan ‘kompensasinya’ melalui kegiatan yang meski tidak seberapa tetapi membeirkan manfaat yang sangat besar.

Sebagai orang yang suka menulis, tentu pengalaman-pengalaman kecil ini kemudian coba diangkat menjadi pijakan untuk refleksi. Sebuah model induktif yang selalu disenangi penulis. Di sana dimulai dari hal-hal kecil lalu diangkat menjadi pemikiran. Model seperti ini akan menyatukan semua pembaca karena ada dalam jangkauan pemikiran pembaca. Misalnya saja tentang biji kelor yang tersimpan dalam tanah hampir 4 bulan tetapi karena tidak disiram maka ia tinggal begitu saja. Beruntung saja sudah saat hujan lebat. Ia menyirami bibit yang sudah saya letakan di tanah (tetapi tidak saya siram). Bibit kelor itu pun tumbuh.

Saya jadi sadar, betapa potensi itu ada dalam diri setiap orang. Yang diminta hanyalah menanam dan menyiramnya. Tetapi apa yang terjadi. Saya tidak melakukannya. Apalagi ada anggapan bahwa karena berada di bawah pepohonan maka ia akan tumbuh. Saya tidak menganggap. Harusnya saya merahkan semuanya kepada “Dia, sang pemilik tumbuhan itu”. Ia akan memberikan pertumbuhan.

Jadi Aspirasi

Apakah inspirasi kecil yang diperoleh di tengah pandemi itu akan tinggal sebagai ide saja? Pertanyaan ini penting karena inspirasi itu lahir dan disebabkan oleh sesuatu dari luar. Kontak dengan alam, manusia, hewan kemudian mendatangkan ide atau inspirasi.

Tetapi inspirasi itu tidak bsia tinggal sebagai inspirasi. Ia perlu menjadi aspirasi. Itulah maka rekan, sahabat saya dr Dewi Kusumawati, M.M, dalam prolognya menulis tentang hal ini. Ia melihat bahwa setiap orang harus bergerak dari inspirasi kepada aspirasi, beralih dari ide kepada perwujudan.

Sebagi dokter dan pendidik ia tahu bahwa dunia akan menjadi indah dan menarik kalau ada kombinasi antara inspirasi dan aspirasi itu. Dewi mengutip pepatah Latin: verba volant, scripta manent (kata-kata akan terbang pergi tetapi tulisan (buku) akan tetap ada). Demikian apa yang ditulis memang akan tetap dengan demikian ia akan terus jadi inspirasi bagi generasi kemudian.

Buku setebal 200 halaman ini akan terbit dalam waktu dekat di Penerbit Katolik ternama, Penerbit Kanisius Jogyakarta. Ada puluhan renungan dengan titik tolak yang sama yaitu berasal dari hal-hal kecil dan sederhana seperti disebutkan di atas.

Membaca buku ini tentu tidak hanya diharapakn agar pembaca secara pasif menerima sesuatu. Tetapi lebih dari itu pembaca terajak untuk dapat melakukan yang sama dengan memerhatikan hal-hal sederhana yang ada di sekitar. Semuanya itu bisa jadi inspirasi.

Semoga buku ini bisa bermanfaat bagi pembaca dalam mengisi waktu-waktu pandemi yang tentu tidak mudah.

========

*) Penulis adalah  penulis buku INSPIRASI HIDUP (Pengalaman sederhana sarat Makna).

Komentar ANDA?