Oleh: Rm. Ambros Ladjar, Pr
*Hari Minggu II Adven, 04 Desember 2022*.
Bacaan. Yesaya 11: 1 – 10 dan Roma 15: 4-9 dan Injilย Mt 3: 1-12.
Beberapa waktu lalu dibuat gerakan revolusi mental di negeri kita. Tak lain adalah upaya untuk mengubah cara pikir, cara kerja dan cara hidup berbangsa yang mengacu pada integritas, emosi kerja dan gotong royong. Nilai-nilai ini sesuai Pancasila yang berorientasi pada kemajuan dan tuntutan zaman. Sangat penting bagi negeri kita yang pluralistik ini untuk mengembalikan karakteristik asli yang ramah, santun, berbudi pekerti dan hidup saling berdampingan. Presiden Soekarno selaku pelopor gerakan thn 1967 ini mau menggembleng kita orang Indonesia agar berhati putih, berkemauan baja, bersemangat elang rajawali dan berjiwa api yang menyala-nyala.
Cita-cita indah ini sejalan dengan pesan Rasul Paulus:
terimalah satu akan yang lain, sama seperti Kristus juga telah menerima kita untuk kemuliaan Allah. Jika orang hidup bijaksana ibarat mereka menghasilkan buah yang baik. Bahkan menurut nabi Yesaya ketika Tuhan bertitah DIA tak menjatuhkan keputusan sesuai kata orang atau sekilas pandang. Orang lemah akan dihakimi dengan keadilan dan yang tertindas dengan jujur. Ketika itu akan ada sukacita di bawah alam semesta karena semuanya baik manusia maupun marga satwa bersahabat baik.
Situasi yang didambakan ini datang melalui hadirnya Kerajaan Allah. Olehnya orang harus menyiapkan diri dan mental secara baik. Sebab sesuai semangat warta Yohanes Pembaptis tadi sangat radikal. Dia tak takut kepada siapapun manusia; bahkan terhadap para elite yang disegani di tanah Israel. Kepada kaum Farisi dan Saduki yang datang hendak dibaptis dia masih sebut mereka sebagai kelompok ular beludak. Bagi Yohanes pertobatan batin adalah hal urgen. Jikalau mereka tak mau membuat revolusi mental maka pada akhirnya mereka tak berhak atas kerajaan Allah.
Yohanes adalah sosok yang punya integritas dan prinsip. Dialah suara yang lantang di gurun yang mengajak kita meluruskan jalan hidup yang tak sesuai; teristimewa di saat Tuhan mendatangi setiap pribadi. Penegasan pentingnya terkait dengan persiapan diri dan mental menyambut kedatangan Tuhan yang tak pasti saatnya. Sekiranya Yohanes itu suara yang berseru maka yang dibutuhkan dari kita adalah jawaban konkrit. Seruannya bermakna jika setiap orang menyiapkan diri dengan segala perbuatan baik dan benar. Inilah buah hasil pertobatan injili. Di saat penantian sekarang, apakah kita sudah siapkan diri kita secara baik?
Salam *Seroja*, sehat rohani jasmani di Minggu II Adven buat semuanya. *Tetap taat menjalankan Prokes*. Jika ADA, Bersyukurlah. Jika TAK ADA, BerDOALAH. Jikalau BELUM ada, BerUSAHALAH. Jikalau masih KURANG Ber- SABARLAH. Jika LEBIH maka BerBAGILAH. Jika CUKUP, berSUKACITALAH. Tuhan memberkati segala aktivitas hidup keluarga anda dengan kesehatan, keberuntungan, sukses dan sukacita yang melingkupi hidupmu… Amin๐๐๐๐นโ๏ธ๐น๐๐๏ธ๐๐๐ฝ๐๐ฅ๐ฅ๐ค๐ค๐ฎ๐ฉ๐ฎ๐ฉ
Pastor Paroki Katedral Kupang