Jelang Pilgub NTT, Masyarakat Jangan Mau Dikadalin

0
356
Foto: Ramses Lalongkoe, dosen Universitas Mercu Buana Jakarta

KUPANG. NTTsatu.com – Pemilihan Gubernur (Pilgub) Nusa Tenggara Timur (NTT) tinggal setahun lagi. Saat ini sudah banyak nama bakal calon gubernur NTT yang disebut-sebut, bahkan sebagian di antaranya sudah mulai bergerilya dari kampung ke kampung untuk mendapat dukungan rakyat.

Menanggapi hal ini, Direktur Eksekutif Lembaga Analisis Politik Indonesia yang juga putera asal NTT, Maksimus Ramses Lalongkoe melalui rilisnya yang diterima redaksi NTTsatu.com menegaskan, pilgub NTT 2018 mendatang, masyarakat NTT jangan lagi mau dikadalin para bakal calon gubernur yang rendah kemampuan berpikir menyelesaikan persoalan-persoaln klasik di NTT.

Provinsi NTT selama ini tidak pernah mendapat kabar yang menggembirakan selain kabar buruk, terutama stigmatisasi di berbagai aspek kehidupan.

“Pilgub NTT 2018 mendatang harus jadi momentum kebangkitan rakyat NTT yang selama ini banyak dikadali calon pemimpin. Rakyat NTT jangan lagi mau dikadali para bakal calon gubernur yang rendah kemampuan berpikir mengatasi persoalan-persoalan klasik di NTT,” tulis Ramses melalui rilisnya.

Ramses menilai, masalah-masalah klasik di NTT hampir sulit diatasi pemimpin selama ini karena belum mampu berpikir di luar kotak atau out of the box. Angka kemiskinan makin stabil, pengangguran makin membeludak, kesenjangan sosial makin merata merupakan tantangan yang dihadapi para calon pemimpin masa datang.

“Untuk menghadapi tantangan seperti itu, rakyat NTT harus mencari pemimpin yang benar-benar mau berjuang, mau mengabdi dan mau berkorban untuk rakyat bukan untuk memperkaya diri sendiri dan keluarga.

NTT harus memiliki sistem pembangunan yang baik, efektif, fokus, implementable, dan sifat kontinuitas sehingga NTT keluar dari berbagai stigma dan ini harus dilakukan oleh calon pemimpin yang berpikir “gila” bukan calon pemimpin yang biasa-biasa saja,” terang dia.

Menurutnya, perjuangan politik untuk mendapat kekuasaan sehingga dapat berkuasa membangun rakyat, semestinya dimaknai sebagai panggilan luhur dan mulia untuk memikirkan rakyat banyak demi mewujudkan kehidupan rakyat yang sejahtera dan makmur.

“Padahal, seharusnya mereka tidak lagi mengurus diri sendiri tapi mengurus rakyat banyak,” tandasnya.

Lebih lanjut, dosen Universitas Mercu Buana Jakarta ini menambahkan, Pilgub NTT 2018 mendatang harus benar-benar menjadi momentum strategis dan reflektif masyarakat NTT agar mencari pemimpin yang mampu menyelesaikan ragam masalah klasik di NTT. (bp)

Komentar ANDA?