JOE BIDEN, DAN POLITIK INTERNASIONAL.

0
1493

Oleh: Thomas Tokan  Pureklolon

Demokrasi adalah sebuah mekanisme sistem pemerintahan suatu negara sebagai upaya mewujudkan kedalautan rakyat ( Thomas Tokan Pureklolon, Demokrasi dan Politik, 2019:36 ). Upaya ini terlihat secara terang benderang, tembus pandang, lintas batas ruang dan waktu ala Amerika Serikat yang terus bergoncang secara selama pemilu di Amerika Serikat berlangsung.

Adalah Tony Arend, seorang Profesor dari Universitas Georgetown, melihat bahwa pemilu Amerika Serikat 2020 adalah sebagai pertarungan kebijakan luar negeri yang sungguh serius, karena kedua calon memiliki dua visi yang secara fundamental sangat berbeda tentang apa dunia seharusnya dan seperti apa seharusnya kepemimpinan Amerika Serikat dan dunia.

Terhadap pernyataan tersebut, dapatlah dibahas dalam dunia perpolitikan sebagai berikut. Bahwa, dunia menurut Trump adalah satu bentuk dari nasionalisme “Amerika First”, meninggalkan perjanjian internasional yang dia yakini memberi Amerika Serikat kerugian.
Pandangan ini bersifat transaksional dan mengacak-acak serta terjadi secara sepihak untuk Amerika Serikat sendiri. Pandangan ini juga bersifat pribadi dan tidak menentu, serta dibentuk oleh naluri politiknya Trump, dalam hubungannya dengan para pemimpin yang dekat dengannya.

Sebaliknya, menurut Joe Biden, jauh lebih tradisional dari sisi peran dan kepentingan Amerika Serikat sendiri yang didasarkan pada lembaga internasional yang didirikan setelah Perang Dunia II, dan berdasarkan nilai-nilai demokrasi Barat.
yang lagi dianut yakni aliansi global di mana Amerika memimpin negara-negara bebas dalam memerangi ancaman transnasional.

Donald Trump dan Joe Biden adalah dua tokoh politik Amerika Amerika Serikat yang benar-benar telah menghempaskan proses demokrasi sebagai ajang utama dalam perebutan kekuasaan di Amerika Serikat.

Strategi politik Joe Biden dalam menghadapi para sekutu adalah memperbaiki hubungan yang bertegangan tinggi, terutama dengan NATO ( The North Atlantic Tready Organization ) serta bergabung kembali dengan aliansi global. Pemerintah Biden juga akan kembali ke Organisasi Kesehatan Dunia WHO dan berusaha untuk memimpin penanganan pandemi viros corona. Biden juga tidak ketinggalan dalan kampanyenya, ia terus membingkai tugas ini sebagai langkah besar untuk menyelamatkan citra Amerika yang rusak dan menggalang kekuatan demokrasi untuk melawan apa yang disandangnya sebagai peningkatan gelombang otoritanisme.

Terhadap Iran; Joe Biden mengatakan banhwa ia siap bergabung kembali dengan perjanjian internasional lain yang ditinggalkan oleh Presiden Trump yaitu kesepakatan yang memberikan keringanan sanksi kepada Iran sebagai imbalan tentang bagaimana upaya menurunkan program nuklirnya. Dalam konteks ini, Joe Biden akan bergabung kembali dengan perjanjian nuklir, jika Iran kembali ke kepatuhan ketat, namun dia tidak akan mencabut sanksi sampai hal itu dilakukan. Biden juga akan bernegosiasi untuk mengatasi kekhawatiran yang dia sampaikan kepada Trump.

Terhadap Cina; Joe Biden akan melanjudkan kebijakan Presiden Trump untuk melawan “praktik ekonomi yang kasar” Cina, bersama-sama dengan para sekutu.
Hal ini pun sangat berlawanan dari sikap Trump untuk membuat kesepakatan dagang secara sepihak. Dapatlah dikatakan bahwa
sebuah aksi yang dilancarkan dalam perpolitikan “siku tajam” pemerintah Trump ini, berhasil memenangkan dukungan global untuk boikot teknologi komunikasi Cina yang selama berjalan dalam perpolitikan Amerika. Langkah tersebut adalah bagian dari peningkatan serius dalam upaya Amerika Serikat untuk melawan Beijing di banyak bidang, dalam rejim Trump, yang telah membawa hubungan ke titik terendah yang terlihat dalam beberapa dekade.

Dalam konteks ini, Joe Biden ingin menepis kembali dan membuka jalan politiknya dengan mengatakan bahwa, dia akan menghidupkan kembali kepemimpinan Amerika. Dunia perpolitikan harus juga terus berubah seperti terlihat dalam empat tahun terakhir ini yakni dengan kembalinya persaingan kekuatan besar yang sangat kuat dan hal ini terbaca pada saat jejak pendapat yang menunjukan reputasi Amerika telah anjlok bahkan di antara para sekutu setia, di mana mereka sendiri pun ingin dipimpin oleh Biden.

Pertanyaanya adalah: Apakah Indonesia sangat penting bagi Amerika? Secara spekulatif, jawabannya adalah ya, bahwa Indonesia sangat penting.

Pertanyaan lain segera menyusul adalah: Seberapa pentingkah Indonesia di mata Amerika pada saat ini. Jika selalu dikaitkan dengan kerja sama Amerika dan Cina dalam konteks perjanjian internasional, maka kita harus bisa menerima dan mencatat dengan jelas bahwa kita “tidak terlalu penting” bagi Amerika secara perdagangan, tetapi kita menganggap Amerika penting bagi kita secara perdagangan dan investasi. Hal senada juga disampaikan oleh pengamat hubungan Internasional dari Universitas Indonesia, Makmur Keliat ( BBC News Indonesia, Senin 26 Oktober 2020).

Dengan kata lain, yang sedikit lebih luwes adalah problem tentang Indonesia akan menjadi lebih baik jika Amerika dan Cina dalam hubungannya mestinya lebih bersifat kerja sama daripada terus berkonflik dalam perdagangan dan investasi karena hal ini akan mendatangkan guncangan besar secara langsung dan juga tidak langsung buat Perekonomian Indonesia. Di sinilah posisi Indonesia sebagai yang ditargetkan sebagai negara yang mengalami penyesuaian hambatan dagang, baik tarif maupun non rarif. Kinsekuensi konkritnya adalah sosok pengenaan bea masuk tentang hampir semua produk Indonesia dapat dibayangkan menjadi tidak kompetitif yang disebabkan karena harga produk yang dieksport nanti akan jauh lebih mahal sehingga dikhawatirkan akan kalah bersaing, yang walaupun Indonesia bukanlah sebagai mitra dagang yang cukup signifikan bagi Amerika Serikat.

Namun kerisauan di atas dapat ditepis dengan sebuah langkah strategis Indonesia dengan politik Luar Negeri yang bebas aktif, yang sangat sangat menguntungkan Indonesia dalam perpolitikan dunia. Indonesia tentunya terus digadang sebagai negara strategis dalam percaturan politik yang terus masuk dalam isu utama tentang Indo-Pasifik yang berdampak pada hampir semua aspek pembangunan politik di Indonesi.

Brandon Prins, seorang profesor dari University of Tennessee berargumen bahwa keterlibatan Amerika Serikat dalam isu Indo-Passifik akan semakin dalam, karena signifikansi Asia bagi Amerika dan Ekonomi global serta kepentingan keamanan AS dalam kawasan ini; Dan Indonesia menjadi negara yang sangat dilirik oleh Amerika dan Cina.

Indonesia bersahabat baik dengan Amerika.
Indonesia pun bersahabat baik dengan Cina.
Semoga ketiga negara ini tetap saling menguntungkan secara signifikan dalam persahabatan ini. ****

–‐———–
*) Penulis adalah Dosen Universitas Pelita Harapan Jakarta, dan penulis 9 buku referensi Ilmu Politik.

Komentar ANDA?