Jual Pariwisata, Harus Ada Rute Penerbangan Internasional

0
473
Foto: Gubernur Frans Lebu Raya foto bersama usai petemuan

KUPANG. NTTsatu.com – Provinsi NTT memiliki banyak obyek wisata yang luar biasa. Untuk menjual potensi pariwisata yang ada itu harus dilakukan melalui berbagai dan itu akan lebih cepat juka ada rute penerbangan internasional langsung dari dan ke NTT.

“NTT punya banyak obyek wisata yang menarik baik itu alam, budaya maupun baharinya. Namun, sampai saat ini belum ada rute penerbangan internasional ke NTT. Penerbangan langsung semisal dari Singapore, tentu akan semakin mendorong roda perekonomian daerah ini melaluu jalur pariwisata,” kata Gubernur NTT, Frans Lebu Raya pada  kegiatan Sosialisasi Transport Tourism Stimulus Package Kementerian Pariwisata di Ruang Rapat Gubernur, Rabu (8/3).

Sambil mengapresiasi ditetapkannya Labuan Bajo sebagai salah satu dari sepuluh Kawasan Strategis Pariwisata Nasional, Lebu Raya mengungkapkan agenda kegiatan berskala nasional dan internasional di Tahun 2017.

“Kita akan menyelenggarakan Soekarno Month di Kota Ende, Tour de Flores, Festival Tenun Ikat dan Parade Kuda Sandelwood di Sumba. Khusus untuk Festival Tenun, rencananya akan dihadiri oleh Presiden Jokowi dan Para Duta Besar. Kami juga mengharapkan agar Badan Otorita Pariwisata Flores segera dibentuk, untuk mempercepat pertumbuhan pariwisata di daerah ini,” kata Lebu Raya.

Menanggapi hal tersebut, Judi Rifancantoro, Staf Khusus Menteri Pariwisata Bidang Infrastruktur mengemukakan, tujuan dari Program Transport Tourism Package adalah untuk meningkatkan daya angkut udara Wisatawan Asing dari pasar-pasar potensial luar negeri,  langsung menuju daerah-daerah destinasi.

“Kementerian Pariwisata menargetkan kunjungan turis pada Tahun 2017 sebesar 15 juta orang. Ditargetkan International Flight Seat (Kursi Penerbangan Internasional) sebesar 24 juta, namun yang disediakan Kementerian Perbubungan hanya sebesar 22 juta seat. Kapasitas dua pintu utama penerbangan internasional yakni Denpasar dan Cengkareng sudah sangat padat dan terbatas. Karena itu kita ingin mengembangkan Bandara Internasional di daerah destinasi pariwisata yang prospektif dengan bekerja sama dengan Kemenhub, Angkasa Pura, Maskapai Penerbangan dan Pemerintah Daerah demi mengejar kekurangan seat internasional tersebut,” jelas Judi.

Untuk memuluskan agenda tersebut, lanjut Yudi, Kementerian Pariwisata menyiapkan dua stimulus yakni Joint Promotion dan Insentif Hardselling.

Joint promotion ditujukan bagi penerbangan rute regular baru, biaya promosi Maskapai untuk rute internasional di luar  Denpasar dan Cengkareng  akan ditalangi oleh Kemenpar. Sementara pola Insentif hardselling ditujukan untuk Maskapai Charteran Internasional langsung ke tujuan destinasi wisata, di mana Kemenpar akan memberikan insentif uang per penumpang  kepada maskapai tersebut. Kami juga mengharapkan peran serta Pemerintah Daerah berupa kesiapan atraksi budaya, akomodasi, infrastruktur dan keramahan masyarakat,” pungkas Yudi.

Sementara itu,  Robert D. Waloni, Tenaga Ahli Menteri Pariwisata Bidang Aksesibilitas Udara menghimbau agar Pemerintah Provinsi NTT melakukan berbagai upaya dalam merawat keaslian dan keindahan alam, budaya dan bahari di NTT.

“Yang tak kalah penting, Pemerintah harus segera mengupayakan dan memikirkan lahan bagi pendirian bandara berskala besar di NTT. Konektivitas udara merupakan salah satu unsur penting dalam pengembangan pariwisata karena 80 persen wisatawan menggunakan transportasi udara,” jelas Robert

Komentar ANDA?