Jasad almahrum terbaring kaku dikelilingi isteri tercinta dan semua keluarga dan kerabat. Tangis mereka tak henti mengantarkan kepergian suami, ayah, kakek tercinta. Ditengah suasana kehilangan yang belum lama menyergap mereka, datanglah seseorang yang duduk di atas kereta dorong, menghampiri ranjang tempat almahrum dibaringkan.
Andreas Duli Manuk. Mantan Bupati Lembata yang dikenal sangar dekat dengan almahrum, seperti tak sanggup mendekat lagi dan sesaat kereta dorongnya terhenti di kaki ranjang tempat sang sahabat berbaring kaku. Wajahnya seperti tak percaya menyaksikan sosok yang demikian dekat dengannya itu telah tiada.
Tangis mulai bertambah. Dalam kondisinya yang tak juga sehat, Manuk menggerakkan keretanya ke samping, ke arah duduk isteri almahrum. Tak ada yang menduga, dia paksakan dirinya berdiri dan merapat ke ranjang, di bungkukkan badannya yang juga tak kuat lagi itu, merapat ke tubuh almahrum.
Ratap tangis pun semakin membahana di dalam ruangan itu. Tak ada yang tidak meneteskan air mata, ketika Manuk memeluk jasad dan mencium wajah sahabatnya itu. Sebuah pemandangan yang sangat mengharukan dari dua orang tokoh yang memiliki sejarah panjang di Tanah Lembata ini.
Frans Making adalah mantan birokrat. Dia pernah menjadi camat di wilayah Kedang pada masa orde baru. Sosok penggerak yang juga pelobi ulung. Andreas Duli Manuk pun demikian. Keduanya menjadi duo birokrat-politisi Flores Timur, asal Lembata dan lebih spesifik lagi keduanya datang dari Ile Ape.
Beberapa kali saya masih beruntung bertemu dengannya, di rumah kediamannya, Wangatoa, Lewoleba. Dia berceritera banyak tentang banyak hal, termasuk kegelisahannya menyaksikan kondisi Lembata saat itu.
Tak lupa, dia pun berkisah tentang perjalanannya di dunia politik Flores Timur dan Lembata, yang selalu tak lepas dari nama sang sahabat, Andreas Duli Manuk.
Almahrum memutuskan total berkarir di politik ketika dirinya menjadi Ketua Golkar Flores Timur diakhir 1990-an/2000. Kala itu Flotim masih satu dengan Lembata. Dalam sebuah kesempatan, almahrum pernah berkisah tentang bagaimana dirinya berusaha kuat agar sahabatnya Andreas Duli Manuk dapat terpilih menjadi Bupati Flores Timur pada pemilihan di DPRD, tahun 2000.
Semua jalan dan cara ditempuhnya untuk mendudukan sahabatnya ini di kursi nomor satu kabupaten paling timur Pulau Flores itu. Sayang, usaha mereka kandas oleh kemenangan Felix Fernandez yang ketika itu diusung oleh PDI Perjuangan.
Tak lama setelah itu, Lembata pun dimekarkan menjadi kabupaten sendiri dan di tanah asal leluhur ini, Ande Manuk pun mencapai karir tertingginya, menjadi bupati dua periode. Frans Making adalah saudara, sahabat sekaligus operator politik yang andal bagi sang sahabat, sekalipun posisi terakhirnya hanyalah seorang Wakil Ketua DPRD Kabupaten Lembata.
Keduanya memasuki masa tua dengan kondisi yang kurang baik. Frans Making, dalam sakitnya pada 2017 masih dapat bangun dan duduk berbincang di ruang tamu rumahnya di bilangan Wangatoa. Sementara Ande Manuk, pun demikian. Ia masih dapat menerima dan berbincang dengan siapa saja yang datang ke rumah untuk menjenguknya.
Siapa sangka, salah satu dari mereka telah tiada. Frans Making, sosok yang dinamis, enerjik dan dikenal luas itu telah pergi mendahului sang sahabat dan kita semua. Keluarga pasti lebih berduka, sekalipun dalam dua hari kemarin puteri kandungnya masih merayakan syukur lantaran menantu almahrum baru saja dilantik menjadi Kadis PU Kabupaten Flores Timur.
Selamat Jalan Pak Frans Making. Selamat memasuki rumah Bapa di Surga, orang tua… Kami kehilanganmu dan Lembata juga Flores Timur akan selalu mengenang semua jasa dan budi baikmu. Selamat Jalan…. (Ferdinand ‘Eddie’ Lamak/tim)